Headlines
Loading...
Oleh. Dewi Irawati Artati

Suara azan Isyak mulai berkumandang dan bersahut-sahutan. Malam ini adalah malam pertama Ramadan. Hamid dan teman-teman bergegas menuju mushola dekat rumah hendak salat tarawih. Tak seperti malam sebelum Ramadan, kali ini mushola terlihat penuh, sampai-sampai mereka menggelar tikar di halaman mushola, karena tidak muat.

Walaupun hukumnya sunnah, namun mereka sangat bersemangat. Mulai dari anak-anak hingga orang dewasa dan lansia tak mau ketinggalan untuk menunaikan salat tarawih.  

Setelah ambil air wudu, Hamid dan teman-temannya segera mengambil tempat. Mereka merapatkan shaf dan meluruskan. Kemudian niat salat Isyak mengikuti imam. Setelah salat Isyak, dilanjutkan salat sunnah tarawih. 

Mereka terlihat sangat khusyuk. Setiap dua rakaat mereka salam. Pada rakaat keempat Rendi mulai gelisah. Matanya melirik ke arah Hamid dan Rafli bergantian. Hamid dan Rafli masih khusyuk. 

Begitu selesai salam, Rendi menyenggol Hamid dan Rafli, sambil berkata, 

"Mid, Raf, lama banget sih, kakiku udah pada pegel nih!" seru Rendi cepat-cepat. Karena rakaat berikutnya akan segera dimulai.

"Ssssst....! Jangan berisik.masih empat rakaat  nih. Kurang tujuh rakaat lagi. Gitu aja capek," sahut Rafli setengah berbisik. Karena takut mengganggu jamaah yang lain.

"Ayo, semangat dong!" Hamid menimpali.

Rendi pun bangkit dari duduknya. Ia mulai takbiratul ikram lagi mengikuti imam. Hingga selesai rakaat ke delapan. Setelah salam, Rendi berisik lagi, 

"Uh, panjang banget sih rakaatnya, kapan kelarnya." keluhnya.

"Astaghfirullah, Rendi, sabar dikit dong. Ini masih 8 rakaat. Kurang tiga rakaat lagi salat witir," sahut Rafly.

Mereka melanjutkan salat witir. Setelah salam membaca dzikir, dan niat berpuasa.

"Alhamdulillah, sudah selesai!" seru Rendi sambil berdiri hendak melepas sarungnya.

"Eh, mau ke mana? Kita kan mau tadarus entar lagi!" seru Hamid mengingatkan.

"Eh, iya, ya. Habisnya aku kepikiran mau nonton bola di tv." sahut Rendi.

"Ih bola melulu. Bulan Ramadan itu bulan penuh berkah dan ampunan. Makanya banyaklah beribadah," kata Rafli.

"Wah, seru sekali nih ngobrolnya. Ayo anak-anak ngumpul di sini. Sebentar lagi kita siap-siap tadarus. Tapi pak Ustaz mau ngobrol sedikit nih tentang bulan Ramadan. Biar kalian lebih semangat. Gimana, setuju?"

"Setuju Pak Ustadz...!" jawab anak-anak penuh semangat.

"Bulan Ramadan adalah bulan yang selalu kita nanti, karena di bulan ini banyak sekali keberkahan." kata pak ustaz memulai ceramahnya.

"Yang pertama, bulan penuh ampunan, kata rasul, barang siapa yang berpuasa Ramadan karena keimanan dan hanya mengharap pahala, dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni."

Anak-anak nampak antusias.

"Yang kedua, bulan yang penuh dengan kedermawanan. Perbanyaklah bersedekah dan memberi kepada orang yang tidak mampu serta mengurangi beban fakir  miskin." lanjut pak ustaz.

"Yang ketiga, bulan turunnya Al-Qur'an. Maka perbanyaklah membaca Al-Qur'an di bulan ini."

"Terus, yang keempat, pada bulan Ramadan terdapat suatu malam yang lebih baik daripada seribu bulan, yaitu malam Lailatul Qadar. Malam Lailatul Qadar ini  yang paling diinginkan semua umat Muslim. Untuk mendapatkan malam ini, seorang Muslim harus melaksanakan ibadah dan amalan yang saleh, seperti berpuasa, tilawah, tadarus Al-Qur'an, berdo'a, berzikir, muhasabah diri dan amal ma'ruf lainnya.

"Aku mau ikut tadarus Pak Ustaz," seru Rafli.

"Saya juga pak Ustaz," seru yang lain ikut-ikutan.

"Baiklah, sementara itu dulu yang Ustaz sampaikan, sekarang yuk siap-siap tadarus."

Anak - anak segera mengambil Al-Qur'an dan duduk melingkar. Satu per satu membacakan ayat-ayat suci dengan khidmad. Yang lainnya pun menyimak dengan khusuk.

Akhirnya, selesailah mereka bertadarus. Setelah menikmati takzil yang sudah disediakan, mereka pun pulang.

"Seru juga ya malam Ramadan. Sudah dapat pahala, dapat ilmu, dapat makanan pula yang enak-enak." kata Rendi.

"Ih, kamu tuh makanan melulu. Yang penting niat kita beribadah karena Allah, dan kerjakan sungguh-sungguh," tukas Hamid.

"Iya nih, jangan seperti tadi, salat belum selesai, berisik melulu," sahut Rafli sebel.

"Hehe, iya. Maaf. Janji dah, mulai besok aku nggak seperti itu lagi. Maklum kan, masih hari pertama, masih adaptasi gitu loh," sahut Rendi meringis.

"Nah, gitu dong. Besok kita tarawih dan tadarus bareng lagi ya!" kata Rafli penuh semangat.

"Oke, Sobat!" seru Hamid dan Rendi bersamaan.

Begitulah tiga serangkai itu melewati malam Ramadan yang seru. Jadikan malam Ramadan malam yang penuh berkah dengan memperbanyak amal saleh. Buat kalian yang masih belajar puasa tetap semangat ya, karena Allah selalu bersama kita.

Baca juga:

0 Comments: