Headlines
Loading...
Oleh. Iis Nopiah Pasni

Hari ini pulang sekolah ternyata Bundanya Abi belum sampai di sekolah, biasanya Abi akan menangis. Tetapi karena sudah dinasehati bundanya berkali-kali, akhirnya Abi tak menangis lagi, kerennya.

Ternyata hari ini banyak yang belum dijemput, pantas saja Abi tampak semangat bermain bersama teman-temannya yang belum dijemput.

Abi dan Teman-temannya meletakkan tas mereka di dekat kelas mereka. lalu mereka bermain kejar-kejaran.

Sesekali terdengar gelak tawa mereka. Betapa masa kecil yang indah.

Ketika Bundanya sampai, Abi langsung bersorak gembira.

"Bundaaaa!" teriak Abi memberi tahu keberadaannya.

"Abi di sini!" ucapnya sambil melambaikan kedua tangannya. Dik Hani juga ikut melambaikan kedua tangannya, sungguh pemandangan yang indah.

"Eh Abang Abi udah pulang dari tadi ya," kata Bunda Isna sambil memarkirkan motornya sebentar.

Abi segera mengambil tas lalu pamitan dengan teman-temannya. Abi segera memanggil temannya lalu pamit pulang duluan.

"Da da, da da," kata Abang Abi dan dibalas juga oleh temannya.

"Bunda, Dik Hani cantik ya pakai kerudung," puji Abi pada adiknya. Bunda tersenyum mendengarnya.

"Iya, Masyaallah, memang cantik ya Dik ya," kata Bunda Isna ikut memuji anaknya itu.

"Dik Hani, kerudungnya sini dilepas dulu," kata Abang Abi pada adiknya.
Dik Hani langsung menangis ketika Abangnya baru pegang kerudung Dik Hani.

"Abang, nggak boleh seperti itu," kata Bunda menasehati Abang Abi.

"Mengapa nggak boleh, Bun?" tanya Abi lalu naik ke boncengan di belakang Bundanya.

"Ya tak boleh, Dik Hani lagi belajar pakai kerudung, harus didukung Bang, begitu," kata Bunda sambil memperbaiki kerudung Dik Hani.

"Mengapa perempuan itu harus berkerudung?" kata Abang Abi lagi.

"Karena Allah-lah yang memerintahkan, Bang," jawab Bunda.

"Jadi berkerudung itu kewajiban sama seperti salat lima waktu, wajib," kata Bunda lagi.

"Jadi harus dipakai ya Bun?"

"Ya, Bukti taat akan adanya Allah Subhanahu Wata'ala jadi di manapun ya pakai kerudungnya," jawab Bunda Isna sambil tersenyum.

"Abang baca doa dulu dong," ajak Bundanya Abi. Abi langsung membaca doa naik kendaraan darat.
"Bismillahirrahmanirrahim, Subhanalladzi Sakhorolana Hadza wama qunna lahu muqrinina wainnailla robbina la munqolibuuun," kata Abi membaca doa dengan khusu' begitupun bundanya.

Alhamdulillah Abang Abi sudah hafal dan mengamalkan doa naik kendaraan darat sedari kecil.

Mereka langsung pulang ke rumah mereka, diperjalanan dekat pasar ada mobil yang berjualan rambutan.

"Bun, beli rambutan ya," rengek Abi pada  Bundanya sambil menunjuk ke arah mobil parkir yang berjualan buah rambutan.

"Bang, berapa sekilo?" tanya Bunda.

"Sepuluh ribu, Bu! mau berapa kilo?" tanya penjualnya.

"Dua kilo saja," jawab Bundanya Abi.
Penjual itu dengan cekatan memasukkan lalu menimbang buah rambutan tersebut.

Abi dan Hani sangat senang, Dibelikan buah rambutan.

Sesampai di rumah Abi langsung mengambil kresek berisi rambutan tersebut.

"Abang, baca doa masuk rumah dulu," kata Bunda mengingatkan Abi.

"Bismillahirrahmanirrahim, Bismillahi walajna wabismillahi kharajna wa ala robbina tawakalna," ucap Abi membaca doa.
 
Masuk dengan kaki kanan dahulu, Abi sebelumnya melepas kaos kaki dan sepatunya dan menaruhnya di rak sepatu di teras rumah mereka.

Mereka lalu berebut makan buah rambutan, Bunda Isna tersenyum melihat kelakuan Abi dan Hani.

"Bun, jangan lupa rambutannya untuk Ayah dan Mas Haikal," kata Abi. Abi ingat Ayah dan kakaknya, masyaallah. Bunda langsung memisahkan separuh lagi di kantong kresek. Untuk Abi dan Hani Bunda taruh di dalam baskom. Bahagianya bisa menikmati buah rambutan.

Muara Enim, 26 Februari 2023

Baca juga:

0 Comments: