Headlines
Loading...

Oleh. Choirin Fitri

Niat bukan urusan lisan. Niat urusan hati. Niat urusan kita dengan Allah, bukan dengan manusia. So, meski niatnya diucap keras-keras, eh hatinya enggak mengamini, bisa jadi amal yang dilakukan enggak bakal diterima. Kok bisa? 

Untuk menemukan jawabannya, yuk kita memutar waktu seakan-akan hidup di era Rasulullah saw.. Saat itu Rasulullah bersabda:

Dari Umar, bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Semua perbuatan tergantung niatnya, dan (balasan) bagi tiap-tiap orang (tergantung) apa yang diniatkan. Barangsiapa niat hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya adalah kepada Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa niat hijrahnya karena dunia yang ingin digapainya atau karena seorang perempuan yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya adalah kepada apa dia diniatkan." (HR Bukhari)

Nah lho,  hadis ini jelas terang benderang yes kalau niat itu memegang peranan penting dalam sebuah amal alias aktivitas. Kalau niat kita benar, amal kita bakal diterima. Sebaliknya, kalau niat kita enggak benar, amal kita bakal sia-sia. Atau mungkin kita hanya bakal dapat apa yang kita niatkan doang. Sayang banget 'kan? 

Apalagi saat kita berada di bulan Ramadan, jika kita beramal kece badai, eh kok niatnya enggak karena Allah, udah deh wasallam. Allah enggak bakal menganggap amal kita ada. Yang ada kita hanya bakal lapar dan dahaga doang. Enggak mau 'kan? 

Misalnya nih, kita niat puasa supaya dianggap keren. Bisa jadi kita bakal dapat kerennya doang. Pahalanya, entah. Atau, kita sedekah biar dianggap orang baik dan peduli, hingga di-shooting jadi konten viral. Bisa jadi sedekah kita hanya viral di dunia. Di mata Allah, zonk. Astaghfirullah. Rugi banget ya? 

So, cek niat! Udah benar atau belum? Udah ikhlas atau belum? Karena Allah atau karena manusia? Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan inilah yang bakal ngebuat kita tahu amal kita diterima atau enggaknya oleh Sang Pencipta alam semesta. 

Sebenarnya nih, Allah sudah mengingatkan kita lewat surat cinta-Nya. Yuk, baca dengan segenap jiwa raga! Allah berfirman:

الَّذِيْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيٰوةَ لِيَبْلُوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ عَمَلًاۗ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْغَفُوْرُۙ

"Yang menciptakan mati dan 
hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa, Maha Pengampun." (Surah Al-Mulk:2)

Dari ayat ini kita belajar kalau Allah yang menciptakan kematian dan kehidupan kita ini maunya kita beramal terbaik. Kita hidup di dunia ini enggak diciptakan untuk beramal seenaknya sendiri. Bahkan, Allah menamai amal terbaik ini dengan bahasa kerennya ihsanul amal. 

Camkan ya! Ihsanul amal memiliki 2 syarat mutlak yang harus dipenuhi. Satu syarat hilang, bakal menghapus pahala amal. Apa itu? Ikhlas dan sesuai apa yang dicontohkan Rasulullah saw. atau sesuai syariat Islam. 

Misalnya nih, di bulan Ramadan ada banyak amal ibadah yang bisa kita lakukan. Contoh: puasa, menutup aurat, salat tarawih, menjaga lisan, de el el. Amal-amal ini emang baik dan pernah dicontohkan oleh Rasulullah saw.. Eh, kok kita melakukannya bukan karena Allah, tetapi cuma karena aturan sekolah. Kita hanya ingin buku pondok Ramadan terisi full, enggak pakai bolong. Efeknya jelas, pahala bakal menguap entah ke mana. Gimana? Rugi enggak tu? 

Contoh lainnya lagi. Saat puasa kita ngumpul bareng teman. Eh, kita ngegosipin si A, B, C, D, hingga Z. Apapun kita bicarakan. Sampai-sampai rasa lapar dan dahaga seakan sirna. Saat kita ngelakuin itu, kita ikhlas, tanpa beban. Padahal, apa yang kita lakukan salah besar. Kita ghibah yang dilarang Allah. Meski ikhlas, tetapi gegara lisan kita bermaksiat, amal kita enggak bakal diterima. Ngeri banget ya? 

Dari dua contoh berbanding terbalik ini kudunya kita udah paham ya bahwa ihsanul amal kudu kita raih. Hanya cukup penuhi 2 syarat kok. Ikhlas dan sesuai syariat. Cukup! [My]

Batu, 2 Ramadan 1444H

Baca juga:

0 Comments: