Oleh. Dewi Irawati Artati
Malam itu, nampaknya Keisya sedang asyik nonton tivi di ruang tengah. Tak ketinggalan cemilan di toples selalu menemaninya. Kue coklat kesukaannya itu sudah separo lebih ia makan. Namun tangannya tak mau berhenti mengambil kue coklat itu. Mulutnya pun tak berhenti mengunyah.
"Keisya, sudah yuk makan kue coklatnya. Lihat tuh, hampir jam sembilan. Waktunya sikat gigi." seru ibu mengingatkan Keisya sambil menyetrika baju.
"Iya Bu, sebentar lagi. Masih seru nih filmnya," jawab Keisya masih asyik dengan film kartunnya.
Kini jam dinding sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Mata Keisya mulai redup. Dan akhirnya tertidur. Sang ibu memanggilnya namun tak ada jawaban.
Ibu pun beranjak dari tempatnya.
"Astaghfirullah, Keisya, belum sikat gigi ,eh, malah ketiduran," gumam ibu menggelengkan kepala. Ibu segera mengangkatnya ke kamar. Diselimuti badannya dengan selimut hello kity kesayangannya.
Pagi pun telah tiba. Ibu membangunkan Keisya untuk salat Subuh.
"Bangun, Nak, kita salat Subuh yuk!" ajak ibu sambil menarik selimut.
Keisya pun membuka matanya. Tapi ia merasa kesakitan. Pipinya terlihat bengkak. Lebih besar dari biasanya.
"Aduh, sakit...!" seru keisya sambil memegang pipi kanannya.
Ibu segera memeriksa, rupanya gusi Keisya bengkak, dan ada lubang kecil pada gigi gerahamnya.
"Astaghfirullah, pantesan, gigi kamu lubang Keisya, gusinya jadi bengkak," ucap ibu.
Keisya pun menangis.
"Itulah akibat dari malas sikat gigi. Coba kalau Keisya rajin sikat giginya, tentu tidak akan seperti ini," lanjut ibu.
"Iya Bu, maafin Keisya. Keisya nggak nurut sama Ibu," kata Keisya sesenggukan.
"Ya sudah, sekarang sikat gigi pelan-pelan yuk, biar sakitnya berkurang, nanti kita periksa ke dokter," bujuk ibu.
Keisya mengangguk. Segera ke kamar mandi. Setelah mandi dan gosok gigi sakitnya berkurang. Lalu salat Subuh berjamaah bersama ayah, ibu dan kakak yang sudah menunggu di ruang salat.
***
Hari ini terpaksa Keisya izin tidak masuk sekolah. Ibu membawanya ke dokter untuk berobat. Dokter pun memeriksa giginya, membersihkan dan menyarankan untuk menambalnya jika sudah tidak sakit.
Dokter pun memberikan resep obat untuk Keisya.
"Silahkan Bu, ini resep obatnya. Diminum teratur ya. Buat Keisya, jangan lupa gosok gigi ya, setiap bangun tidur dan sebelum tidur," kata bu dokter sambil tersenyum.
Keisya mengangguk dan mengucap terimakasih. Lalu berpamitan dan segera mengambil obat di apotik.
Sesampai di rumah, setelah minum obat, sambil istirahat ibu menasehati Keisya.
"Keisya tau nggak kewajiban kita pada diri sendiri?" tanya ibu lembut.
Keisya menggelengkan kepala dengan polos.
"Menyayangi diri adalah kewajiban kita." ucap ibu. "Sebab, dengan menyayangi diri itu artinya kita mensyukuri nikmat Allah Subhanahu wata'ala."
"Contohnya seperti apa Bu?"
"Contohnya banyak sekali, Nak. Menggosok gigi secara rutin, termasuk cara kita menyayangi diri. Coba kalau giginya tidak dirawat, jarang sikat gigi, apa yang akan terjadi?" jawab ibu sambil memancing jawaban Keisya.
"Giginya bolong dan sakit, seperti Keisya," jawab Keisya sambil tertawa nyengir.
"Nah, betul. Jadi, mulai saat ini Keisya harus bisa merawat diri. Karena apa yang ada pada diri kita ini adalah pemberian Allah yang tak ternilai. Bahkan, kalau sudah rusak, tidak ada gantinya di toko, betul nggak?" kata ibu memberi nasehat.
Keisya nampak berpikir. Lalu menganggukkan kepala.
"Tapi ada loh Bu, gigi palsu, kaki palsu,rambut palsu yang dijual di toko," sahut Keisya.
Ibu tertawa mendengarnya.
"Memangnya Keisya mau pakai gigi palsu atau kaki palsu?" goda ibu.
"Ya enggak mau dong Bu. Keisya kan masih punya yang asli," jawab Keisya tertawa.
"Maka dari itu kita harus bersyukur sama Allah, diberi anggota badan lengkap. Yaitu dengan cara merawatnya dengan baik. Jika kita menyayangi diri kita, maka Allah pun juga sayang sama kita.
"Begitu ya, Bu. Baiklah, Keisya berjanji akan merawat seluruh anggota badan dengan baik. Tapi ingetin ya Bu, kalau lupa," ucap Keisya.
"Pasti dong, Nak Salehah. Karena ibu sayang kamu, Ibu akan selalu menjaga dan mengingatkanmu," sahut ibu bahagia, memeluk gadis kecilnya.
0 Comments: