Headlines
Loading...
Oleh. Dewi Irawati Artati

Suatu sore, Fahri hendak pergi ke TPQ dekat rumahnya. Ia mampir ke rumah Syahrul mengajaknya berangkat bersama-sama. Rupanya Syahrul sedang asyik main game di gadget. Sampai-sampai tak menghiraukan kedatangan Fahri.

"Syahrul  ayo berangkat ngaji, jangan main terus!" seru Fahri.

"Kamu duluan dah, lagi seru nih," sahut Syahrul sambil terus memainkan jemarinya pada gadget.

Ibunya pun juga kehabisan kata, berkali-kali dinasehati, tetap saja ia tak bergeming. Ia semakin kecanduan main gadget.

Tidak hanya itu, waktu belajar pun, ia jarang sekali membuka bukunya. Bahkan ia sering tertidur akibat lelah main game.

Hingga suatu hari handphonenya tiba-tiba terjatuh dan mati, sehingga tidak bisa digunakan sama sekali. Karena Syahrul merengek, dibawalah handphone itu ke tempat servis. Setelah diperiksa, ternyata kerusakannya cukup parah, dan harus mengganti sebagian besar perangkat, tentu saja membutuhkan biaya yang tak sedikit.

Karena tak punya cukup uang, sang ibu membawa pulang kembali handphone tersebut. Sejak saat itu, Syahrul sudah tak pernah main game lagi. Akhirnya dia rajin mengaji ke TPQ setiap hari.

Suatu hari, usai mengaji anak-anak duduk melingkar mendengarkan tausiyah dari ustaz Hamdan. 

"Anak-anak, bapak berpesan kepada kalian. Bahwa kita hidup di dunia ini hanya sementara. Kehidupan yang kekal adalah di akhirat. Barang siapa berbuat taat selama didunia maka surgalah balasannya. Dan barangsiapa jauh dari ketaatan, maka neraka tempat ia kembali. Nah, anak-anak pilih yang mana nih, surga atau neraka,"

"Surga.....!" seru anak-anak serempak.

Pak ustaz mengacungkan jempol, seraya berkata, "Bagus, anak-anak."

"Lalu bagaimana caranya supaya kita bisa masuk surga, pak ustaz?" tanya Syahrul.

"Ehm, begini, kalian tahu nggak orang yang menanam padi, pasti mereka akan menanam padi kan? Tapi kalau yang dia tanam rumput, selamanya tidak akan memanen padi. Begitu juga dengan kehidupan kita di dunia, kita diperintahkan untuk menanam kebaikan sebanyak-banyaknya, agar kelak di akhirat dapat menuai pahala."

"Hal ini sesuai lho, dengan pesan Rasulullah Saw bahwa kehidupan dunia adalah ladang untuk menanam. Jika kita menanam kebaikan, keĺak di akhirat akan memanen kebaikan. Sebaliknya, jika kita menanam keburukan, maka yang kita panen adalah keburukan yang telah kita perbuat."

Anak-anak nampak antusias mendengarnya. Lalu pak ustaz melanjutkan.

"Maka dari itu, anak-anak manfaatkan waktu kalian dengan beramal saleh dan tinggalkan kebiasaan yang tidak bermanfaat."

Usai memberi petuah kepada para santrinya, pak ustaz pun menutup majelis dan berdoa bersama.

Para santri pun keluar dari TPA. Fahri dan Syahrul berjalan pulang bersama.

"Syahrul, sekarang kamu berubah ya, mulai rajin mengaji," kata Fahri.

"Iya, sejak hapeku rusak aku tak main game lagi," sahut Syahrul.

"Ada hikmahnya dong, ha ha," sahut Fahmi, mereka berdua tertawa.

"Ternyata, lebih enak mengaji daripada main game. Apalagi ustaznya baik, sabar lagi. Aku jadi lebih semangat, dan mudah mengatur waktu," kata Syahrul.

"Begitu, ya. Memangnya sebelumnya gimana kamu mengatur waktu?" tanya Fahri.

"Biasanya aku sering menghabiskan waktu untuk main game, terus waktunya belajar aku nggak belajar karena capek," jawab Syahrul polos.

"Tapi sekarang tidak lagi. Aku sudah bosan main game. Karena itu membuang waktu. Kita kan harus memanfaatkan waktu sebaik mungkin kata pak ustaz," lanjut Syahrul.

"Mengisinya dengan amalan yang bermanfat kan?" sahut Fahri.

"Betul, dan meninggalkan perbuatan yang tidak bermanfaat," tambah Syahrul.

"Alhamdulillah, sekarang kamu sudah berubah lebih baik sekarang. Tetap semangat ya, semoga kita bisa istikamah," kata Fahri senang.

Mereka pun berpisah di persimpangan jalan menuju rumah masing- masing dengan hati gembira.

***

Baca juga:

0 Comments: