Headlines
Loading...
Oleh. Vivi Nurwida

Zia bermain senter. Cahayanya diarahkan ke sana ke mari. Ia menunggu giliran bermain bekel dengan kakaknya. Sebuah permainan tradisional yang baru saja mereka punya.

"Giliranku, Kak!" pinta Zia yang sudah bosan menunggu kakaknya tak kunjung selesai memainkan permainan bekel.

Ara menangkap bola bekel yang melambung ke atas. Ia menaruhnya di lantai. Beranjak dari tempat duduknya, beralih bermain senter yang sebelumnya dipegang adiknya.

Sedang asyik bermain tiba-tiba terdengar suara bunyi saklar lampu. Ternyata Bunda menghidupkan lampu ruang tengah yang sudah nampak mulai gelap.

"Ayo, sudah mainnya!  Sudah mau malam, mau maghib" pinta Bunda.

"Sebentar lagi, Bunda!" tawar Zia yang sedang asyik dan penasaran bagaimana cara memainkan permainan bekel.

"Kenapa ya  ada siang dan malam, Kak?" celetuk Zia tiba-tiba.

"Kenapa hayo?" tanya Ara balik kepada adiknya itu.

"Kata Upin Ipin siang untuk kita main, malam untuk kita tidur." Zia tertawa setelah menjawab seperti itu.

"Kamu ini." ucap Ara. 

"Bunda, kenapa ada siang dan malam?" tanya Zia kembali sambil memutar-mutar bola yang ada di tangannya. 

"Wah, Masyaallah, anak Bunda selalu punya pertanyaan yang bagus" ungkap Bunda.

Bunda berfikir sejenak. Bunda melihat senter di tangan Ara dan bola bekel di tangan Zia. Bunda akhirnya mengingat sesuatu.

"Kak Ara, masih ingat percobaan pakai bola dan senter tentang terjadinya siang dan malam yang pernah dilakukan pas TK dulu? tanya Bunda pada Ara.

Ara mencoba mengingat-ingat apa yang maksud bunda.

"O iya, ingat, Bun." jawab Ara sambil mengacungkan jari telunjuknya.
 Ia ingat bagaimana terjadinya siang dan malam dengan percobaan sederhana. Bunda meminta Ara untuk mempraktekannya.

"Misal bola bekel ini Bumi, dek" ucap Ara sambil memegang bola bekel yang ada di atas lantai.

"Dan...senter ini matahari" lanjut Ara sambil memegang senter.

Rara mensejajarkan ke duanya. 
"Bumi berputar pada porosnya disebut rotasi bumi" sambung Ara sambil memutar bola bekel.

"Nanti bumi ini bersama bulan akan bersama-sama mengelilingi matahari. Nah, kan nanti ada bagian bumi ini yang kena sinar matahari, jadinya siang. Yang gak kena ini, jadinya malam" jelas Ara sambil menunjuk bagian bola yang terkena cahaya senter dan yang tidak terkena.

"Ooo, begitu" jawab Ara memonyongkan bibirnya.

"Masyaallah, siip!" puji Bunda. 

Bunda kemudian  mengingatkan keduanya tentang surah Yunus ayat 6, yang biasa mereka baca sebagai ayat pembuka pelajaran sains di sekolah. Keduanya pun membaca ayat tersebut dengan diawali taawudz dan basmalah.

اِنَّ فِى اخۡتِلَافِ الَّيۡلِ وَالنَّهَارِ وَمَا خَلَقَ اللّٰهُ فِى السَّمٰوٰتِ وَالۡاَرۡضِ لَاٰيٰتٍ لِّـقَوۡمٍ يَّتَّقُوۡنَ

Artinya:
Sesungguhnya pada pergantian malam dan siang dan pada apa yang diciptakan Allah di langit dan di bumi, pasti terdapat tanda-tanda (kebesaran-Nya) bagi orang-orang yang bertakwa.

"Kira-kira, ada gak orang yang bisa merubah langit yang mulai  gelap ini (bunda menunjuk ke arah luar) menjadi terang kembali?" tanya Bunda kepada kedua putrinya.

"Ya gak ada Bun" jawab keduanya bersahutan.

"Betul. Gak ada dan tidak akan pernah ada satupun makhluk yang bisa melakukannya."

"Coba ya, langit berubah!" Bunda meminta langit berubah menjadi siang. 
Ara dan Zia tertawa melihat tingkah Bundanya, karena tahu tidak mungkin langit bisa berubah karena perintah Bunda.

"Jadi, siapa yang mengatur terjadinya siang dan malam?" tanya Bunda.

"Allah" jawab Zia dengan penuh semangat.

"Allah Mahahebat. Bisa merubah siang menjadi malam, dan merubah malam menjadi siang" simpul Ara.

Baca juga:

0 Comments: