Headlines
Loading...
Oleh. Rahma Ummu Zubair

"Abi, Abi pernah naik pesawat terbangkah?" tanya Ghazi. "Abinya Mas Yusuf pernah naik pesawat, Bi. Di bandara Abinya melihat Marshaller, Bi," cerita Ghazi dengan antusias.

"Wah iya, Nak?" respon Adam atas cerita Ghazi. "Alhamdulillah, Abi juga sudah pernah naik pesawat, dan juga pernah melihat Marshaller di bandara," jawab Adam dengan wajah semangat bercerita.

"Memakai rompi, topi, sepatu dan penutup telinga Marshaller siap beraksi," kata Adam sambil menirukan gerakan Marshaller saat bertugas memarkir pesawat di taxiway atau jalan penghubung bagi pesawat.

Dengan gelak canda tawa Ghazi senang melihat lagak abinya yang berperan sebagai seorang Marshaller, juru parkir pesawat di bandara. "Hahaha, Abi berubah menjadi Marshaller," kata Ghazi dengan riang.

"Siap! Beraksi," kata Adam dengan tangan yang bergerak dengan kode sembarangan, sebab Adam hanya bergaya tanpa tahu makna gerakan tangan selayaknya petugas Marshaller.

"Ghazi tahu tugas-tugas Marshaller?" tanya Adam sembari menggapai tubuh Ghazi untuk digendongnya dengan posisi Ghazi tengkurap seakan menjadi pesawat dengan tangan Ghazi yang membentang untuk terbang.

"Wuih, terbang! Hahahaha, gak tau, Bi," jawab Ghazi.

"Marshaller itu bertugas untuk memarkir pesawat, Zi," kata Adam.

"Loh, bukannya yang memarkir itu adalah pilot ya, Bi?" tanya Ghazi bingung.

"Maksudnya, Marshaller yang memandu pilot dengan memberikan aba-aba kepada pilot untuk memarkir pesawat di landasan pacu," jelas Adam dengan menurunkan Ghazi dari gendongannya.

"Emangnya pilot gak bisa memarkir sendiri pesawatnya ya, Bi?" tanya Ghazi.

"Pilot tidak bisa melihat jalur parkir dari dalam kokpit pesawat, Nak. Nah Marshaller memberi tahu pilot dengan menggunakan gerakan-gerakan tertentu," jelas Adam.

"Wah, keren iya, Bi? Yang Marshaller pandu adalah pesawat terbang yang besaaar sekali," kata Ghazi dengan membentangkan kedua tangannya.

"MasyaAllah iya, Nak, jadi Marshaller itu harus tepat dan harus cepat loh. Agar pesawat yang besaaar itu bisa parkir di tempat yang benar sesuai dengan yang telah ditentukan," kata Adam dengan menirukan tangan Ghazi yang terbentang.

"Hahahah, Abi sukanya ngikutin gaya Ghazi," kata Ghazi sedikit malu. "Oh iya, Bi, Marshaller itu kerjanya lari-larian ya? Kan halaman parkir di bandara luas banget," tanya Ghazi.

"Hmmmm, biasanya Marshaller mendekati pesawat yang tiba di taxiway menggunakan kendaraan yang disebut follow me car. Nah pesawat akan mengikuti kendaraan tersebut menuju tempat yang ditentukan. Kemudian saat pesawat memasuki area ramp atau pelataran pesawat, Marshaller keluar dari kendaraannya lalu memandu pilot dengan aba-aba dari isyarat tangannya," kata Adam dalam penjelasannya.

"Ada mobil khususnya juga ya, Bi?" kata Ghazi terpukau dengan penjelasan Adam.

"Iya, Nak. Dan isyarat yang diberikan kepada pilot ada bermacam-macam,ada aba-aba untuk menghidupkan atau mematikan mesin, untuk berjalan pelan, hingga berhenti," jelas Adam dengan gerakan tubuh di setiap macam-macam aba-aba yang dia sampaikan.

"Hahaha, Abi keren ya kalau bercerita, Ghazi suka dengarnya," kata Ghazi dengan pelukan erat untuk Adam.

"MasyaAllah iya, Nak! Tugas Marshaller itu luar biasa," kata Adam sembari mengelus rambut dan kepala Ghazi. "Coba bayangkan jika tidak ada panduan parkir dari Marshaller saat pesawat hendak parkir!" kata Adam.

"Pasti tidak teratur parkirnya, Bi," jawab Ghazi.

"Iya, Nak! Bahkan bisa menyebabkan kecelakaan, nauzubillahi min zalik," kata Adam.

"Hiiii kasihan," kata Ghazi sedih.

"Begitu pula dengan kehidupan kita, Mas Ghazi. Jika tidak ada panduan hidup dari Allah Swt melalui utusannya yaitu Nabi Muhammad Saw, maka akan banyak terjadi kekacauan, ketidakteraturan dan bahkan penderitaan," kata Adam.

"Loh iya, Bi?" kaget Ghazi.

"Iya, Nak, jadi kita harus hidup dengan taat pada panduan hidup dari Allah Swt agar selamat dunia akhirat insyaAllah," kata Adam.

"Aamiin. InsyaAllah, Siap!" kata Ghazi sembari hormat di depan Abinya.

Baca juga:

0 Comments: