Headlines
Loading...
Oleh. Dewi Irawati Artati

Siang itu, Nabila mengeluarkan isi tasnya. Dibukanya buku pelajarannya hari ini. Ternyata ada beberapa tugas yang harus dikumpulkan besok.

"Oh iya, aku ada PR banyak sekali hari ini. Tapi aku kerjakan nanti saja, ah, setelah main" gumam Nabila.

Ia pun menaruh bukunya di atas meja belajarnya. Dan segera keluar rumah.

"Nabila, mau ke mana, nak, siang-siang begini?" tanya sang ibu.

"Mau main sebentar, Bu, ke rumah Safira," jawab Nabila.

"Ada PR nggak?" tanya ibu.

"Ada Bu, nanti setelah main aku kerjakan," kata Nabila.

Nabila pun berlalu begitu saja. Dan asyik bermain di rumah Safira hingga azan Asar. Nabila pun pulang dan segera salat Asar. Setelah itu ia rebahan di kasur. Sayup-sayup terdengar suara ibunya memanggil, tapi tak ada jawaban.

Ibu mengengok ke kamar Nabila, didapatinya ia telah tertidur pulas. Kelihatan sekali ia sangat lelah. Hingga hampir Maghrib, Ibu membangunkan Nabila. Nabila pun terbangun mengucek kedua matanya. Dia melihat jam dinding sudah menujukkan pukul 17.20 wib. 

"Astaghfirullah, sudah mau Maghrib, ya Bu? Nabila tadi ketiduran, jadinya nggak berangkat mengaji, belum ngerjakan PR lagi," kata Nabila menyesali.

"Makanya Nabila, jangan pernah menunda-nunda sesuatu. Bila bisa kamu kerjakan sekarang, kerjakanlah. Bersegeralah dalam kebaikan," kata Ibu.

"Iya Bu, maafkan Nabila. Nabila telah lalai, lebih mementingkan bermain dari pada belajar," kata Nabila menyesali.

"Kalau sudah begini, kamu sendiri kan yang rugi, PR-nya nggak selesai, ngajinya terbengkalai," kata Ibu.

"Iya Bu. Maafkan Nabila Bu. Nabila janji, tidak akan mengulanginya lagi," ucap Nabila menyesal.

"Sebagai mukmin yang baik, kita harus bisa mengatur waktu. Dahulukan yang wajib. Kalau sudah selesai urusan yang satu, segera kerjakan urusan lainnya. Jangan kamu lengah dan bersantai jika belum tuntas kewajibanmu," kata ibu menasihati.

"Terus, Nabila nggak boleh main dong, Bu?" sahut Nabila.

"Bukan begitu sayang. Kamu boleh main setelah tugas-tugasmu selesai kamu kerjakan. Biar kamu merasa tenang," jawab Ibu.

"Iya bu," jawab Nabila.

Azan Maghrib pun tiba. Setelah menunaikan salat Maghrib, Nabila mengerjakan PR-nya. Ibu menemaninya belajar. Karena ada beberapa soal yang tidak bisa ia kerjakan sendiri. 

Baru beberapa soal yang dikerjakan tiba-tiba ada yang mengetuk pintu. Ternyata Bu Dian, tetangga sebelah. Ia minta tolong kepada ibunya untuk mengantarkan anaknya yang sedang sakit periksa ke dokter. 

Terpaksa ibunya tidak bisa menemaninya belajar.

"Nabila, Ibu keluar sebentar ya. Ibu mau nganterin anaknya Bu Dian ke Dokter. Kamu kerjakan sendiri dulu ya, Nak?" pesan ibunya kepada Nabila.

"Iya Bu," jawab Nabila.

Nabila pun mengerjakan tugasnya. Nabila mengalami kesulitan. Ada beberapa soal yang tidak ia pahami. Padahal masih banyak soal yang belum diselesaikan.

Mata Nabila sudah mulai lengket. Ia menguap berkali-kali. Ibunya pun tak kunjung datang. Akhirnya ia ketiduran hingga pagi hari.

Setelah bangun ia baru sadar, PR-nya belum terselesaikan. Ia pun jadi bingung. Sementara sang ibu, sedang sibuk menyiapkan sarapan untuknya. 

Untung saja ibunya lebih cepat masaknya. Ibu membantu mengerjakan PR Nabila. Namun waktu sudah tak bisa diajak kompromi.

Jam dinding menunjukkan pukul 6.30. Nabila harus berangkat sekolah dengan PR-nya yang belum tuntas. Ia harus menanggung perbuatannya sendiri, akibat menunda pekerjaannya dan meremehkan waktu. 

Padahal Allah menyuruh kita untuk bersegera dalam melakukan kebaikan. Karena kita tidak tahu, detik berikutnya akan terjadi apa pada diri kita. 

Ini adalah pelajaran berharga buat Nabila. Sejak saat itu ia berusaha mengutamakan hal yang paling penting. Ia tak mau lagi menunda mengerjakan kebaikan. Jika memang bisa dia kerjakan, segera dia kerjakan. Sehingga tidak ada tugas yang terbengkalai.

Baca juga:

0 Comments: