Oleh. Elia Ummu Izzah
Dila anak keempat dari 6 bersaudara. Umurnya baru 8 tahunan. Lincah dan bersemangat, itulah pembawaan kesehariannya.
Cita-cita Dila adalah menjadi pengusaha sukses. Bila besar nanti, ia ingin mempunyai toko semacam Alfamart yang banyak. Itulah keinginannya bila besar nanti.
Bila ia pinjam hp milik ayah atau ibunya, ia suka melihat video anak yang menawarkan dagangannya, bagaimana ia berjualan, bagaimana ia melayani penjualnya dan bagaimana supaya pembeli tertarik membeli, juga menata barang dagangannya supaya rapi dan menarik.
Ia juga suka mempraktikkan kesukaannya berjualan, bersama adiknya.
"Yaya....sini ke Mba" panggilnya kepada adiknya yang menggemaskan.
"Iya mba", jawabnya cepat seraya menghampiri kakaknya.
"Ayo kita main bareng, kita bermain bakul-bakulan," ajaknya.
"Nanti Mbak yang jadi bakulnya, sedang Yaya yang beli. Mau gak?" tanyanya pada adiknya.
"Ya Mba Dila" jawab adiknya setuju dan senang.
Dila segera mengeluarkan mainan milik Dila, adiknya. Ia tata dengan semangat yang tinggi, adiknya ikut pula membantu. Setelah semua siap, adiknya diberinya uang-uangan untuk membeli dan ia siapkan pula alat kasir dan Kartu ATM. Hihi lucu banget deh gaya mereka berdua.
"Mari, mbak..silahkan..."
"Selamat datang di DilaMart" sapanya ketika seorang pembeli datang ke tokonya.
Yaya tersenyum dan mengucapkan terima kasih. Dipilihnya barang-barang yang akan dibelinya. Setelah selesai memilih, ia membawa keranjangnya ke kasir, Mba Dila Kakaknya yang berperan sebagai penjaga kasir.
"Buku harga seribu lima ratus, pensil seribu, penggaris seribu, penghapus lima ratus dan lem seribu...jadi semua lima ribu, ya. Mana uangnya?"
"Ini!" kata Yaya sambil menyodorkan uang sepuluh ribuan.
"Kembaliannya ya. Lima ribu rupiah. Terimakasih dan selamat datang kembali di DilaMart" ucapnya kepada pembelinya.
Dila kemudian mempengaruhi adiknya kembali.
"Kamu nanti balik lagi buat beli jajanan, kan belum," rayunya pada adiknya itu.
Yaya tentu saja senang banget. Ia segera berlari dan mengambil jajanan yang ia suka.
"Es krim berapa? Beli 2. Permen 1 dan Beng beng coklat"
Berlari ia ke arah kasir.
"Ini mbak...Yaya beli ini"
"Mana ATMnya?" timpalnya kepada adiknya.
Yaya menyodorkan kartu ATM kepada kakaknya.
"Total semua dua puluh ribu rupiah. Silahkan pinnya dimasukkan."
Yayapun mengikuti perintah mbak kasir "...11111" kata Yaya.
"Yaya pintar!" puji Dila kepada adiknya.
"Besok datang lagi buat beli lagi ya."
"Ok mbak.. besok Yaya datang lagi." "machasih" ucap Yaya sedikit cedal.
Begitulah kegiatan bersama sebagai penjual dan pembeli yang telah dilakukan kakak adik.
**
Di lain hari, Dila mengutarakan keinginannya berjualan kepada ibunya.
"Bu, Dila mau beli tempel-tempelan dan dijual lagi sama teman-teman di sekolah"
"Sticker maksudmu ?" tanya ibunya.
"Iya Bu"
Dila kemudian mengambil hp ibunya dan menunjukkan gambar-gambar sticker yang dijual online di Lazada.
"Nih Bu, bagus-bagus bukan?"
"Teman-teman Dila pasti suka. Nanti mereka ku bujuk supaya beli", demikian lanjutnya.
Ibunya pun akhirnya melihat sticker yang ditunjukkan anaknya. Biasa, sang Ibu tahu keinginan anaknya, bila sudah punya kemauan. Sulit untuk dihentikan, ia akan merengek bila belum dipenuhi. Maka ibunya, menyiasati dengan sticker yang harganya paling murah dan paling sedikit. Biarlah, pikir ibunya kan buat belajar, sambil menasehati anaknya supaya jualan dapat untung dan jangan rugi.
**
Ibunya kaget bukan kepalang, ketika tiba-tiba ayahnya masuk ke rumah dan mengabarkan
"Paket datang...paket datang"
Semua 48.000 beserta ongkir" terangnya
"He, paket siapa yang datang?"
"Ga tau" jawab ayah
"Tapi ini buat ibu, nama dan alamatnya sini" lanjut ayah.
Mau tak mau ibu membayar juga disamping kasihan dengan Mas dari JNE yang sudah mengirim paket. Nantilah setelah dibuka akan tahu isi dan paket siapa, begitu pikirannya ibu.
Dila disamping Ibu, tidak sabar ingin mengetahui pula apa isi paketnya. Dan buru- buru mau ikut membuka paketannya. Dan setelah dibuka....jreng...jreng...isinya adalah sticker.
"Horre...paketan Dila sudah datang" teriaknya gembira.
Ibunya gregetan dan kesal dengan ulah anaknya yang membeli sesuatu tanpa ijin dahulu, apalagi menggunakan hp dan akun ibunya.
"Jangan khawatir ibu, Dila punya uang untuk mengganti uang Ibu" demikian katanya kepada ibunya.
"Ini uangnya...yang dua ribu kembaliannya buat ibu saja" demikian ucap Dila selanjutnya.
Kekesalan ibu mulai mereda, kemudian menanyakan lebih lanjut kepada Dila mengapa membeli sticker lagi padahal sudah dibelikan ibu sebelumnya.
Dila bercerita, bahwa sticker yang sebelumnya sudah hampir habis dibeli teman-temannya di sekolah. Dan ia untung lumayan banyak. Ia berikan harga yang murah pada waktu pertama berjualan, beberapa temannya sebagian membeli. Di hari kedua, harga ia naikkan sedikit, dengan alasan kemarin harga promo jadi lebih murah. Namun temannya yang belum membeli, sekarang sudah banyak yang membeli dan membawa uang. Jadilah jualannya laris.
"Alhamdulillah" ucapnya.
"Nih liat Bu, celengan Dila banyak" ujarnya dengan gembira sambil menunjukkan celengan wadah mennyimpan uangnya.
"Dila juga dapat pesanan dari saudara Dila Bu, namanya Anjani. Ibu kenalkan? Dia pesan sticker 1 box. Nah sudah bayar 50 ribu kepada Dila. Tadi sudah diberikan uangnya kepada Ibu"
"Dila liat-liat di lazada. Harga 50 bisa dapat 2. Nah, Dila pesan yang dapat bonus beli satu dapat dua. Satu buat Dila, satu buat pesenan Anjani" terangnya.
"Wah, Ibu bahagia Nak, pintar sekali anak ibu. Alhamdulillah" batin Ibu.
**
Lain waktu, Dila bersama ibunya ke penjual buah. Ibu ingin membeli buah-buahan yang sedang musim dan kelengkeng kesukaan adiknya Dila.
Lagi musim buah jeruk ternyata. Ibu kemudian membeli kelengkeng dan jeruk. Dila ingin jeruk kuning yang kecil namanya lupa. Dila memilih-milih jeruk yang akan dibeli. Ibu mengajari bagaimana cara memilih buah jeruk yang bagus dan manis rasanya. Dila pun suka.
Setelah cukup, Dila dan ibunya segera ke penjualnya. Ternyata, anak kecil putri sang penjual buah. Baru kelas 2 SD. Pintar sekali, Ibu Dila pun memuji anak yang pintar itu di hadapan Bapak anak kecil yang berjualan. Dia menjadi senang dan tambah semangat berjualan. Dila mengamati anak kecil tersebut.
Di sepanjang perjalanan naik motor, Dila ingat kepada anak kecil penjual buah.
"Bu, anak tadi pintar ya? Masih kecil sudah pintar berjualan membantu orangtuanya" ujar Dila pada ibunya.
"Iya betul. Makanya Dila juga harus senang belajar dan membantu orangtua seperti anak itu, nanti kalau sudah besar tidak kagok karena sudah biasa. Bisa karena biasa. Besok kalo sudah besar anak tersebut sudah bisa menggantikan orangtuanya berjualan" terang Ibu.
"Dila mau belajar terus dan membantu Ibu ya, biar Dila juga pintar seperti anak itu. Dila kan mau jadi pengusaha sukses" ucapnya semangat.
Ibunya tersenyum mendengar tekad Dila.
Ibupun berpesan lagi.
"Jadi pengusaha yang jujur ya Nak! Timbanglah dengan baik, jangan mengurangi timbangan dan berlaku curang." pesan ibunya kemudian.
Dila mengangguk tanda setuju.
Cilacap, 18 Februari 2023
0 Comments: