Headlines
Loading...
Oleh. Dewi Irawati Artati

Teeet...teet...teeett...!" Suara bel berbunyi, tanda istirahat tiba. 
"Anak-anak, silahkan dibereskan alat tulis kalian, setelah itu, kalian boleh istirahat." seru Bu Istiqomah kepada murid-murid kelas 1B. 

"Horee...!" seru anak-anak girang.

Nampak anak-anak itu mulai sibuk membereskan alat tulis mereka.

"Ayo kita ke kantin, aku sudah laper nih." seru Aldi kepada Raihan.

"Tunggu sebentar Aldi, aku masih mencari uangku nih, perasaan, tadi aku taruh di dalam kotak pensil, kok sekarang tidak ada sih," sahut Raihan, tangannya memeriksa kotak pensilnya.

"Kamu lupa naruh mungkin, Raihan. Coba cari di saku atau di dalam tasmu," ujar Aldi.

"Nggak ada nih, aku sudah periksa semuanya," jawab Raihan mulai panik.

Seketika kelas itu pun menjadi gaduh.

"Tenang, anak-anak, ada apa ini kok ribut-ribut!" seru Bu Isti.

"Uang Raihan hilang Bu...!" lapor Aldi.

"Lho, kok bisa sih. Memang berapa uang kamu yang hilang Raihan?" tanya Bu Isti.

"Sepuluh ribu Bu, itu uang jajanku hari ini Bu," jawab Raihan panik. 

"Wah, berarti di kelas ini ada yang jadi pencuri dong, Bu!" seru Aldi.

"Anak-anak, coba perhatikan. Mungkin di antara kalian ada yang menemukan uang Raihan? barangkali tadi terjatuh," tanya Bu Isti memastikan.

"Tidak tahu Bu....!" jawab anak-anak serempak.

"Baiklah anak-anak, Bu guru mau menguji kejujuran kalian," kata bu Isti sambil mengeluarkan seikat stik es krim dari dalam laci mejanya.
"Nah, anak-anak, bu guru akan membagikan stik ini kepada kalian. Silahkan ditulis nama kalian masing-masing setelah itu kumpulkan lagi ke bu guru!" seru Bu Isti.

"Baik Bu...!"
Bu Isti pun terlihat komat-kamit di depan stik es krim itu. 
"Stik ajaib ini, sudah ibu bacakan doa, jadi, nanti akan berubah menjadi lebih panjang jika dipegang oleh anak yang mencuri," lanjut Bu Isti mulai dengan triknya.
Anak-anak saling berpandangan. Mereka jadi penasaran, masak iya sih, stiknya bisa bertambah panjang, jika dipegang anak yang mencuri.
Bu Isti pun segera membagikan stik itu kepada seluruh siswa di dalam kelas itu.
"Nah  anak-anak, sekarang silahkan tulis nama kalian masing-masing pada stik itu, kemudian serahkan ke bu guru ya!" seru bu Isti.
"Baik, Bu...!" jawab anak-anak itu serempak.

Tak lama kemudiàn, satu persatu, mereka menyerahkan stik itu kepada Bu Isti. Bu Isti pun mengamati stik tersebut, dan ada satu stik yang berbeda, stik itu lebih pendek dari yang lain. Lalu diambil dan dibacanya, nama siapakah gerangan yang tertera di stik itu. Ternyata stik itu tertulis nama Akbar.

Bu Isti terdiam. Ia sudah mengetahui bahwa pelaku pencurian itu sudah pasti adalah Akbar. Namun, sebagai guru yang bijak, ia tidak ingin mempermalukan Akbar di depan teman sekelasnya. Ketika para muridnya sedang istirahat, Bu Isti meminta Akbar menemuinya di ruang guru.

"Akbar, bu guru sudah tahu bahwa kamulah yang mencuri uang Raihan, bukan?" tanya bu Isti kepada Akbar.
Dengan muka tertunduk, Akbar menjawabnya dengan suara tertahan,"Benar Bu..."

"Kenapa kamu melakukan itu Akbar?" 

"Maaf, Bu, saya terpaksa melakukan itu karena ibu tak memberiku uang jajan buat saya Bu..." jawab Akbar, mulai sesenggukan.

"Astaghfirullah! Akbar, kamu tahu kan bahwa mencuri itu dilarang oleh agama kita, itu dosa besar!" Seru Bu Isti mengingatkan Akbar. "Jika kamu mencuri itu artinya kamu telah merugikan orang lain dan dirimu sendiri, akibatnya kamu akan dijauhi oleh temanmu, dan Allah akan memasukkanmu ke dalam neraka. Apakah kamu mau seperti itu?"

"Tidak, Bu....Saya minta maaf. Saya berjanji tidak akan mengulanginya lagi Bu," jawab Akbar terisak.

"Baiklah, sekarang juga kembalikan uang itu kepada pemiliknya, dan mintalah maaf kepadanya,"
"Baik, Bu," jawab Akbar sambil mengusap air matanya.
Akbar segera berlari mencari Raihan. Dan mengembalikan uang tersebut kepadanya.
"Raihan, maafkan aku ya," ujar Akbar.
Raihan pun memaafkan Akbar.

Bel pun berbunyi lagi tanda waktu istirahat sudah usai dan pergantian pelajaran.
 
Bu Isti kembali masuk di kelas tersebut dan melanjutkan pelajaran.

Di sela-sela pelajaran Bu Isti menasehati anak didiknya.

"Anak-anak, Bu guru mau mengingatkan kalian, jadilah anak yang jujur supaya kalian selamat, sebab kejujuran akan membawamu pada kebaikan, dan kebaikan akan membawamu ke surga," pesan Bu Isti.


Begitulah, sejak saat itu Akbar berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya lagi. Ia takut sama Allah dan balasannya kelak di akherat. Ia sadar bahwa Allah selalu mengawasinya. Ada malaikat pencatat amal yang selalu mengawasinya, yaitu Roqib dan Atid.

Baca juga:

0 Comments: