OPINI
Geng Motor Merajalela, Tuntaskan Hingga ke Akarnya dengan Islam!
Oleh. Aini Ummu Aflah
Memang, seolah tak akan ada habisnya jika membahas kasus pemuda dari tahun ke tahun. Pemuda identik dengan gelora dan gejolak darah muda. Wajar, jika melihat mereka berkumpul. Namun, jika aktivitasnya mengarah pada hal negatif, tentu akan membawa dampak buruk berupa keresahan, kecemasan, dan ketakutan pada masyarakat.
Geng motor kian merajalela dan meresahkan masyarakat saja. Kebrutalan geng motor tidak sebatas balapan liar. Namun, mereka sudah mengarah pada merampas, merampok, membacok, membunuh bahkan pelecehan seksual. Tentu hal seperti ini akan menjadi teror di tengah masyarakat.
Geng motor sudah merebak di berbagai kota dan wilayah. Contohnya saja di wilayah Cibinong, Kabupaten Bogor, pemuda berinisial LA telah diserang segerombolan pemotor. Ia mengalami luka bacok dan dibawa ke RSUD (metro.sindonews.com, 11/02/2023).
Di video juga beredar puluhan anggota geng motor menyerang salah satu apartemen di kawasan Casablanca, Setiabudi, Jakarta Selatan. Aksi mereka pun terekam oleh CCTV (RBG.ID, 6/02/2023).
Hal yang sama terjadi di kota Cimahi, Jawa Barat. Dua anggota geng motor akhirnya ditembak oleh polisi. Mereka terbukti melakukan pembacokan pada mahasiswa. (Kompas.com, 9/02/2023).
Sungguh miris jika melihat kondisi para pemuda saat ini. Mereka berani melakukan tindak kejahatan yang membuat resah masyarakat. Kondisi ini diperparah oleh sistem saat ini yang mengagungkan kebebasan dalam berperilaku.
Kondisi ini tidak boleh dibiarkan hanya sekedar dipenjara. Untuk menyelesaikan persoalan geng motor ini harus sampai ke akarnya. Ibarat luka diabetes yang sudah membusuk. Agar tidak menyebar ke bagian lain maka harus diamputasi. Begitulah jika ingin menyelesaikan masalah geng motor agar tidak semakin meluas.
Akar persoalan dari geng motor antara lain pertama, tidak adanya ketakutan pada Rabb yang menciptakan manusia. Akidah yang menjadi pondasi dari umat Islam telah tercabut dari benak umat dan digantikan oleh akidah Barat yaitu kebebasan berperilaku. Sehingga remaja bebas mengekspresikan tingkah lakunya semau gue bukan berdasarkan standar amal, apakah halal atau haram.
Kedua, tidak adanya edukasi di tengah umat melalui pendidikan. Seharusnya pendidikan mengajarkan mereka memiliki syakhsiyah Islam sehingga memiliki karakter sosok pemuda seperti masa Rasulullah dan para sahabat. Mereka memiliki adab dan akhlak karena ditempa oleh pendidikan Islam yang berlandaskan Al-Qur'an dan hadis.
Ketiga, kontrol dari keluarga, masyarakat dan negara sangat kurang.
Berbeda dengan Islam, Islam mengarahkan pada setiap keluarga untuk menjaga diri mereka dari api neraka. Masyarakat juga mengontrol karena memiliki tanggung jawab sesuai hadis nabi "Siapa saja yang melihat kemungkaran maka rubahlah dengan tangan, jika tidak bisa maka dengan lisan, jika tidak bisa maka dengan hati, itulah selemah-lemahnya iman. Negara juga punya kewajiban mengontrol karena seorang pemimpin akan ditanyai tentang tanggungjawabnya dalam mengurusi rakyat. Sesuai dengan hadis nabi bahwa khalifah itu adalah junnah (perisai). Kholifah menjadi garda terdepan untuk mengawasi dan mengontrol rakyatnya dari setiap tindakan kriminal.
Keempat, adanya pemenuhan kebutuhan yang sangat minim dikarenakan masalah ekonomi. Dalam Islam, khalifah akan menjamin pemenuhan kebutuhan bagi setiap laki-laki dengan membuka lapangan pekerjaan. Sehingga tidak ada satu pun laki-laki yang menganggur. Di samping itu negara juga akan mengawasi dan memantau harga sehingga tidak melambung tinggi dikarenakan kecurangan dari segelintir orang.
Kelima, tidak adanya sanksi yang jelas yang membuat jera si pelaku. Tetapi Islam dengan perangkat hukum yang paripurna mampu memberikan solusi. Adapun sanksi akan diberikan secara tegas tidak tebang pilih dan tidak dapat ditawar maupun banding.
Sistem Islam adalah solusi saat ini yang harus dipakai. Dengan penerapan Islam kaffah dalam sebuah Sistem Islam yaitu khilafah, persoalan tuntas hingga ke akar. Wallahu a'lam bisshowab. [ ]
0 Comments: