Headlines
Loading...
Oleh. Iis Nopiah Pasni

Abi sedang belajar. Ia menulis huruf abjad dan angka-angka. Dik Hani juga ingin ikut seperti Abangnya.

Hani menarik pena yang dipegang Abang Abi. Terjadilah tarik menarik dan akhirnya Dik Hani pun menangis karena Abangnya tak mau meminjamkan alat tulisnya.

Bundanya Abi sedang berkutat di dapur. Mendengar suara Dik Hani yang menangis, bunda langsung mendekat ke arah suara tersebut.

Tampaklah Abi yang masih sibuk menulis, sedangkan Dik Hani menangis dan segera berjalan ke arah Bundanya sambil berteriak.

"Abang, Bun," rengeknya mengadu pada bundanya.

"Ayo cerita, tadi kenapa Dik?" tanya bunda pada si kecil, sambil Ia menghapus air matanya dan memeluk serta mencium keningnya.

"Jem!" ucapnya belum jelas mengatakan mau pinjam, Sambil tangannya minta pinjam pena milik Abi.

"Mintanya baik-baik dong, biar Abangnya mau pinjemin," kata bunda pada Dik Hani.
Lalu Dik Hani langsung mengucapkan kata pinjam dengan baik-baik.

"Jem, Bang," kata Dik Hani dengan lembut, Abi langsung tersenyum lalu meminjamkan penanya juga pensilnya.

"Nah, Dik Hani mau pinjem yang mana, mau  pinjam pena apa mau pinjam pensil?" tanya Abi sambil tersenyum pada adiknya.

"ni," katanya sambil memilih pena, tak lupa ia mengucap terima kasih pada Abangnya.

"Aciih, Bang," kata Dik Hani sambil mencoret bukunya.

"Masya Allah, pintar ya Dik Hani juga Abang," puji bunda pada anak-anaknya.

Semua buku Dik Hani penuh dengan coretannya. Sekarang malah tangan dan kakinya juga dicoretnya. Duh Dik Hani ada-ada saja.

"Bun, dulu Abang juga gitu ya Bun?" tanya Abi sambil menunjuk ke arah adiknya.

Bundanya mengangguk sambil tersenyum lalu bercerita tentang Abang Abi ketika masih kecil juga sama seperti Dik Hani selalu aktif dan ceria, suka main pasir, suka main coret-coret buku juga anggota badan.

Abi tertawa mendengarnya, terkadang ia juga tak percaya.

"Masa sih Bun, Abang kayak gitu?" katanya tak percaya. Bundanya tersenyum mendengar hal itu.

"Ya Bang, belajar itu, dari kita tak tahu menjadi tahu, Bang," kata bundanya.

"Kalau sudah tahu, terus mengerjakan dan mengajak yang lain juga untuk mengerjakan amal salih," kata bunda lagi.

"Masya Allah ya Bun, kerennya kalau mau belajar apalagi belajar mengenal adanya Allah Subhanahu Wa Ta'ala," kata Abi mantap.

"Ya mengenal adanya Allah itu bisa dengan mengenal makhluk ciptaannya, "kata bunda lagi.

"Oke," kata Abang Abi pada bundanya dengan mengacungkan kedua jempolnya.

Dik Hani masih saja mencoret bukunya juga tangan dan kakinya.

"Dik, menulisnya di buku saja ya Saliha," ajak bunda pada Dik Hani.

"Tuh, kayak Abang. Menulis di buku saja," ajak bunda lagi.

Dik Hani lalu meminta buku lagi, akhirnya buku itu pun dipenuhi oleh karya abstrak milik Dik Hani.

"Ayam," katanya sambil membulatkan coretannya.

"Itan," katanya yang maksudnya ikan, untuk goresan bulat hasil karya khas miliknya.

"Wah ayam sama ikannya mirip ya Dik," goda Abang Abi melihat maha karya milik Dik Hani.

Hani ikut tertawa dengan girangnya. Sungguh pemandangan yang indah melihat mereka tumbuh sehat dan aktif, kata bunda dalam hatinya.

"Ajus, Bun," kata Dik Hani tiba-tiba sambil memamerkan hasil karya abstrak miliknya itu. 

"Iya, bagus banget Dik Hani, masya Allah," kata bunda memuji si bungsu dengan segala coretan indah miliknya itu.

"E Kim," katanya lagi sambil menunjukkan bulatan besar miliknya, maksudnya es krim.

"Masya Allah, es krimnya besar sekali," jawab bunda lagi. Dik Hani terus mencoret seiring ia dipuji bundanya.

Muara Enim, 28 Februari 2023

Baca juga:

0 Comments: