Headlines
Loading...
Oleh. Dewi Irawati Artati

Pagi itu, Zafira tampak kurang bersemangat. Padahal ia sudah siap untuk berangkat ke sekolah. Ia pandangi kedua sepatu yang dia pakai, tampak kusam dan berlubang. Hari ini dia seharusnya memakai sepatu baru yang telah dijanjikan ibunya. Tetapi janji ibu meleset, karena uang yang sudah direncanakan untuk membeli sepatunya, telah ibu gunakan untuk berobat ke dokter. Ibu zafira sudah lama mengidap asma. Setiap musim dingin, pasti asmanya kambuh. Dan kemarin malam, ibu terpaksa dilarikan ke dokter, karena sudah tidak kuat lagi menahan sesak napasnya.

"Zafira, maafkan ibu ya Nak," ucap ibunya lirih.

Zafira hanya mengangguk. Akhirnya dia pun berpamitan untuk berangkat ke sekolah.

Di sekolah sedang dilaksanakan seleksi pemilihan peserta lomba lari. Tak di sangka Zafira lolos seleksi. Ia akan mewakili sekolahannya bertanding dengan SD lain se-kabupaten. Zafira merasa antara senang dan sedih. Ia senang karena terpilih sebagai wakil sekolah. Ia sedih karena ia tak punya sepatu yang layak untuk dipakai.

Satu bulan lagi perlombaan akan di laksanakan. Masih ada waktu untuk berlatih bagi zafira. Setiap hari ia rajin dan semangat berlatih mengitari lapangan sekolahnya.

Untuk mewujudkan mimpinya membeli sepatu baru, Zafira mengumpulkan uang ke dalam celengan ayamnya. Ia rela tidak jajan di sekolah. Setiap dikasih uang jajan ia selalu memasukkannya ke dalam celengannya. 

Akhirnya, waktu yang ditunggu telah tiba. Dua hari lagi perlombaan akan dilaksanakan. Sepatu baru belum sempat ia beli. Menunggu dibelikan ibunya, itu tidak mungkin. Penghasilan ibu sebagai penjual kue kecil di pasar hanya cukup untuk kebutuhan makan setiap hari.

Akhirnya ia membuka celengannya itu. Ternyata hanya terkumpul uang Rp.70.000. Ia tunjukkan uang itu pada ibunya.

"Bu, ini uang hasil tabunganku. Apakah cukup untuk beli sepatu Bu?" tanya Zafira.

Ibu menghitung uang lembaran dua ribuan itu, dan berkata, "Kita coba dulu Nak. Besok pagi kita ke pasar ya."

Zafira mengangguk. Dalam hati ibu merasa terenyuh. Ia tahu uang segitu tidak akan cukup untuk membeli sepatu baru dengan kualitas bagus. Mungkin bisa dapat sepatu dengan kualitas di bawah standar. Tidak ada pilihan, besok mereka akan ke pasar.

Pagi harinya, Zafira dan ibunya pergi ke pasar. Mereka menuju ke toko sepatu di seberang jalan. Saat hendak menyeberang jalan, tiba-tiba ada seorang nenek dan cucunya yang seumuran dengan Zafira, mendekatinya.

"Minta sedekahnya nak, sudah dua hari kami tidak makan," kata nenek itu sambil menengadahkan kedua tangannya.

Zafira dan ibu saling berpandangan. Tanpa pikir panjang, zafira mengeluarkan uang dari dompet kecilnya. Lalu memberikan uang senilai Rp.20.000, sambil berucap, "ini nek, ada sedikit uang, mungkin bisa buat beli makanan."

Nenek itu pun menerimanya dengan senang hati dan berterima kasih kepada Zafira. Kemudian pergi setelah mendoakan Zafira.

"Zafira, terus gimana beli sepatunya?" tanya ibunya.

Zafira diam sesaat.

"Nggak apa-apa Bu. Zafira beli sepatu yang lebih murah saja Bu. Nenek itu lebih membutuhkan," jawab Zafira.

"Baiklah, kalau begitu. Semoga ada yang harganya segitu," sahut ibu.

Dalam hati, ibu salut terhadap sikap Zafira. Padahal dia sedang dalam posisi yang sangat membutuhkan, tapi dia masih peduli dan mengutamakan kepentingan orang lain.

Ibu dan anak itu pun berkeliling pasar. Keluar masuk toko sepatu. Tapi nihil. Mereka tidak menemukan sepatu seharga lima puluh ribu rupiah. Hingga mereka merasa lelah, keringat pun bercucuran membasahi baju. 

Mereka melewati pasar loak, yang menjual barang-barang bekas. Tiba-tiba mata Zafira tertuju pada sebuah sepatu yang berwarna hitam. Zafira langsung menghampiri dan mencobanya. Ternyata pas di kakinya.

"Yang ini berapa pak?" tanya Zafira.

"Empat puluh ribu saja Neng," jawab penjual sepatu bekas itu.

Tanpa menawar, ia pun segera membayarnya. Bagi Zafia, itu harga yang sangat murah. Karena kondisi sepatu itu, masih tampak bagus. Sekilas masih terlihat baru.

Akhirnya, dengan hati riang Zafira membawa sepatu itu ke rumah. 

Zafira bersyukur, hari ini ia bisa berbuat baik terhadap sesama, dan dia juga mendapat sepatu yang dia butuhkan walaupun tidak sesuai dengan keinginannya. Walaupun bukan sepatu baru yang dia dapatkan, dia merasa senang. Sebab dia bisa membantu seorang nenek yang membutuhkan sesuap nasi.

****

Pertandingan sudah tiba. Dengan penuh semangat, Zafira sudah siap di garis 'start' beserta peserta yang lain. Panitia pun mulai memberikan aba-aba.

"Bersedia,siap!.... Ya...!!!"

Zafira berlari sekuat tenaga. Tubuhnya Melesat sangat cepat. Ia berada di baris paling depan. Lawan di sampingnya juga terlihat cukup tangguh. Dalam hati ia memohon kepada Allah, agar bisa memenangkan pertandingan ini. 

Garis 'finish' tinggal separuh lagi. Zafira mengayunkan kaki sekuat tenaga. Namun, lawannya ternyata sangaf tangguh. Ia tertinggal dibarisan nomor tiga. 

Zafira tidak mau menyerah. Sambil menyebut asma Allah di dalam hati, ia kuatkan diri. Diayunkanlah kakinya lebih cepat. Hingga akhirnya ia berhasil melewati garis finis paling depan.

Tepuk tangan dan sorak gembira pun bergema di lapangan itu. Zafira berhasil meraih tropi sebagai juara satu. Ia langsung sujud syukur. Bersyukur kepada Allah telah diberi kemenangan. Berkat sepatu itu pula Zafira bisa mengikuti pertandingan itu dengan baik. 

Sepatu itu, kini menjadi sepatu kesayangannya. Karena telah mengukir kemenangan bersamanya. Zafira akan merawat sepatu itu dengan baik.

***

Baca juga:

0 Comments: