Headlines
Loading...
Oleh. Ana Mujianah 

Bel tanda istirahat berbunyi nyaring. Siswa-siswi SD Cendekia bersorak senang. Mereka pun berlarian menuju kantin untuk membeli jajanan atau memakan bekal yang dibawa dari rumah masing-masing.

"Faza, ayok ke kantin," ajak Abid, teman sebangkunya Faza. Namun, Faza hanya menggeleng.

Faza masih duduk di bangkunya. Biasanya dia paling bersemangat saat jam istirahat. Namun, hari itu Faza bermalas-malasan. Faza kemudian membuka kotak bekal yang dibawakan bunda. Mengintip-intip isinya. Ada telor orak-arik dengan sayuran-sayuran, ada nuget ayam, dan ada juga puding mangga kesukaan Faza.

"Yaah ... telor orak-arik lagi!" gerutu Faza. Faza memasukkan kembali kotak bekalnya ke dalam tas dengan wajah cemberut.

"Kenapa dimasukkan lagi bekalnya?" tanya Miss Siska yang dari tadi memerhatikan Faza.

"Nggak pa pa, Miss," sahut Faza.

"Faza nggak makan?" tanya Miss Siska lagi. Faza hanya menggeleng. Kata Faza, dia belum lapar. Padahal, sebenarnya Faza sudah lapar. 

Tadi pagi, Faza sempat ngambek. Faza minta dibuatkan ayam crispy. Tapi, bunda belum sempat ke pasar untuk membeli ayam. Bunda janji, insya Allah besok dibuatkan bekal ayam crispy asal bekal hari ini habis. Meski bunda sudah berjanji membuatkan ayam crispy, tapi Faza masih cemberut saat berangkat sekolah.

"Faza, kenapa? Kok diem aja. Sini cerita sama Miss." Miss Siska curiga kalau Faza tidak mau makan bukan karena belum lapar.

"Faza nggak bawa bekal?" 

"Bawa Miss," jawab Faza dengan lemas.

"Bunda bawain bekal apa? Boleh Miss Siska lihat?" Faza mengeluarkan kotak nasi bergambar bola dari dalam tasnya kemudian berjalan ke arah meja Miss Siska.

"Masya Allah. Alhamdulillah. Bekal Faza hari ini lengkap sekali," ucap Miss Siska. 

"Kenapa Faza nggak mau makan? Sayang lho. Kalau nanti basi, terus dibuang jadi mubazir." Faza hanya menunduk mendengar nasihat Miss Siska. 

"Makanan ini kan rezeki dari Allah. Kalau sampai terbuang, berarti Faza sudah menyia-nyiakan pemberian Allah. Itu namanya perbuatan mubazir." Faza tampak seirus mendengarkan nasihat Miss Siska.

"Faza tau tidak? Perbuatan mubazir itu temennya siapa ...?"

"Temennya setan ya, Miss?" jawab Faza lirih.

"Tuh, Faza sudah tau."

Di saat Miss Siska menasihati Faza, tiba-tiba terdengar suara anak merintih. Ternyata suara Aldo yang duduk di kursi belakang.

"Aldo, kamu kenapa?" Aldo hanya menggeleng lemas. Perhatian Miss Siska sekarang tertuju pada Aldo. 

"Aldo mungkin sakit, Miss," sahut Faza. Miss Siska dan Faza kemudian mendekati Aldo.

"Aldo sakit?" tanya Miss Siska. Lagi-lagi Aldo hanya menggeleng.

"Aldo nggak makan?" Aldo menggeleng lagi.

"Aldo bawa bekel nggak?" Faza ikut bertanya pada Aldo, dan Aldo menggeleng lagi.

"Kenapa nggak bawa bekel?" tanya Miss Siska.

"Ibu belum punya uang untuk beli beras," jawab Aldo memelas. Miss Siska kemudian menoleh ke arah Faza. 

"Tapi Aldo sudah sarapan?" Aldo menggeleng semakin pelan. Faza menatap Aldo penuh iba. Faza jadi merasa bersalah terhadap bunda dan Allah.

"Maafin Faza, Ya Allah. Faza tidak bersyukur." 

"Tadi pagi, Bunda Faza hanya belum sempat beli ayam. Tapi, bunda masih punya uang untuk beli ayam besok." Faza kemudian berlari mengambil bekalnya di meja Miss Siska.

"Terima kasih, Ya Allah atas rezeki-Mu." Faza mengangkat kedua tangannya sambil menatap ke atas. 

"Aldo, ayok kita makan bareng. Aku bawa bekal banyak," ajak Faza. Aldo pun tersenyum senang. Akhirnya Aldo bisa makan siang. 

"Terima kasih ya, Faza," ucap Aldo.

"Sama-sama. Semoga hari ini Allah memberikan rezeki pada ibunya ya," Doa Faza yang diaminkan oleh Aldo. 

Akhirnya bekal Faza habis. Kalau bekalnya hari ini habis, bunda janji besok akan masak ayam crispy kesukaan Faza. Selain itu Faza juga senang, karena jadi lebih bersyukur kepada Allah.


Baca juga:

0 Comments: