Headlines
Loading...
Oleh. Rahma Ummu Zubair

Malam yang hujan dan berangin membuat cuaca saat itu sangat dingin. Ghazi dan adik-adiknya memilih melaksanakan salat di dalam rumah saja.

Ghazi sebagai imam salat langsung merangkap menjadi muazin. Setelah azan, Ghazi pun lanjut iqoimah. Rasa kantuk yang mendera membuat Ghazi ingin cepat tidur. 

Setelah selesai membaca surat Yasin, Ratna melihat perilaku Ghazi dan Hafiz yang menggemaskan. Mereka menyiapkan sendiri sajadah dan topi untuk salat berjamaah. Namun Ratna tak melihat Ghazi berwudu sebelum salat. 

Lantas Ratna bertanya, "Loh, Mas Ghazi kok langsung salat Isya? Gak wudu dulu?"

Ratna menghampiri Ghazi yang tetap melanjutkan salat berjamaahnya dengan Hafiz. "Hehehe," kata Hafiz sambil menoleh ke arah Ratna.

Ratna pun membiarkan Ghazi melanjutkan salatnya dan menunggu selesai salat. 

"Assalamualaikum warahmatullahi," kata Ghazi di rakaat terakhir salat Isya.

"Sudah, Mi, aku masih punya wudu," kata Ghazi.

"Oh iya kah? Padahal tadi bermain loncat-loncat dengan Hafiz, apa gak buang angin kamu, Zi?" tanya Ratna.

"Enggak kok, Mi, Ghazi masih punya wudu," kata Ghazi sembari langsung terjun ke spring bed miliknya.

"Masya Allah iya, Nak? Bukan karena cuaca di luar sangat dingin dan Mas Ghazi lagi ngantuk banget?" tanya Ratna.

"Huuuft, Umi gak percaya sama anaknya ya?" kata Ghazi dengan sedikit kesal.

"Bukan gak percaya sayang. Baiklah Mas Ghazi kalau memang sudah wudu gak boleh marah ya!" kata Ratna.

"Iya, Mas! Kalau marah nanti setannya menang dan senang, Mas," kata Hafiz

"Iiiiihhh, Hafiz ikutan aja," kata Ghazi.

"Kalau masih marah, Mas Ghazi wudu sana! Biar setannya kabur," kata Hafiz.

"Nah, betul itu, Mas, selain bisa meredam amarah, air wudu itu banyak keutamannya loh," kata Ratna.

"Iya, Ghazi sudah tau, tapi Ghazi sudah ngantuk banget, Mi, Ghazi mau tidur!" kata Ghazi.

"Apa aja, Mi keutamaan berwudu?" tanya Hafiz penasaran.

"Selain bisa meredam emosi, kelak nanti di akhirat Rasulullah Saw mengenali umatnya dengan melihat wajah berseri-seri yang tampak di wajah orang-orang yang menjaga wudu," kata Ratna.

"Waaah, aku mau dong, Mi, punya wajah bersinar tanpa lampu, dan dikenali oleh Rasulullah," kata Hafiz.

Langsung seketika itu Ghazi bangun dari  tidurnya untuk mendengarkan cerita ibunya.

"Iya, Mi? Terus apa lagi?" tanya Ghazi sambil mengucek mata kirinya.

"Dengan berwudu, Allah akan menggugurkan dosa-dosa Hambanya dari badannya hingga gugur keluar dari bawah kuku-kukunya?" kata Ratna.

"Wah, Allah Maha Pengampun ya, Mi," kata Ghazi.

"Masya Allah, Nak! Bahkan seorang muslim yang tidur dalam keadaan berzikir dan bersuci, kemudian bangun disebagian malam dan meminta kepada Allah kebaikan di dunia dan di akhirat, maka Allah memberinya," kata Ratna.

"Waaah iya, Mi? Aku jadi ingin memiliki wajah berseri-seri, Mi. Dan ingin dikabulkan semua doa-doa Ghazi," kata Ghazi semangat.

"Insya Allah, Mas Ghazi beneran masih punya wudu?" tanya Ratna. 

"Iya, Mi," jawab Ghazi.

"Oke, sekarang tidur dan baca doa dulu ya," kata Ratna.

"Siap," jawab Ghazi.

Ghazi pun memanjatkan doa sebelum tidur. Kemudian dilanjut dengan membaca tiga surat al muawizatain lantas meniupnya ke telapak tangannya dan mengusapkannya ke seluruh tubuhnya. Ghazi pun tidur terlelap dengan sebaris doa di dalam hatinya.

Ratna pun menyelimuti tubuh terlelap ketiga anaknya dengan hati penuh harap. Bahwa mereka bisa menjalani hidup dengan menjadikan Rasulullah sebagai suri teladannya.

Baca juga:

0 Comments: