Cernak
Jangan Angkuh dan Sombong
Oleh. Dewi Irawati Artati
Seperti biasa, di waktu istirahat. Sekelompok anak duduk di bangku depan kelas mereka. Mereka nampak asyik mengobrol dan bercanda. Mereka nampak akrab dan saling menghargai, jarang berselisih. Namun, ada satu anak yang tidak ada di antara mereka.
"Eh, kelihatan Siska nggak, teman-teman? Akhir-akhir ini ia jarang loh ngobrol bareng kita," tanya Azizah.
"Enggak, tuh. Sejak orang tuanya umroh dan punya mobil, sepertinya dia berubah ya?" cetus Heni.
"Masak sih?" sahut Intan.
Sosok yang sedang dibicarakan tiba-tiba muncul dari arah kantin. Ia lewat begitu saja tanpa melihat atau menyapa teman di dekatnya. Ia nampak berjalan dengan angkuh dan sombong. Teman- teman pun merasa heran atas perubahan sikap Siska.
Tak terasa waktu istirahat pun telah usai. Bel tanda masuk pun berbunyi. Semua murid memasuki kelas masing-masing. Pergantian pelajaran pun dimulai. Hari ini mereka mendapat pelajaran kesenian. Mereka mendapat PR yang harus dikerjakan secara berkelompok dari Bu Tari. Kebetulan mereka satu kelompok dengan Siska.
Sepulang sekolah, mereka mengerjakan tugas kelompok tersebut. Mereka sepakat mengerjakannya di rumah Siska.
Rumah Siska nampak besar dan mewah. Mobil baru mentereng terparkir di garasi. Mereka kagum melihatnya.
"Wah, rumah kamu besar dan bagus ya, Sis," celetuk Azizah.
"Iya dong, aku kan orang kaya, nggak kayak rumahmu yang kecil," sahut Siska dengan congkaknya.
Azizah diam. Teman yang lain pun juga diam tak mau menanggapi. Mereka mulai mengerjakan tugas kelompok.
Cuaca hari itu sangat panas, membuat mereka merasa haus. Nadia pun menyeletuk, dan menyenggol tangan Reni.
"Panas sekali ya rasanya haus, jadi pengen minum."
"Kalian mau minum? Sebentar, ya. Bi Atun, buatin minum dong buat teman-temanku!" seru Siska kepada Bi Atun, asisten rumah tangga di rumahnya.
Bi Atun pun segera membuatkan minuman di dapur. Kemudian menyuguhkannya pada mereka. Saat minum, tak sengaja Reni menumpahkan minumannya di karpet. Melihat hal itu, Siska langsung marah-marah.
Reni pun segera mengelapnya, dan meminta maaf. Tapi tetap saja Siska jengkel dan acuh tak acuh.
Setelah tugas kelompok selesai, mereka pun pulang.
Sejak kejadian itu, Siska dijauhi oleh teman- temannya. Tak seorang pun mau mendekat karena kesombongannya. Ia selalu membanggakan diri, merasa paling kaya, dan paling baik di antara teman- temannya.
Suatu hari, ia merasa kesepian. Ia duduk sendirian pada waktu istirahat. Semua teman asyik bercanda dan tertawa gembira. Bahkan kini tak ada anak yang mau duduk sebangku dengan Siska. Siska pun merasa sedih, merasa tidak ada yang peduli lagi dengan dirinya.
Melihat bangku di sebelah Siska kosong, Bu Ani pun bertanya. "Kenapa bangku di sebelah Siska kosong? Biasanya Azizah yang duduk di situ."
Seisi kelas terdiam, Siska tertunduk. Bu Ani menanyakan kembali.
"Iya Bu, siapa yang mau duduk sama Siska. Dia itu sangat sombong, Bu. Bahkan sering merendahkan kami. Jadinya malas berteman sama dia," jawab Azizah memberanikan diri.
Bu Ani diam sejenak, lalu berkata, "Anak-anak, sebagai orang beriman, kita harus hidup rukun dan saling menghargai. Kita tidak boleh sombong dan berbangga diri dengan kelebihan yang kita miliki. Karena Allah tidak menyukai orang-orang yang angkuh dan sombong," papar Bu Ani. "Artinya apa? Orang yang sombong itu dibenci oleh Allah. Sebaliknya, Allah menyukai hambanya yang rendah hati," lanjut Bu Ani.
Siska merasa tersudutkan. Pipinya pun merah merona. Tapi ia menyadari akan sikapnya selama ini.
"Nah, Anak-anak. Ibu harap kalian semua menjauhi sifat tercela tersebut. Biasakanlah berakhlak mulia, saling menyayangi, saling menghargai, dan saling mengingatkan sesama teman."
Dengan spontan, Siska maju ke depan kelas. Ia meminta maaf kepada seluruh temannya atas sikapnya yang kurang baik selama ini.
Mereka pun memaafkan Siska.
Kini kelas itu kembali damai, mereka belajar dengan senang dan bahagia. Tak ada lagi kesombongan dan permusuhan diantara mereka. Sesungguhnya Allah selalu bersama dengan orang yang rendah hati dan menjauhi sifat sombong. [ ]
0 Comments: