Headlines
Loading...
Oleh. Ummu Faiha Hasna

Bulan Sya'ban adalah bulan istimewa yang sering dilupakan bagi kebanyakan orang. Biasanya kebanyakan orang yang tahu hanya mengenal ada 4 bulan yang dimuliakan Allah azza wajalla, yaitu Dzulqa'dah, Dzulqa'idah, Dzulhijjah, Muharram. Lalu, Apa keutamaan bulan Sya'ban sehingga merupakan bulan yang istimewa selain empat bulan mulia yang disebutkan?

Bulan Sya'ban adalah bulan kedelapan dalam kalender Hijriah yang diapit oleh dua bulan mulia, yaitu Rajab dan Ramadan. Kanjeng Nabi Muhammad Shallalahu alaihi wasallam bersabda:

Apakah kalian tahu, mengapa dinamakan bulan Sya'ban? Mereka menjawab: “Allah dan Rasul-Nya Maha Mengetahui. Beliau pun bersabda: “Karena di dalam bulan itu bercabanglah kebaikan yang banyak sekali.”

Sya'ban pun sering disebut bulannya Kanjeng Nabi Muhammad. Hal itu berlandaskan hadis Rasulullah SAW yang diriwayatkan dari hasan (hadist mursal) rasulullah bersabda: Bulan rajab merupakan bulannya Allah dan bulan sya’ban adalah bulanku (Rasulullah), sedangkan bulan Ramadlan merupakan bulannya umatku (Nabi Muhammad).

Apa saja keutamaan bulan Sya'ban? 

Bulan Sya'ban merupakan bulan saat diangkatnya amal kita kepada Allah SWT. Bulan ini juga jadi bulan yang pas untuk mohon ampunan kepada Allah. Ada beberapa keutamaan-keutamaan bulan Sya'ban yang harus kita ketahui, antaranya:
1. Hadirnya malam nisfu sya'ban
2. Bulannya puasa sunnah
3. Bulan dilaporkannya perbuatan kita selama setahun, dan lain-lain

Selain itu, adapun bukti lain yang menunjukkan bulan tersebut adalah bulannya Nabi Muhammad adalah karena turunnya Surat Al Ahzab ayat 56 yang menyatakan Allah SWT dan para malaikat bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW.
Sungguh Allah beserta para malaikat-Nya bersholawat kepada nabi, wahai orang-orang yang beriman bershalawatlah kepada nabi serta berikan salam kepadanya”.

Ayat ini turun di bulan Sya'ban sehingga mengukuhkan identitas bahwa bulan Sya'ban adalah bulannya Nabi Muhammad SAW. Maka dari itu, umat muslim jangan pelit bersalawat atau lupa bersalawat kepada Nabi Muhammad di bulan yang istimewa ini.

Namun, Bulan Sya'ban yang penuh keistimewaan ini sudah hilang dari umat.
Dahulu, ketika Islam masih menjadi landasan hidup kaum muslim, enam bulan sebelum Ramadhan mereka mempersiapkan diri untuk meraih pahala sebesar-besarnya. Sebab, satu bulan sebelum ramadhan yaitu Sya'ban merupakan momen terakhir catatan amal perbuatan, momen memanen amal perbuatan dalam setahun. 

Lalu bagaimana dengan umat Islam sekarang?

Umat muslim sekarang karena kehidupannya sudah jauh dari Islam, maka mereka memaknai bulan-bulan penuh berkah itu hanya seremonial saja. Bulan-bulan haram yaitu:

Pertama, Muharram. Bulan ini hanya dijadikan pertanda awal penanggalan tahun hijriyah. Padahal jika di cermati, banyak momen luar biasa pada bulan ini, khususnya yang dialami para sahabat di jaman nabi, bisa dijadikan mercusuar kebangkitan umat islam.

Kedua, Rajab. Umat sekarang hanya mengenal istilah Rajaban, seremonial saja, di pengajian-pengajian diadakan acara rajaban, tapi esensi dari momentum di bulan Rajab tidak dijadikan ibroh buat kehidupan spiritualnya.

Ketiga, Dzulqa'dah. Apalagi umat tidak peduli lagi dengan pengharaman melakukan tindakan kejahatan (mengalirkan darah) di bulan-bulan ini, tapi faktanya? jangankan mentaati perintah Allah, siroh nabi saja mungkin tidak mau tahu.

Keempat, Dzulhijjah. Yang umat tahu berkaitan dengan bulan ini mungkin hanya tentang bulan haji saja, idul adha, hari tasyrik. Benar atau tidak? Apalagi bulan Sya'ban. Banyak sekali dari umat Islam sekarang yang tidak tahu ada apa di bulan Sya'ban. Padahal, Sya’ban merupakan momen penting dalam detik-detik sejarah kehidupan seseorang. Berdasarkan momen itulah, seluruh catatan amal perbuatan kita dalam setahun diajukan kepada Allah.

Sahabat Muslimah, Bulan Sya’ban ini di dalamnya mengandung banyak kebaikan.
Karena itu, Nabi Shallallahu alaihi wasallam mengkhususkannya untuk beribadah, melebihi bulan-bulan lain. 

Bulan Sya’ban pun mempunyai keistimewaan sebagai bulan kekasih kita, Muhammad Shallallahu alaihi wasallam. Bulan yang dicintai oleh Rasulullah dan diutamakan, melebihi bulan-bulan yang lain. 

Imam Ahmad telah meriwayatkan dari Anas bin Malik r.a, ia berkata, “Tak ada pada diri baginda s.a.w berpuasa setahun. Puasa [sunah] yang paling baginda shallallaju alaihi wasallam sukai adalah di bulan Sya’ban.”

Bulan Sya’ban hanya satu, dan hanya sekali dalam setahun. 

Mari kita renungkan sejenak Sya'ban yang mulia itu. Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Rajab & Imam Hambali, sabda Nabi Shallallahu alaihi wasallam,
Tidaklah beriman salah seorang di antara kalian hingga hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa.

Lalu, sudahkah kita menemukan kerinduan pada bulan ini sebagaimana yang ditemukan oleh kekasih kita? Apakah kecintaan kita kepada sesuatu selalu terikat dengan apa yang dicintai oleh Rasulullah? Apa dan bagaimana amal perbuatan kita dalam setahun ini kita tutup?  

Di momen terakhir catatan perbuatan kita, harapannya momen ini adalah momen memanen perbuatan dan momen penting dalam detik-detik sejarah kehidupan kita. Dan berdasarkan momen itulah, seluruh catatan perbuatan kita dalam setahun, diajukan kepada Allah subhanahu wa ta'ala.

Momen Sya'ban adalah Momen yang pas untuk menghapus dendam dalam hati kepada saudara-saudara kita. Hingga diharapkan tak ada tempat bagi pendendam, pendengki dan orang yang saling bermusuhan. Allah subhanahu wa ta'ala telah menjadikan hari dan bulan tertentu untuk memuliakan hamba-Nya dengan ketaatan dan mendekatkan diri kepada-Nya. Dan di malam Nishf Sya'ban atau dipertengahan bulan Sya'ban, Kanjeng Nabi Muhammad pun memuliakannya, sebagaimana yang disebutkan dalam sabdanya: 
 “Allah Tabaraka wa Ta’ala memperhatikan makhluk-Nya di malam Nisfu Sya’ban, kemudian mengampuni semua dosa makhluk-Nya, kecuali orang Musyrik dan saling bermusuhan.” [Hr. Abu Dawud]

Tentu, ini adalah pelajaran dari beliau kepada umatnya sekaligus mengajarkan kepada kita aktivitas kalbu dan fisik di bulan Sya'ban. Rasa malu dan keinginan untuk dilihat oleh Allah telah menyatu dalam diri baginda Muhammad Shallallahu alaihi wasallam.  
Rasa malu yang luar biasa yang dimiliki oleh beliau yakni tidak ingin dilihat oleh Allah, kecuali dalam keadaan sedang berpuasa. Inilah yang terpenting, dan semestinya menjadi kesibukan kita. 

Merasa malu kepada Allah. Malu sebab banyak bersantai serta sering lalai dalam melakukan ketaatan kepada-Nya. Malu bila aurat masih terbuka. Mestinya merasa malu dan merasa takut kepada-Nya.

Akhirul kalam, Semoga Sang Pencipta alam raya memberkati kita pada bulan Rajab kemarin dan bulan Sya’ban ini, serta semoga Dia memberikan kesempatan pada kita agar berjumpa dengan “tamu agung”, bulan suci Ramadan yang akan datang dan kita dimampukan untuk mengisi dengan amal-amal kebaikan dan kepatuhan kepada-Nya. Semoga kita selalu disehatkan hati dan kelapangan jiwa. Aamiin.

Wallahu A'lam bis Shawab.

Baca juga:

0 Comments: