motivasi
Tidak Tergerakkah Hatimu untuk Bangkit, Wahai Muslimah?
Oleh. Maya Dhita
Pegiat Literasi
Miris, itulah yang pasti kita
rasakan saat membaca berita tentang dispensasi nikah yang diajukan oleh belasan ribu anak SMP dan SMA di Indonesia. Bukan karena pernikahan dini yang dilakukan untuk mencegah kemaksiatan, tetapi karena alasan hamil duluan. Ya, kehamilan yang tidak diharapkan itu berasal dari sebuah perzinaan.
Total belasan ribu pengajuan dispensasi dalam setahun kemarin dan prosentase hamil duluan yang tinggi, menunjukkan besarnya tingkat perzinaan di negeri ini. Indonesia darurat perzinaan. Namun, adakah langkah konkrit pemerintah untuk mengatasi hal ini? Atau setidaknya ada pernyataan resmi dari orang nomor satu di negeri ini?
Di salah satu media online dengan bahasan yang sama, tampak sebuah foto yang menunjukkan dua gadis belia dengan perut yang membesar. Mereka duduk berjauhan di sebuah ruang tunggu Pengadilan Agama. Keduanya tampak asyik dengan gawainya masing-masing. Kedewasaan jelas belum matang. Bahkan memutuskan sesuatu pun mereka belum mampu memilah mana yang hak dan batil. Hanya memperturutkan hawa nafsu.
Bagaimana mungkin generasi gemilang akan tumbuh dari ibu yang labil seperti ini? Sedangkan ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya. Mau jadi apa generasi kita ke depan?
Sahabat, kita sebagai wanita yang sedang mendapat amanah sebagai seorang ibu, calon ibu atau nantinya akan menjadi ibu tentu tidak ingin meninggalkan generasi lemah. Generasi yang mudah terombang-ambing dan terbawa arus pemikiran kufur seperti paham kebebasan. Kita pasti tidak mau anak-anak kita jauh dari syariat Islam dan terjerumus kepada kemaksiatan. Lalu apa yang bisa melindungi mereka dari hal-hal buruk buah sistem kapitalis?
Musuh dari segala bentuk kemaksiatan dan kehinaan adalah sistem Islam. Syariat Islam mengatur kehidupan agar manusia tetap pada jalan yang lurus. Jalan orang-orang yang diberikan nikmat yaitu orang yang menaati Allah dan rasul-Nya. Dan bukan jalan orang yang dimurkai (orang yang mengingkari perintah Allah dan ajarah rasul-Nya) dan mengikuti kesesatan (orang-orang yang tidak mendapat petunjuk).
Maka tidak ada jalan lain selain membentengi buah hati kita dengan penanaman akidah Islam yang kuat, yang mampu menjadi pondasi yang kokoh bagi keberlangsungan hidupnya. Sehingga nanti mereka akan tumbuh menjadi pribadi bermental kuat sesuai syariat.
Keluarga adalah lingkungan terdekat anak-anak. Dampak pengasuhan terkuat berasal dari orang-orang terdekat mereka. Ibu dan ayah atau salah satunya. Atau dalam kondisi tertentu bisa kakek, nenek, paman dan bibi. Dari orang-orang terdekat inilah penanaman akidah Islam akan lebih kuat mengakar ke dalam diri mereka. Dengan kuatnya pondasi akidah Islam yang dibangun pada anak-anak, paling tidak mereka akan lebih siap dalam menghadapi berbagai macam keadaan di luar lingkungan keluarga. Tapi ternyata itu semua belum cukup.
Tanggung jawab pengasuhan ini memang sangat berat. Kita tidak mungkin selama 24 jam terus mengawasi anak-anak. Mereka akan bermain di luar rumah, belajar di sekolah dan pergi ke tempat umum yang jauh dari pengawasan kita. Apa yang bisa kita lakukan saat mereka tidak dalam jangkauan kita? Setelah semua usaha yang telah kita lakukan, kita hanya bisa berdoa agar Allah menjaga mereka.
Kita tidak bisa berharap banyak dari masyarakat heterogen dengan berbagai macam pola pikir dan kepentingan. Kita pun tidak bisa meminta hak perlindungan dan rasa aman kepada pemerintah. Dan kita tidak sedang berada dalam negara yang menerapkan syariat Islam secara menyeluruh di mana setiap diri akan dilindungi agama, harta, jiwa, akal, dan nasab syariatnya.
Kita membutuhkan lingkungan yang sehat untuk anak-anak kita. Kita membutuhkan aturan-aturan sahih yang mampu mengontrol kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Kita membutuhkan rasa aman dan jaminan kesejahteraan. Dan semua itu mustahil kita dapatkan di sistem kapitalis. Kita pun tak mampu berjuang sendirian demi melindungi anak-anak kita dari paparan gelombang kemaksiatan akhir zaman.
Untuk itu, selain terus meng-upgrade diri agar mampu mendidik dan mengasuh dengan lebih baik, yang harus kita lakukan adalah berdakwah baik secara lisan maupun tulisan. Menyebarkan opini urgensitas penerapan syariat Islam secara kafah. Agar setiap permasalahan yang ada mendapatkan solusi. Agar setiap kerusakan serta dampak buruknya dapat dihilangkan, dibuang ke tempat yang seharusnya. Agar kita bisa hidup di lingkungan yang jauh dari kemaksiatan dan kehinaan. Agar Allah merahmati negeri kita.
Sahabat, tanpa dakwah maka opini kita tidak akan didengar dan menyebar ke penjuru dunia. Maka bangkitlah wahai muslimah. Suarakan pemikiranmu, gerakkan penamu, dan hentakkan jemarimu. Masuklah ke dalam belantara jutaan pemikiran yang saling berkelindan. Uraikan ikatannya dengan pemikiran yang bersumber dari sang Maha Pengatur.
Bergeraklah karena anak-cucumu mengharap didikkanmu. Berjuanglah karena generasi setelahmu membutuhkanmu. Meski takdir tegaknya syariat Islam bukan hasil usahamu. Setidaknya berjuanglah agar kita menjadi salah satu orang yang ikut memperjuangkannya.
Jika memikirkan orang lain terlalu berat bagimu, maka selamatkan dirimu sendiri agar kau memiliki hujjah saat dipertanyakan atasmu, "Engkau ada di mana saat syariat belum kembali tegak?"
0 Comments: