Headlines
Loading...
Oleh. Dewi irawati Artati

Ahad yang cerah telah tiba. Hari libur yang di tunggu oleh setiap keluarga. Hari itu Ayah berencana akan pergi ke pantai untuk rekreasi. Sudah lama mereka tidak menikmati indahnya pantai.

"Ayo anak-anak, kalian bersiap-siap. Hari ini kita akan melakukan taddabur alam di pantai! Mau ikut enggak?" kata sang ayah.

"Hore....! Mau ikut dong, yah!" Seru Hanif dan Alya senang.

Setelah sarapan dan berkemas mereka pun meluncur menuju pantai. Sesampainya di sana, angin pantai nan sejuk dan segar menyapa mereka. Seolah menyambut kedatangan mereka. Hangatnya matahari yang baru muncul, menambah kenikmatan dan keindahan suasana.

Hanif dan Alya langsung menuju bibir pantai. Mereka berlari-larian berkejaran. Lalu ombak pun datang dan menyapa mereka. Inilah yang ditunggu oleh mereka. Deburan ombak memecah pantai, membasahi tubuh mereka. Membuat mereka merasakan sensasi yang menakjubkan.

"Tetap hati-hati dan waspada ya, anak-anak!" Seru ibu mengingatkan.

Hanif dan Alya mengiyakan. Mereka terus asyik bermain ombak, hingga basahlah seluruh tubuhnya. Mereka juga membuat istana pasir. Sementara ayah dan ibunya menunggu di sebelah mereka.

Matahari mulai merangkak naik. Panasnya pun mulai terasa. Untung mereka membawa topi pantai sehingga bisa melindungi wajah mereka dari sengatan matahari.

Setelah puas bermain air laut, mereka pun berteduh di gazebo yang tersedia di sana. Setelah berganti pakaian, mereka istirahat  sambil menikmati cemilan yang mereka bawa dari rumah. Mereka menikmati suara deburan ombak dan semilir angin pantai.

"Masya Allah, pantainya indah sekali ya," kata Alya terpesona.

"Iya, lihatlah ombaknya, dari tadi tak pernah berhenti," sahut Hanif.

"Ada burung camar juga!" Seru Alya.

"Lihat di atas sana ada awan yang bagus, seperti lafaz allah!" Seru Hanif sambil menunjuk ke arah langit.

"Subhanallah! Iya, benar. Awan itu juga bertasbih. Sesungguhnya semua yang ada di langit dan di bumi itu bertasbih, mengagungkan kebesaran Allah," kata ayah.

"Begitu ya, Yah?" Sahut Hanif.

"Tidak hanya awan, lihatlah deburan ombak itu. Mereka juga bertasbih kepada Allah. Matahari, angin, batu-batuan juga pepohonan, bahkan burung-burung itu juga bertasbih kepada-Nya, semua bersembahyang dengan caranya masing-masing. Dan hanya Allah yang mengetahui," lanjut sang ayah.

"Lalu gunung-gunung itu apakah juga bertasbih, yah? Mereka kan benda mati," tanya Alya penasaran.

"Semua yang ada di alam semesta ini bertasbih kepada Allah, Nak. Dikisahkan dalam Al-Qur'an, bahwa Allah memberi mukjizat kepada Nabi Daud alaihi salam. Beliau bisa memahami bahasa binatang. Selain itu, beliau juga mempunyai suara yang sangat merdu. Suatu saat Nabi Daud alaihi salam membacakan kitab Zabur yang berisi pujian kepada Allah. Seketika itu juga burung-burung dan gunung-gunung tunduk patuh mengikutinya untuk bertasbih kepada Allah," ayah berkisah.

"Masya Allah. Hanif baru tahu hal itu, Yah. Ternyata tidak hanya makhluk hidup saja yang bertasbih kepada Allah. Benda tak bernyawa pun juga bertasbih kepada-Nya," kata Hanif merasa takjub.

"Kamu benar, Nak. Itu semua menunjukkan keagungan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Makanya sering-seringlah kita bertasbih kepada-Nya. Dan taatlah kepada semua perintah-Nya," kata ayah.

Tak terasa hari semakin siang. Matahari perlahan merangkak naik di antara awan-awan yang bertasbih. Setelah puas bertaddabur alam, mereka pun pulang meninggalkan keindahan pantai dengan penuh rasa syukur. Mereka bersyukur masih diberi kesempatan menikmati karunia-Nya yang begitu indah dan tanpa batas. Bersyukur diberi kenikmatan menjadi seorang muslim. Di sepanjang jalan, mereka pun tak lupa bertasbih, memuji kebesaran Sang Pencipta seluruh alam.

Baca juga:

0 Comments: