Cernak
Surga di Bawah Telapak Kaki Ibu
Oleh. Dewi Irawati Artati
Siang itu, Rahma mengayuh sepedanya cepat-cepat. Ia menuju rumah Kinara, sahabatnya. Sesampainya di sana, Rahma mengucap salam dan dipersilakan masuk oleh ibu Kinara.
"Kinara ada, Tante?" tanya Rahma pada ibu Kinara.
"Ada, tuh masih cuci piring di dapur. Sebentar Ibu panggilkan, ya," jawab ibu Kinara sambil masuk ke dalam.
"Hai Rahma, tumben nih siang-siang main, biasanya kamu tidur jam segini," sapa kinara.
"Iya, Kinara, aku lagi bete di rumah. Habisnya, Ibu tidak peduli sama aku. Aku tadi minta dibeliin es krim kesukaanku, tapi Ibu tidak mengizinkan, malah beliin aku buah pisang. Sebel deh," curhat Rahma pada Kinara.
"Oh, jadi begitu ceritanya. Tapi ibumu benar loh Rahma, soalnya, kamu kan baru sembuh dari sakit. Kalau makan es krim, takutnya bisa kambuh lagi radangnya," Kinara menanggapi.
"Tapi aku maunya es krim, aku nggak mau pisang," sanggah Rahma.
Rupanya, ibu Kinara mendengar percakapan mereka. Ia pun angkat bicara.
"Rahma, Ibu kamu itu sayang banget sama kamu. Dia tidak ingin kamu sakit lagi. Makanya tak mengizinkan kamu untuk beli es krim, justru malah beli pisang, karena pisang itu baik untuk kesehatanmu."
Rahma masih terdiam dengan muka cemberut. Kinara pun heran dengan sikap Rahma.
"Betul, Rahma, ibu melarangmu beli es krim karena sayang kamu. Kalau nggak sayang, pasti kamu dibiarin jajan apa saja yang kamu mau, terus kamu sakit lagi. Betul nggak?" sahut Kinara meyakinkan Rahma.
"Kemarin saja, ibumu sangat khawatir waktu kamu sakit. Dia cerita sama tante, sampai tidak bisa tidur semalaman, karena kamu demam tinggi," kata ibu Kinara.
Rahma nampak berpikir.
"Rahma, sebaiknya kamu minta maaf pada ibumu. Tidak ada ibu yang tidak menyayangi anaknya. Semua yang dia larang, pasti ada maksud baiknya," saran kinara.
"Benar, Rahma. Kamu harus menghormati ibumu, karena surga itu dibawah telapak kaki ibu," ibu kinara menasehati.
"Maksudnya apa, Tante, surga berada dibawah telapak kaki ibu?" tanya Rahma penasaran
"Maksudnya, surga atau nerakanya seorang anak bergantung pada ibunya. Sebab rida Allah tergantung rida orang tua terutama ibumu," ibu kinara menjelaskan.
"Ibumu telah mengandungmu selama 9 bulan, lalu melahirkanmu dengan rasa sakit dan nyawa taruhannya, kemudian menyusuimu, mengasuhmu dengan kasih sayang hingga saat ini. Apa itu belum cukup ? Masihkah kamu marah sama ibumu hanya gara-gara es krim?" Ibu kinara berusaha menyadarkan Rahma.
Seketika itu juga Rahma meneteskan air mata. Lalu bangkit dari duduknya.
"Astaghfirullahaladzim, iya, Te. Rahma sadar sekarang. Terima kasih sudah mengingatkan. Rahma pamit dulu ya, Te," ucap rahma.
Rahma segera mengayuh sepedanya dengan semangat menuju rumahnya. Sesampainya di rumah, ia mencari ibunya. Ternyata ibu sedang tertidur di sofa akibat kelelahan.
Rahma mendekati ibunya, ia cium tangannya. Namun sang ibu tak bergeming. Kelihatannya ia sangat lelah. Rahma pun memijit kaki ibunya, cukup lama. Ia pandangi wajah sang ibu yang lemah lembut. Ada guratan tipis di wajahnya.
Rahma menyesal telah menganggap ibunya tak peduli padanya. Ia membayangkan betapa lelahnya menjadi seorang ibu. Air matanya mulai mengalir di pipinya yang mungil. Lalu menetes di kaki ibunya. Rahma segera mengelapnya dengan bajunya.
Ibu pun terbangun dan menyapa Rahma dengan gembira.
"Eh, anak Ibu sudah pulang. Ibu dari tadi nungguin kamu sampai ketiduran. Ibu bikinin kolak pisang loh, Rahma mau?"
Rahma mengangguk. Air matanya menetes lagi.
"Loh, kok malah menangis, kenapa Rahma?" tanya ibu.
"Rahma minta maaf Bu, tadi sudah marah- marah sama Ibu," jawab Rahma sesenggukan.
"Iya, Sayang. Ibu maafin kok. Ibu nggak marah sama Rahma. Ibu sayang sama Rahma. Makanya Ibu berusaha memberikan yang terbaik untuk Rahma," ujar ibu sambil mengusap air mata Rahma dan mengelus rambutnya.
"Terima kasih Bu, Rahma janji, tidak akan marah sama Ibu lagi, dan akan nurut sama Ibu. Rahma tidak mau durhaka sama Ibu. Rahma ingin berbakti sama Ibu," ucap Rahma sambil memeluk sang ibu.
"Maasya Allah, iya, Sayang. Semoga Allah selalu menjagamu. Insya Allah surga menanti anak yang solehah sepertimu," ucap ibu sambil memeluk dan mengusap kepala Rahma. [ ]
0 Comments: