Headlines
Loading...
Oleh. Rahma Ummu Zubair

"Alhamdulillah, sudah mandi, sekarang baunya sudah wangi deh, coba Umi sayang," kata Ratna kepada Ghazi.

Ghazi membalas dengan senyum dan menyodorkan keningnya.

"Adik Hafiz dan Adik Yahya juga sudah mandi, sini Umi sayang dulu," kata Ratna di sore hari saat liburan sekolah.

"Mmmm, mmmm," kata Ratna saat mencium kening Hafiz dan Yahya. "Barakallah, Nak!" kata Ratna.

"Umi, aku mau main ya?" kata Ghazi. "Aku juga ya, Mi?" sahut Hafiz.

"Loh, ini kan sudah sore. Kok masih mau bermain?" tanya Ratna.

"Iya, Umi sebentar saja ya? Pliis! Pliis! Pliis!" kata Ghazi dengan merayu Ratna. 

"Sebentar saja ya, Mi ya? Ya?" kata Hafiz membujuk Ratna.

"Sayang, setengah jam lagi sudah magrib, main di rumah saja sama Umi ya? Pliis! Pliis! Pliis!" kata Ratna dengan menggoda Ghazi.

"Hehehe Iya, Mi iya. Kita mau main apa, Mi?" tanya Ghazi.

"Oh iya, Fiz. Mas punya stik es krim, kita main stik es krim aja yuk, di rumah sama Umi," ajak Ghazi.

"Oh iya, aku lupa Mas. Kita kan pernah beli stik es krim yang banyak sama Abi. Umi tolong ambilkan stik es krimnya ya!" pinta Hafiz.

"Oke, siap!" jawab Ratna.

Tak lama kemudian Ratna membawa seikat stik es krim untuk dibuat permainan bersama anak-anaknya. 

"Kita mau main apa nih?" tanya Ratna.

"Umi aku butuh spidol, dimana ya?" tanya Ghazi.

"Ada di atas lemari merah muda, Mas," jawab Ratna.

Lantas Ghazi mengambil spidol dan mewarnai stik es krimnya.

"Mau bikin apa, Mas?" tanya Hafiz.

"Kita mau main lawan monster pakai stik. Monsternya terbuat dari stik. Kita gambarin dulu stiknya ya," kata Ghazi.

"Ayo, aku suka main stik es krim, Mas," balas Hafiz.

"Nah, berarti Umi yang bacakan juz amma untuk murojaah bersama ya, Mas Ghazi? Sambil diikuti ya, Nak?"

"Iya, Umi," jawab Ghazi.

Mereka pun menunggu waktu magrib dengan bermain sambil murojaah. Ketika azan magrib berkumandang, Ghazi dan Hafiz selesai menggambar dan mewarnai stik es krim tersebut. Mereka siap bermain adu monster.

"Ayo, Zi tepuk yang keras lantainya. Coba kalau bisa kalahkan aku, hahahaha. Pasti aku yang menang," kata Ghazi.

"Loh, sudah dengar azan kok masih bermain? Taruh dulu mainannya terus berangkat ke masjid. Ghazi masih punya wudu kan?" tanya Ratna.

"Iya, Mi," jawab Ghazi.

"Fiz, ini stiknya jangan dihilangkan, setelah salat kita main lagi ya?" tanya Ghazi.

"Iya, Mas. Aku taruh di saku ya?" tanya Hafiz.

"Oke," jawab Ghazi.
Mereka pun berangkat salat berjamaah di masjid.

Sesampainya di rumah, Ghazi dan Hafiz sudah disambut salam oleh Ratna dengan semangat.

"Assalamualaikum," sapa Ratna.

"Waalaikumsalam," jawab Ghazi dan Hafiz.

"Sudah salat ya? Ayo sekarang waktunya mengaji. Mas Ghazi jilid dua metode Umminya silahkan diambil. Mas Hafiz juga yang jilid satu, silahkan diambil juga. Kita baris seperti mengantri untuk belajar tahsin. Siapa dulu?" Tanya Ratna agar Ghazi dan Hafiz mau diajak belajar dan menunda bermain stiknya.

"Hafiz dulu," kata Ghazi.

"Loh, iya?" kata Hafiz dengan sedikit kaget.

"Ayo Hafiz sudah sampai halaman delapan, baca doa dulu ya!" kata Ratna.

Setelah selesai membaca doa, Hafiz diminta membaca halaman delapan yang masih belum juga naik, dan terus mengulang.

"Ja Ha Ho," kata Hafiz.

"Bukan Ho, Fiz, tapi Kho. Ada ngoroknya," kata Ghazi.

"Iya, Nak! Coba diulangi lagi ya!" pinta Ratna.

"Khhh khhooo," kata Hafiz dengan bunyi ngorok yang berlebihan.

Ghazi pun tertawa. "Hahahah sambil mencucu, Fiz," kata Ghazi.

"Hehehe, bagaimana, Mas? Aku gak bisa," kata Hafiz.

"Bisa kok, Nak. Tadi itu sudah benar, hanya saja dikurangi sedikit suara ngoroknya ya! Ayo coba lagi!" kata Ratna.

"Kho," kata Hafiz.

"Nah mantul!" kata Ghazi dengan dua jempol ditunjukkan kepada Hafiz.

"Alhamdulillah, Mas Hafiz bisa. Dengan belajar semua yang gak bisa Insyaallah menjadi bisa, Nak," kata Ratna.

Hafiz pun belajar mengaji dengan semangat. Begitu juga dengan Ghazi yang tersuasanakan belajar menyenangkan di rumah dengan hikmat.

Baca juga:

0 Comments: