Cernak
Tidak Boleh Sombong
Oleh. Ana Mujianah
"Haykal! Haykal! Haykal!" Sorak-sorai murid-murid kelas 3 yang mendukung Haykal.
"Yeayyy, Haykal juara 1. Kelas 3A menang!" teriak murid-murid kelas 3A pendukung Haykal. Anak laki-laki segera berhamburan ke arah Haykal. Menyalami Haykal bahkan ada yang nekad menggendongnya.
Haykal mampu menjawab quis Matematika paling awal dalam lomba cerdas cermat antar kelas. Teman-teman sekelas pun memuji-muji kepandaian Haykal.
"Haykal hebat! Haykal keren!" teriak mereka kompak karena kelasnya menang. Haykal tersenyum bangga di puji-puji temannya.
"Selamat ya, Haykal." Alvaro wakil dari kelas 3B menyalami Haykal.
"Haykal kamu hebat, bisa menyelesaikan soal Matematika tadi cepet banget. Kasih tau dong, gimana cara belajarnya?" tanya Alvaro.
"Ah, itu mah soal kecil. Gampang itu. Dikerjain sambil merem juga bisa," jawab Haykal sambil menjentikkan jari kelingkingnya.
Karena menang sebagai juara pertama, Haykal mulai membanggakan diri sendiri. Setiap pelajaran Matematika, banyak teman-teman yang bertanya kepada Haykal kalau belum mengerti rumus yang dijelaskan oleh pak guru. Kadang Haykal mau mengajari teman-temannya, tapi seringnya Haykal minta imbalan saat mengajari teman-temannya. Duuh, Haykal memanfaatkan kepandaiannya, nih.
Seperti hari itu. Pak Ilham memberitahu anak-anak, nanti setelah istirahat ada ulangan harian. Semua sibuk belajar dan menghafalkan rumus bangun ruang.
"Haykal, ini gimana cara ngitungnya biar cepet?" tanya Aldi tentang cara menghitung luas kubus sebuah bertingkat.
"Dicari rumus masing-masing bangun ruangnya dulu, ya?" tambah Abid.
"Aku sudah hafal rumusnya tapi tetep aja bingung kalau bertingkat gitu," sahut Faza. Anak-anak antusias bertanya kepada Haykal.
"Ah, kalian semua cemen. Masak gitu aja nggak bisa?" remeh Haykal dengan angkuh.
"Iya ajarin, dong Haykal," pinta Aldi.
"Oke, tapi ada syaratnya," jawab Haykal.
"Haykal, sama ilmu nggak boleh pelit. Yang ngasih kepandaian kepada Haykal kan Allah. Nanti, kalau Haykal pelit, diambil kepandaiannya sama Allah, lho," sahut Faza tidak suka melihat kesombongan Haykal.
"Terserah! Mau nggak diajarin?" tanya Haykal jual mahal.
"Iya-iya, ajarin kita." Abid menyenggol bahu Faza agar Faza diam.
"Oke, beliin bakso di kantin ya." Aldi, Abid, Faza mengangguk setuju. Mereka sepakat untuk iuran membelikan Haykal bakso saat istirahat nanti. Akhirnya Haykal mau menjelaskan kepada mereka.
Saat jam istirahat, Haykal menagih janji untuk dibelikan bakso.
"Mana janjinya beliin bakso?" todong Haykal kepada Aldi dan teman-teman yang tadi minta diajarin oleh Haykal.
"Iya! Sabar," sahut Aldi.
"Nih uangnya. Kamu beli sendiri ya, karena kita nggak ke kantin. Mau belajar." Aldi memberikan uang hasil iuran kepada Haykal.
Haykal langsung ngacir ke kantin. Haykal tidak mau belajar lagi karena merasa sudah paham. Dia yakin kalau nanti pasti bisa mengerjakan soalnya. Sementara, teman-teman yang lain, mulai komat-kamit menghafal rumus.
"Kriing!" Bel tanda masuk berbunyi. Anak-anak kelas 3 bersiap menyambut Pak Ilham.
"Gimana anak-anak? Sudah siap ulangan harian?" tanya Pak Ilham.
"Insya Allah, siap, Pak," jawab mereka kompak. Pak Ilham mendiktekan sepuluh soal cerita. Semua serius menulis soal tersebut dan mengerjakannya.
"Alhamdulillah selesai," ujar Faza. Faza kemudian mengumpulkan hasil ujiannya disusul Aldi, Abid dan yang lainnya.
"Sudah selesai semua? Siapa yang belum mengumpulkan?" tanya Pak Ilham.
"Saya, Pak." Haykal mengangkat tangan.
"Kok tumben Haykal belum selesai," bisik Faza kepada teman sebangkunya, Abid.
"Ayo buruan Haykal. Teman-teman sudah selesai semua," perintah Pak Ilham. Haykal pun panik. Akhirnya dia menyelesaikan ulangan dengan terburu-buru. Ternyata Haykal dari tadi tidak segera mengerjakan karena menganggap soalnya gampang.
Karena waktunya habis, terpaksa Haykal mengumpulkan ulangan dengan jawaban asal-asalan. Dan, setelah dikoreksi bersama, Haykal mendapatkan nilai yang paling rendah.
"Makanya, lain kali nggak boleh sombong Haykal. Sepintarnya manusia, ada Allah yang lebih pintar," celetuk Faza. Haykal hanya menunduk penuh penyesalan. [ ]
0 Comments: