Headlines
Loading...
Oleh. Iis Nopiah Pasni 

Pagi yang indah, suasana cerah di Bumi Serasan Sekundang Muara Enim.

Semalaman memang  hujan turun dengan lebatnya. Jalanan jadi basah, tak menyurutkan semangat Abi pergi sekolah.

Sesampai di sekolah, teman sekelas Abi sudah banyak yang datang.
Bunda dan Dik Hani pamit pada Abang Abi, pulang lagi ke rumah mereka.

Adik Hani ternyata tak mau masuk rumah, Dik Hani ingin  main di depan rumahnya, memetik daun-daun tanaman bunga bunda, lalu menumbuk daun-daun menggunakan batu kecil lalu dituang air, diaduk hingga berwarna hijau.

Senyumnya terbit, ia senang melihat airnya berwarna hijau. Ternyata ia melihat hal tersebut saat kemarin bermain bersama Ningrum, tetangganya.

Setelah puas bermain sendiri, ia masuk ke rumah lalu berkata:

"Ikum," kata Dik Hani kencang  yang maksudnya assalamualaikum, ketika ia mau masuk ke rumah.

"Waalaikumsalam, Adik Saleha," kata Bunda yang sedang mengetik tulisannya di hape.
Bunda Isna kemudian meletakkan hapenya lalu bercanda sejenak dengan Dik Hani.

Bunda Isna biasanya menggelitik Dik Hani atau meminta Dik Hani mencium pipi Bundanya.

"Coba sayang Bunda dulu," kata Bunda sambil menyodorkan pipi kanannya. Adik Hani pun langsung mencium Bundanya lalu tertawa lepas. Alhamdulillah, senangnya.

Abi baru saja pulang sekolah, ia melepas sepatunya. Lalu mengangkat tasnya, tanpa sadar ia langsung masuk rumah tanpa mengucap  salam dan doa masuk rumah.

Tiba-tiba Dik Hani langsung bilang:

"Ikum, Abang," kata Dik Hani dengan muka lucunya, otomatis semua tertawa. Lalu Abang Abi langsung bilang maaf pada Dik Hani.

"Iya maaf, ya Dik, Abang lupa. Assalamualaikum Dik Hani Sayang," kata Abi mengucap salam.

"Waalaikumsalam, Abang," jawab Bunda sedangkan Dik Hani menjawab dengan berkata:
"Alam," mungkin maksudnya waalaikumsalam, setelah itu ia tersenyum manis.

"Masyaallah, keren ya Dik Hani tadi ya Bun, bisa protes karena Abang lupa salam," kata Abi memuji adiknya.

Dipuji Abangnya, Hani langsung memamerkan jempolnya dan minta tos pada Abang dan Bundanya lalu berkata: 
"Mantap," ujarnya dengan senyum mengembang.

Entahlah ia meniru siapa yang jelas, kelakuan Adik Hani tadi membuat mereka tertawa.

"Dik, gimana ucap salamnya?" tanya Abi pada Adik Hani.

"Ikum," kata Dik Hani dengan mulut yang dimajukan ala Dik Hani yang menggemaskan.

"Waalaikumsalam," jawab Bunda Isna dan Abang Abi hampir berbarengan.

Lalu Abi mengeluarkan dua bungkus roti isi coklat kesukaan mereka berdua.
Abi lalu membaginya untuk adiknya satu, dan satu lagi untuknya. Tentu saja Dik Hani langsung meloncat kecil kesenangan.

"Acih, Bang," ucapnya sambil tersenyum, ia lalu memamerkan roti tersebut pada Bundanya.

"Kak, Kak," ucapnya sambil menyodorkan roti yang masih berbungkus plastik.

Dengan cepat, Bunda Isna membukakan bungkus roti tersebut. Menyobek plastik transparan itu, lalu mengeluarkan rotinya. Dik Hani menatap Bundanya lalu menelan ludahnya karena ingin makan roti tersebut. 

Bunda memberikan roti itu, lagi Dik Hani langsung berterima kasih.

"Acih," katanya sambil tersenyum melihat kearah bundanya. Tak lupa Dik Hani membuang sampahnya tadi ke tempat sampah di depan rumahnya.

"Doa dulu yuk Abang,  Adik," ajak Bunda sambil  mengingatkan. Selanjutnya  Abi, Hani dan Bunda membaca doa mau makan. Abi dan Dik Hani makan dengan lahapnya tentu saja mereka duduk dan makan pakai tangan kanannya. Masyaallah anak tangguh yang saleh dan salehah.


Senangnya hari ini karena dua anak tangguh ini banyak belajar, antara lain Abi dan Hani belajar  mengucap salam dan menjawab salam, belajar berbagi makanan dan belajar mengucap terima kasih ketika diberi, satu lagi harus membuang sampah pada tempatnya.

Baca juga:

0 Comments: