Oleh. Ummu Hanik
Pagi itu, di kelas Ali sedang belajar pelajaran IPA. Seperti biasa pak guru meminta anak-anak untuk bekerjasama dengan cara diskusi. Dibentuklah beberapa kelompok. Tiap kelompok ada 4 anak. Ketika pembagian kelompok, ada satu anak yang yang tidak mendapat tempat. Hampir semua anak tidak mau ada anak itu dalam kelompoknya. Anak itu bernama Amir.
Amir anak yang unik. Di kelas termasuk anak yang tak bisa diam. Ada saja ulahnya yang membuat orang lain jengkel. Bahkan kadang membuat guru marah dan akhirnya memberikan hukuman pada Amir. Karena sikapnya itulah, banyak anak yang kurang suka bergaul dengan Amir. Teman-temannya lebih suka menghindari daripada bermasalah dengannya.
"Amir, kamu cari kelompok lain ya, ini sudah cukup," kata Rois pada Amir.
"Eh, kelompokku juga sudah pas jumlah anggotanya," kata Firman saat melihat Amir menuju ke arahnya.
"Aku ikut kelompokmu ya Budi?" tanya Amir pada Budi.
"Ehhh gimana ya...sebenarnya kelompokku juga sudah pas anggotanya," jawab Budi dengan berat hati.
"Amir ikut kelompokku saja," kata Ali pada Amir.
Amir melihat Ali seakan tak percaya dengan ajakannya.
"Maaf Ali, kok Amir diajak gabung dengan kelompok kita sih, kan jumlahnya sudah cukup," kata Ardi keberatan.
"Tak apa Ardi. Kata pak guru kan, kalau ada teman yang belum kebagian kelompok, maka jumlahnya boleh lebih dari empat," jawab Ali menenangkan Ardi.
"Terima kasih Ali," jawab Amir sambil duduk di samping Ali.
Ali tersenyum pada Amir. Dalam hatinya, ia berharap Amir bisa bekerjasama selama belajar dan mengerjakan tugas dari pak guru.
Saat diskusi kelompok dimulai, Amir kembali membuat ulah. Ia tidak mau ikut mengerjakan tugas. Ia terlihat asyik membuat pesawat dari kertas dan menerbangkannya dalam ruangan kelas. Pak guru yang melihat ulah Amir pun mengingatkan.
"Amir, jangan bermain. Ayo ikut berdiskusi dengan teman kelompoknya," perintah pak guru.
Amir diam tak menjawab. Ia kembali duduk dekat Ali.
"Ali, tuh kan Amir bikin ulah," kata Ardi berbisik.
Ali hanya tersenyum.
"Yuk...kita lanjutkan diskusinya," ajak Ali pada anggota kelompoknya.
"Amir, kamu tugasnya menulis hasil diskusi ya!" perintah Ali pada Amir.
Amir mengangguk. Ia pun menyalin hasil diskusi.
Setelah jam pelajaran berakhir, kertas yang berisi hasil diskusi dikumpulkan. Saat melihat hasil diskusi kelompok Ali, pak guru tersenyum dan memberi pujian untuk Amir.
"Wah ini yang menulis Amir ya. Tulisannya bagus," kata pak guru.
Amir tersenyum bahagia. Ia tak menyangka akan mendapat pujian dari pak guru. Baru kali ini, pak guru tidak memarahinya, bahkan malah memuji di hadapan anak-anak yang lain.
Saat pulang sekolah, Amir berlari menghampiri Ali.
"Ali, terima kasih ya," kata Amir.
"Terimakasih untuk apa Amir?" tanya Ali tersenyum.
"Terimakasih karena kamu sudah memberiku kesempatan berbuat baik Ali. Kamu tidak seperti teman-teman yang lain. Mereka tidak peduli denganku. Bahkan banyak teman yang membenciku," kata Amir dengan wajah menunduk.
"Amir, sebenarnya teman-teman tidak membencimu. Mereka hanya tidak suka dengan perilakumu saat belajar di kelas," kata Ali.
"Amir, maukah engkau mendengar apa yang ku katakan?" tanya Ali menatap Amir dengan wajah serius
"Iya Ali, ada apa?" tanya Amir penasaran.
"Amir, saat kita belajar di kelas, ada adab yang harus kita jaga. Adab terhadap guru dan juga ada terhadap teman-teman. Terhadap guru, kita harus berlaku sopan. Memperhatikan pelajaran saat guru menerangkan. Mengerjakan tugas dengan baik, saat kita diberi tugas. Tidak berbicara kasar dan bersuara keras saat berbicara dengan guru. Begitu juga saat kita bersama teman-teman. Tak boleh kita menyakiti atau pun membuat teman-teman marah atas sikap kita," kata Ali menasehati Amir.
Amir mendengarkan perkataan Ali dengan seksama. Ia merasa semua perkataan Ali benar. Teringat selama ini perilakunya sangat buruk saat berada di kelas. Ia suka membuat gaduh suasana kelas saat pelajaran sedang berlangsung. Kadang membuat teman-temannya jengkel, dengan sikapnya yang usil.
"Amir, Allah sangat sayang pada orang yang menyayangi saudaranya seperti menyayangi dirinya sendiri. Allah juga sangat sayang pada orang yang menghormati guru sebagaimana orang tuanya. Guru adalah tempat menimba ilmu. Teman adalah penyemangat menuntut ilmu. Karena itu berbuat baiklah pada guru dan teman," kata Ali sambil menepuk pundak Amir.
"Iya Ali. Semua perkataanmu benar. Aku menyadari kesalahanku selama ini. Terimakasih sudah mengingatkanku," kata Amir terharu.
Amir memeluk Ali dengan penuh haru dan terimakasih. Dalam hatinya berjanji akan memperbaiki diri. Menjadi anak yang hormat sama guru dan saling berkasih sayang dengan teman.
0 Comments: