Headlines
Loading...
Oleh. Iis Nopiah Pasni

Abi dan Hani main di depan rumah mereka bersama Farel, Abil dan Ningrum.

Abi, Farel dan Abil bermain kejar-kejaran sedangkan Hani dan Ningrum bermain memasak, mereka mengumpulkan segala macam daun dan pasir juga air.

Abi berlari kencang, melihat hal itu Hani pun ikut tertawa dan berlari  juga. Ningrum jadi main sendiri.

Ketika Abangnya Abi dan teman-temannya itu berlari sambil teriak "Lari!" maka Dik Hani juga akan ikut teriak:

"Ai!" teriak Dik Hani sambil tertawa geli lalu ikut mereka lari.

Karena kecapekan mereka lalu bubar dan pulang ke rumah masing-masing.

"Abi haus, Bun," kata Abi minta tolong diambilkan segelas air putih.

"Ni, aus Bun," kata Dik Hani meniru Abi lagi. Umurnya bulan depan pas dua tahun. sudah banyak sekali kosa kata yang Dik Hani tahu, sudah bisa menyebut kata -kata seperti: Bunda, Ayah, Nenek, Om, Abang, Matan untuk makan, Num untuk minum, Mau, Belom, Sudah, Oke, Iis, Mamas, Abang, sini, itut untuk ikut, iyem untuk Helm, bubun untuk bubur, ayam, sapi, dun untuk Kerudung. Masyaallah, makin jelas bicara dan makin banyak kosa katanya.

Tak lama terdengar suara azan, sebagai tanda  waktu salat Zuhur datang.

Abi berangkat ke masjid mengajak teman-temannya tadi.

Dik Hani sibuk mengambil kerudungnya lalu memakainya dan mengambil sajadah, Dik Hani mau ikut salat Zuhur juga.

Bundanya membentangkan sajadahnya dan juga sajadah buat Dik Hani anak bungsunya. lalu Hani segera rukuk dan sujud. Terlihat Dik Hani komat kamit entah membaca apa.

Tentu saja Bundanya suka melihat anaknya mau salat.

"Assalamualaikum, Abi pulang, Bun," kata Abi yang baru pulang dari masjid Istiqomah 
selesai salat Zuhur.

Abi lalu mengambil buku iqranya yang biasa terletak  pada susunan buku-buku karya bundanya.  Dik Hani pun mengambil buku Iqra satu lagi dan menghadap ke Bunda.

Terdengar Hani pun ikut  membaca Basmallah walau belum benar bacaannya.

"Ba Ba, Ta Ta," kata Dik Hani baca Iqra dan menunjuk asal saja. Masyaallah, ketika sering melihat apa yang dilakukan kakak dan keluarga semua, Dik Hani meniru juga apa yang dilakukan semua.

"Adzim," katanya lagi yang maksudnya Shadaqallahal Adzim, Ia lalu menutup Iqra dan menaruhnya di tempat semula.

"Masyaallah, Dik Hani sudah salat Zuhur dan baca Iqra ya, anak cerdas saleha," puji Bunda sambil memeluk dan mencium tangannya.

Gadis balita  berkerudung hitam itu tersenyum manis lalu balas mendekap erat Bundanya.

"Susu," kata Dik Hani meminta sebotol susu pada Bundanya, lalu bergantian Ia mencium pipi kanan dan kiri Bundanya itu.

"Oke," kata Bunda lalu segera ke dapur membuatkan sebotol susu untuk Dik Hani.

"Bismillahirrahmanirrahim, Allahumma bariklana Lana fima razaktana waqina adza bannar," kata Bunda mengajarkan Dik Hani untuk membaca  doa mau makan minum.

"Aamiin," kata Dik Hani cepat lalu meminumnya dengan semangat, karena lapar tentunya.

Bunda dan Abang Abi tertawa geli melihat tingkah lucunya Dik Hani. 

"Dik, baca doa mau tidur juga, kan Adik mau tidur," kata Abang Abi.

"Bismika allahumma ahya wabismika amuut," kata Abi ajarkan doa pada Adiknya.
Dik Hani ikut meyebutkan ujung-ujungnya saja.

Tak lama si peniru ulung itu tertidur pulas, botol kosong itu tergeletak di sampingnya.

"Dik Hani, Dik Hani si Peniru Ulung," kata Abi sambil tangannya merapikan rambut adiknya yang tertidur pulas.

"Jadi, Abang Abi dan kita semua harus melakukan perbuatan yang baik, karena Adik Hani akan menirunya," kata Bunda pada Abang Abi. Ia lalu mengangguk.

"Kalau Abang ngomong yang baik, Adik Hani nanti ngomong yang baik, ya Bun," kata Abi antusias.

"Iya, begitu juga sebaliknya, ketika Abi bicaranya kasar, marah-marah, maka Dik Hani juga akan meniru, Bang," kata Bunda pada Abi, Ia mengangguk lagi.

"Abang juga tidur siang ya, Sayang," kata Bunda pada Abang Abi, Ia langsung mengangguk dan langsung membaca doa mau tidur.

"Bismika allahumma ahya wa bismika amuut," kata Abi membaca doa sebelum tidur.

Akhirnya, Abi tidur siang, begitu pun Bunda jadi ikut tidur siang.

Baca juga:

0 Comments: