Cernak
Nabi Muhammad, Teladanku
Oleh. Rahma Ummu Zubair
"Tek Tek Tek teketek, teketek, teketek, teketek, teketek, teketek, teketek, teketek, teketek, teketek, teketek, teketek!" bunyi nyaring mainan lato lato yang lagi viral itu terdengar sangat lama dan tak seperti biasanya. Sumber suara yang ada di rumah Abdul langsung Ghazi hampiri untuk melihat siapa yang memainkannya.
"Assalamualaikum, Abdul, main yuk!" ajak Ghazi. "Sini masuk, Zi!" pinta Abdul. Rasa penasaran yang membuncah, membuat Ghazi langsung masuk rumah Abdul, kedua mata Ghazi pun seketika terpanah dengan lato lato edisi terbaru milik Abdul.
"Wah, baru, Dul?" tanya Ghazi. "Iya dong, ini yang baru, mahal loh, harganya Rp. 18.000,- memang kamu mampu beli?" tanya Abdul. Ghazi hanya diam. "Punya kamu kan cuma yang murah, enam ribu saja, ini lebih mahal dan bagus, lihat!" cerca Abdul sambil memainkan lato lato di depan Ghazi.
Sepulang bermain, Ghazi pun menceritakan semuanya tentang Abdul dan mainan barunya. Seketika itu Ratna memeluk Ghazi sambil mengelus kepala dan mendengarkan cerita Ghazi sampai selesai.
Setelah Ghazi selesai cerita, Ghazi pun ingin mainan seperti milik Abdul. Namun Ratna mengajak Ghazi bikin-bikin mainan seru pengganti lato lato mahal itu. "Umi punya ide, kita bikin-bikin mainan baru yuk, dari daur ulang gelas plastik. Pasti seru Zi!" ajak Ratna. "Ghazi mau!" sahut Ghazi sambil mengacungkan jari telunjuknya.
Dengan modal dua gelas plastik bekas dan tali rafia sepanjang 2 meter, Ratna membuat telepon rakitan untuk dimainkan bersama.
"Cek cek, regu satu siaga disini, ganti!" kata Ratna ke salah satu ujung gelas plastik yang menjadi telepon mainan Ghazi.
"Darurat! regu dua butuh bantuan, ganti.!" kata Ghazi.
"Siap, Komandan! Regu satu meluncur ke TKP, ganti!" kata Ratna.
"Segera! Ganti!" kata Ghazi.
"Liu Liu Liu, regu satu tiba di TKP, ada apa, Komandan?" tanya Ratna
"Regu dua sedang kelaparan butuh disuapin, hehehe ...," canda Ghazi.
"Yeeee, Umi kena prank!" kata Ratna sambil memeluk Ghazi.
"Seru banget main sama Umi!" kata Ghazi.
"Alhamdulillah, Umi juga ikut senang, Oh iya Umi pengen cerita." kata Ratna.
"Apa Umi?" tanya Ghazi.
"Ghazi tau kenapa suara Umi bisa terdengar lebih keras di telinga Ghazi, saat Umi berbicara di dalam gelas plastik tadi?" tanya Ghazi.
"Tau dong!" jawab Ghazi.
"Hah? Kok bisa tau?" Ratna bingung.
"Kan itu pelajaran sains di sekolah, Mi. Jadi suara Umi merambat melalui tali rafia. Kata Bu Guru, suara itu butuh perantara untuk sampai ke telinga," jawab Ghazi.
Ratna terpana mendengar penjelasan Ghazi. "MasyaAllah, Ghazi keren. Barakallah, Nak!" doa Ratna.
"Aamiin ya rabbal alamin" balas Ghazi.
"Tapi ada satu hal lagi yang ingin Umi sampaikan, tentang tali rafia dan lato lato milik Abdul," kata Ratna.
"Hmmmm apa ya Mi?" kata Ghazi penasaran.
"Kita sebagai muslim, wajib meneladani perbuatan Rasulullah. Ketika kita memiliki harta, kita tidak boleh sombong atau pamer. Rasulullah hidup penuh kesederhanaan," kata Ratna.
"Kayak Abdul tadi Mi, suka pamer dan mencela Ghazi, Mi. Dibilang aku gak mampu beli."
"Eh, Rasulullah itu pemaaf. Ghazi maafkan Abdul ya?" pinta Ratna.
"Tapi kan Mi, Ghazi masih sebel."
Sembari memeluk Ghazi, Ratna berkata, "Ananda sholih, Rasulullah itu suka memberi maaf dan juga hidup penuh syukur. Ghazi kan sudah punya lato lato yang enam ribuan itu, disyukuri ya, Nak!" pinta Ratna.
"Kenapa Ghazi harus memaafkan Abdul, Mi? Dan kenapa harus bersyukur? Kan lato lato terbaru itu keren dan gak bikin sakit tangan Mi?" tanya Ghazi.
"Seperti tali rafia tadi, menjadi perantara antara sumber bunyi dan penerima bunyi. Agar suara bisa terdengar di telinga Ghazi. Nah Rasulullah itu adalah perantara antara Allah sebagai Tuhan semesta alam dan kita hamba-Nya. Dari kehidupan Rasulullah itu menjadi teladan yang harus kita tiru. Karena setiap perkataan, perbuatan bahkan diamnya Rasul itu atas bimbingan Allah. Nah kalau mau menjadi manusia yang taat seperti apa yang Allah pinta, Mas Ghazi kudu meneladani Rasulullah. Mas Ghazi ingin disayang Allah kan?" tanya Ratna.
"Ingin, Umi, dan juga ingin masuk surga bareng Umi Abi," jawab Ghazi. "Nah, Mas Ghazi belajar sabar ya ketika ada teman yang mencela, dan belajar bersyukur atas nikmat yang telah Mas Ghazi miliki, apapun itu," pinta Ratna.
"InsyaAllah, Umi," balas Ghazi sembari memeluk Ratna. "Ghazi minta maaf ya, Mi. Ghazi bersyukur punya Umi yang sayang sama Ghazi."
Ratna pun terharu mendengar perkataan Ghazi hingga tak terasa air matanya mengalir membasahi pipinya hingga ke khimar warna merah muda yang sedang dipakainya. [ ]
0 Comments: