Headlines
Loading...
Oleh. Ummu Hanik

Hari Minggu, ibu dan Ali pergi ke pasar. Rencananya ibu mau belanja kebutuhan dapur untuk satu minggu. Kemarin, ibu baru saja dapat uang arisan. Daripada uang cepat habis yang tidak jelas, maka ibu memilih untuk dibelanjakan kebutuhan dapur. Khawatir tidak bisa membawa barang belanjaan, maka ibu mengajak serta Ali ke pasar.

"Ali, pagi ini temani ibu ke pasar ya, ibu mau belanja kebutuhan dapur untuk satu minggu. Alhamdulillah kemarin ibu dapat uang arisan," kata ibu.
"Ya Bu, nanti Ali temani," jawab Ali.
"Fatimah ga diajak ya Bu?" Tanya Fatimah.
"Lha katanya Fatimah ada tugas sekolah yang harus dikumpulkan besok," kata ibu mengingatkan.
"Oh, iya. Fatimah hampir lupa. Untung ibu ingatkan. Oke deh, Fatimah di rumah aja. Tapi, jangan lupa belikan jajan buat Fatimah ya? Kue klepon kesukaan Fatimah," kata Fatimah sambil tersenyum.
"Siap Tuan Putri," jawab ibu dan Ali bersamaan.

Di pasar, ibu langsung menuju penjual sembako. Membeli beras, minyak goreng, gula pasir, sabun, dan sebagainya. Saat sedang asyik belanja, tiba-tiba...
"Srettttttt....pyarrrr...bug...," suara orang terjatuh dan telur pecah. 
Sontak semua orang melihat ke arah datangnya suara itu. Ibu yang tadi asyik belanja juga kaget. Karena orang yang jatuh itu, ternyata tepat di samping ibu. Dan...
Ya Allah.., belanjaan ibu ternyata berantakan karena kejatuhan orang itu.

"Ehh... haduh...maaf...," kata orang itu pada ibu, sambil bangkit dari jatuhnya.
"Iya, ga apa-apa. Lain kali hati-hati kalau jalan," kata ibu masih dengan wajah bingung karena melihat belanjaannya berantakan. Apalagi ketika melihat telur yang baru saja dibeli, hancur tak tersisa.
"Maaf, tadi terpeleset kulit pisang," kata orang itu, yang ternyata seorang pemuda.

Ali langsung merapikan barang belanjaan ibu. Untung hanya telur yang pecah. Ali berusaha menenangkan ibu yang terlihat sedih.

"Sudah Bu, ga apa-apa. Cuma telur kok yang pecah," kata Ali.
"Maaf Bu, telurnya yang pecah saya ganti." kata pemuda itu.
"Tidak usah Nak, ga apa-apa koq. Itu cuma kecelakaan. Tidak disengaja," kata ibu menolak.
"Ibu, itu kesalahan saya. Karena saya kurang berhati-hati jalannya, maka terpeleset dan akhirnya jatuh kena belanjaan Ibu. Jadi saya harus tanggungjawab," kata pemuda itu.

Pemuda itu pun meminta penjual untuk mengganti telur ibu. Membayarnya dan kemudian pamit pada ibu. Sebelum berpisah, pemuda itu sekali lagi meminta maaf pada ibu. Ibu melihat pemuda itu dengan penuh kagum.

"Ibu kenapa?" tanya Ali.
"Ibu kagum pada pemuda itu. Dia sangat sopan. Jarang ada pemuda seperti itu. Berani mengakui kesalahan dan juga bertanggungjawab," jelas ibu.

Mendengar itu, Ali terdiam. Dalam hatinya, ia juga memuji kebaikan akhlak pemuda itu. Ia berjanji akan berusaha menjadi orang yang bertanggungjawab dan senantiasa memperbaiki akhlak.

Selesai belanja, ibu dan Ali bergegas pulang. Tak lupa jajan pesenan Fatimah juga dibelikan.

Sampai di rumah, ibu dan Ali berucap salam berulang, tapi tidak ada jawaban. Akhirnya mereka masuk rumah lewat pintu samping. Begitu kagetnya mereka ketika melihat suasana rumah yang berantakan. Kertas dan buku berserakan di lantai. Fatimah terlihat sedang menonton tv. 

"Fatimah, ternyata kamu nonton tv ya, koq dari tadi Ibu dan Kak Ali salam koq tidak menjawab," kata ibu pada Fatimah.
"Eh, iya Bu, Fatimah lagi asyik nih menikmati lagu di TV jadi tidak dengar salam ibu. Maaf ya Bu.." jawab Fatimah.
Ibu hanya menggelengkan kepala mendengar jawaban Fatimah. Ibu pun menuju ke dapur untuk menaruh belanjaan dan bersiap untuk masak.

"Fatimah, rumah koq berantakan. Habis belajar tidak mau merapikan ya...?" Tanya Ali.
"Ah, nanti saja Kak. Lagi asyik nih nonton TV nya. Kalau Kak Ali mau bantu merapikan, Fatimah sangat berterima kasih," kata Fatimah sambil tersenyum.

"Eh, tak boleh begitu Fatimah. Jadi anak itu harus bertanggungjawab. Kalau kamu yang membuat rumah berantakan, maka kamu juga yang harus merapikan," kata Ali menasehati Fatimah 
"Iya ...iya Kak. Tapi kan bisa nanti-nanti merapikannya. Tanggung nih nonton TV ya...," Fatimah masih mencoba beralasan.
"Fatimah tidak ingin disayang Allah ya?" Tanya Ali serius.

Melihat wajah kakaknya serius, Fatimah langsung mematikan TV.

"Iya Kak. Fatimah ingin disayang Allah," jawab Fatimah menunduk.
"Nah gitu dong Fatimah. Allah itu sayang sama anak yang mau bertanggungjawab dan memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Kalau bisa dikerjakan sekarang, kenapa harus nunggu nanti," kata Ali sambil tersenyum. 
"Ayo Kakak bantu merapikan. Sekarang kamu ambil sapu, ga pakai nanti ya..." kata Ali.

Mendengar kalau mau dibantu kakaknya, Fatimah langsung lari ke belakang. Hatinya bersemangat dan bahagia punya kakak yang baik hati. Ia berjanji, akan selalu mengikuti nasehat kakaknya, menjadi anak baik dan penuh tanggungjawab biar disayang sama Allah.

Baca juga:

0 Comments: