OPINI
Pengajian Dinyinyir, Bukti Sesat Pikir
Oleh. Oki Ummu Kinan (Pegiat Literasi Islam Siak Sri Indrapura, Riau)
OPINI - Sejak beredar video pernyataan sikap oleh mantan presiden Indonesia, muncul nada-nada kontra yang naik ke permukaan dunia maya netizen Indonesia. Seakan pernyataan ini sengaja mengerdilkan makna pengajian. Padahal, berlepas dirinya seorang wanita dari majelis ilmu, maka wanita akan rusak sebagaimana lepasnya android dari chargernya. Lama kelamaan, daya baterainya akan habis dan tak mampu memberi peran walau secanggih apapun android itu.
Pekan ini netizen mengulik upaya pendangkalan makna pengajian sehingga yang hadir di pengajian dianggap masalah dan menjadi polemik. Dalam sebuah tayangan video pada YouTube Tribun MedanTV yang beredar beberapa hari terakhir ini, pernyataan yang disampaikan oleh Ibu Megawati Soekarno Putri saat menghadiri acara kick off Pancasila yang mempertanyakan nasib anak-anak yang ditinggalkan ibu-ibunya saat pengajian karena perlu management keluarga. (tribunnews.com 16/02/2023)
Hal ini menimbulkan keresahan di tengah-tengah masyarakat, banyak pihak yang menyayangkan dengan pernyataan jika pengajian menjadi sebuah persoalan. Meski sebelumnya telah berulang kali mengungkap kata maaf, namun ternyata belum cukup untuk meredam.
Kemudian muncul pernyataan KH Muhammad Cholil Nafis Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Dakwah dan Ukhuwah. Beliau menanggapi bahwa Ibu-ibu yang rajin hadir di pengajian tidak menelantarkan anak-anaknya, karena yang hadir di pengajian menghabiskan waktu lebih sebentar dibanding ibu yang bekerja di kantoran atau bisnis. (republika, 19/02/2023)
Makna Pengajian dan Manfaatnya
Pengajian secara bahasa artinya at-ta'limu, asal kata ta'allamu yata'allamu ta'liman yang artinya belajar. Secara makna artinya pengajian atau ta'lim mempunyai nilai ibadah tersendiri. Wajib bagi setiap muslim. Sebagaimana hadits Nabi Muhammad SAW yang berbunyi:
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
Tholabul ilmi faridhotun ala kulli muslim.
Artinya: “Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim.” (HR. Muslim)
Dalam Islam, ilmu akan membawa seseorang kepada hal yang baik seperti mampu membedakan mana yang haq dan batil, mana yang petunjuk dan kesesatan. Sehingga menuntut ilmu dihukumi wajib bagi setiap Muslim, tidak memandang usia maupun jenis kelamin. Ada banyak manfaat yang bisa didapatkan salah satunya mampu memberi pengaruh yang positif dan menjauhkan dari hal negatif.
Penjelasan ini secara tidak langsung telah menjawab kenapa pengajian dipersoalkan padahal ibu-ibu itu keluar rumah untuk mencari kebaikan dan keridhoan. Kenapa tidak disorot persoalan yang selama ini menjadi problematika umat, misalnya ibu-ibu hedon yang mengusung ide child-free dan gaya sosialitanya.
Seharusnya ibu-ibu hedon yang keluyuran mencari kesenangan tapi salah arah dan tujuan inilah yang diberi pernyataan tegas. Karena ketika ibu-ibu mulai terpapar hedonisme, bergaya hidup bebas lalu bagaimana dengan anak-anak mereka di rumah? Bagaimana anak-anak tumbuh menjadi generasi terbaik? Sedangkan ibu mereka masih sekuler, yang bebas kemana saja tanpa aturan, dan bahkan akal mereka hanya berkutat pada duniawi semata. Lupa pada visi misi akhirat.
Pengajian tidak memberi batas pada setiap ibu-ibu untuk menambah ilmu. Karena belajar tak ada kata habisnya, apalagi belajar ilmu agama. Tak cukup menimba ilmu agama hingga di jenjang pendidikan saja, tapi harus hingga akhir hayat menjelang.
Menghabiskan waktu untuk belajar dan hadir pada pengajian tentunya banyak manfaat dan kebaikan yang bisa didapatkan. Hadir di pengajian, para ibu-ibu mendapat bekal ilmu dan pemahaman agama yang benar untuk diterapkan dalam mendidik anak-anaknya dan umat tentunya. Karena manfaat ilmu bisa dirasakan ketika mampu diaplikasikan dan disampaikan pada orang lain.
Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman dalam QS. Mujadalah ayat 11 :
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجٰلِسِ فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللّٰهُ لَكُمْۚ وَاِذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَانْشُزُوْا يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ
"Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Teliti apa yang kamu kerjakan."
Dari ayat ini dapat kita lihat dengan jelas bahwa Allah SWT memerintahkan agar hamba-hambanya mencintai ilmu dan gemar menuntut ilmu yaitu salah satu caranya dengan hadir di majelis ilmu atau pengajian, karena akan diberi kemuliaan beberapa derajat.
Inilah yang mendorong para ibu-ibu untuk rajin hadir di pengajian, karena keuntungan akhirat yang didapatkan melebihi nikmat kesenangan dunia. Kesadaran ini hanya muncul bagi ibu yang memang butuh bekal agama, inilah dorongan yang muncul.
Ketika ibu-ibu ingin meraih keridhoan dari penciptanya takkan mungkin amanah lain ditinggalkan. Karena menjadi ibu rumah tangga, dengan seabrek aktivitasnya, lelahnya juga berbalas pahala.
Mengurus rumah, menjadi istri dan mendidik anak-anaknya juga menjadi prioritas, tanpa melalaikan untuk bisa menunaikan kewajiban lainnya termasuk menuntut ilmu dan hadir di majelis ilmu.
Takkan tergiur fatamorgana kesenangan dunia. Dan rihlahnya (me timenya) ibu ketika lelah batinnya adalah ketika hadir di majelis ilmu, bertemu dengan teman-teman para penuntut ilmu dalam forum pengajian, walaupun seminggu 1 kali pertemuan dan cukup hanya 2 jam saja.
Obrolan yang dibicarakan pun lebih mengajak pada kebaikan, saling berlomba-lomba dalam menebarkan kebaikan, senantiasa memperbanyak amalan pahala dan berusaha untuk tidak melakukan maksiat dan dosa. Yang kesemuanya itu hanya didapatkan ketika hadir di pengajian. Dan dengan pengajian, para ibu bisa menjadi hamba yang bertakwa sebagaimana impian banyak orang yang beriman akan hari akhir, karena sang pencipta telah menyediakan surga yang dijanjikan.
Siapa sih, yang tak menginginkan kesenangan kekal keabadian? Hanya orang-orang yang tertutup mata hati dan terpedaya rayuan syaitan yang menjauhkan diri dari aturan sang pemilik kehidupan.
Beneran, ibu Mega tidak tertarik untuk hadir rutin di pengajian. Jika sudah ibu rasakan nikmatnya menuntut ilmu bersama teman pengajian, akan ada rasa yang hilang ketika ibu tak hadir di majelis itu.
Agama bahkan tidak akan pernah salah dalam mengatur dalam kehidupan, karena ada panduan yang menjadi pedoman. Kesalahan terbesar kenapa banyak yang salah dalam memandang agama atau bahkan jauh dari agama, karena agama hanya dianggap status identitas saja, tanpa mau diatur ketika menjalani kehidupan.
Itulah makna penting dari menuntut ilmu agama, selain karena kewajiban baik muslim laki-laki dan perempuan. Tidak sekedar dipelajari namun diamalkan dalam praktek kehidupan. Dan ini sudah menjadi kewajiban negara untuk memfasilitasi dalam menjembatani masyarakatnya untuk memudahkan dalam menuntut ilmu. Agar menghasilkan masyarakat yang beriman dan bertakwa.
Sulitnya mendapatkan ilmu pengetahuan di sistem hari ini membuktikan bahwa, pemisahan agama dalam kehidupan (sekulerisme) juga menjadi sebab pemikiran yang liar, jauh dari ilmu agama. Akhirnya mengambil kesimpulan bahwa pengajian pun jadi persoalan.
Semoga ini menjadi kesadaran umum betapa sistem saat ini tidak mendukung kita untuk taat kepada aturan Allah SWT selama bukan sistem Islam yang mengatur hidup dan kehidupan bernegara kita. Yuk tetap semangat dakwahkan Islam. Pelajari agamamu dan bangga berislam Kaffah. Wallahu a'lam bish-shawab.
0 Comments: