motivasi
Kesabaran Ibrahim dan Keshalihan Anak
Oleh. Ummu Faiha Hasna
Di dalam surat Ghafir ayat 60 Allah memerintahkan kepada hamba-Nya agar terus memanjatkan doa.
Allah Ta'ala berfirman:
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُوْنِيْٓ اَسْتَجِبْ لَكُمْ ۗاِنَّ الَّذِيْنَ يَسْتَكْبِرُوْنَ عَنْ عِبَادَتِيْ سَيَدْخُلُوْنَ جَهَنَّمَ دَاخِرِيْنَ ࣖ ٦٠
"Dan Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina.” (QS. Gafir [40] Ayat 60).
Janji Allah, bahwa Allah akan memperkenankan doa hamba-Nya, termaktub dalam ayat ini.
Dikisahkan bahwa Nabi Ibrahim telah semakin tua, tubuhnya sudah tidak muda lagi, akan tetapi beliau sama sekali belum dikaruniai seorang putra. Ibrahim alaihis salam berdoa kepada Allah. Rabbi hab lī minaṣ-ṣāliḥīn (Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang yang sholeh)."
Doa bagi Nabi Ibrahim bukan hanya sekedar permohonan lalu Allah subhanahu wata'ala akan mengabulkan doa tersebut, akan tetapi ia adalah keterhubungan hamba dengan Sang Pencipta.
Sahabat, tahukah kalian? doa Ibrahim alaihissalam ini dipanjatkan Ibrahim alaihissalam. Sudah lama waktu yang beliau nanti disertai penuh kesabaran. Berkat doa yang terus dipanjatkannya, akhirnya Allah pun memperkenankan doa beliau. Istrinya bernama Hajar mengandung kemudian, lahirlah seorang anak lelaki yang tampan rupawan. Anak itu dinamai Ismail. Betapa gembiranya hati Ibrahim dan istrinya. Tidak pernah terluput dari keduanya untuk bersyukur kepada Pencipta alam raya, yaitu Allah. Dan si kecil lucu Ismail menjadi penyejuk hati bagi kedua orang tuanya.
Tidak lama setelah kelahiran Ismail, Allah memerintahkan Ibrahim alaihissalam memindahkan Istri dan anaknya ke Makkah. Mereka bertiga bersegera memenuhi perintah Rabbnya. Berhijrah dari Palestina menuju kota Makkah. Ketika itu, kota Makkah hanyalah lembah kering dikelilingi pegunungan.
Setibanya di Makkah, Ibrahim Alaihissalam meninggalkan Istrinya dan anak kesayangannya dan kembali ke Palestina. Meski keduanya ditinggal jauh, namun, Allah menjaga Ibu Hajar dan Ismail. Allah Maha Pemurah, Dia menganugerahkan sumur zam-zam ketika keduanya kehabisan air minum. Maha besar Allah, kini Ismail telah tumbuh menjadi anak yang shalih dan taat kepada Sang Pencipta alam raya, yaitu Allah. Ibrahim tumbuh menjadi anak yang baik dan menjadi anak yang berbakti kepada orang tua. Dengan kesabaran dan keshalihan Ibunya, Ismail dididik dengan baik dan penuh perhatian (kasih sayang).
Setelah beberapa tahun kemudian, Ibrahim alaihissalam mengunjungi Hajar, Istrinya dan anaknya Ismail di Makkah intuk melepas rindu. Ketika itulah, Ibrahim bermimpi menyembelih putra tersayangnya. Dan mimpi ini beliau yakini bahwa mimpi tersebut adalah semata perintah dari Allah sebab mimpi itu berulang beberapa kali. Tidak lama setelah itu, beliau kemudian menemui putranya dan berkata, "Anakku aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu, bagaimana menurut dirimu?"
Apa jawaban Ismail kala itu, Ismail menjawab dengan jawaban yang luar biasa hebat. Ayahnya tertegun alias terkejut dengan jawaban putranya. "Ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. InsyaAllah engkau akan mendapati diriku termasuk orang-orang yang sabar."
Luar biasa ya Sahabat. Kesabaran Ibrahim dan keshalihan anaknya Ismail yang taat kepada Penciptanya dan pasrah dengan ketetapan dari Penciptanya, Allah. Memang ini berat sekali. Meski dengan berat hati Ibrahim alaihissalam membawa anaknya menuju tanah lapang. Tatkala dari keduanya sudah berlepas diri dari dunia dan hanya mengharapkan ridho dari Allah semata, oleh karenanya, terjadilah sesuatu yang luar biasa hebat. Dalam al Quran surat Saffat ayat 104, Allah berfirman, "Dan kami (Allah) panggil dia, Wahai Ibrahim! Sungguh, dirimu telah membenarkan mimpi itu. Sesungguhnya maka itulah Kami beri balasan terhadap orang-orang yang berbuat baik"
Tidak disangka, bergantilah tubuh Ismail yang sudah terbaring dan siap untuk disembelih itu dengan seekor sembelihan yang besar. Dalam arti Allah tebus Ismail dengan seekor sembelihan yang besar.
Allahu akbar, dengan kekuasaan-Nya, maka, Ismail pun bersyukur kepada Allah, termasuk istrinya.
Dari kisah nabi Ibrahim alaihissalam ini terdapat hikmah yang besar atas perintah dari Allah. Hikmahnya bahwa ketaatan kepada Allah adakah sebuah keharusan dan tidak dapat dibantah walaupun harus mengorbankan nyawa putranya yang sangat ia sayangi sekalipun. Allah memuji beliau, yang diabadikan dalam surat as saffat 108, "Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, yaitu kesejahteraan dilipahkan kepada Ibrahim."
Semenjak itu, maka disyariatkanlah penyembelihan hewan kurban di saat idul adha atau lebaran haji alias hati raya kurban. Untuk orang yang beriman yang dia itu mampu maka diperintahkan baginya untuk berkurban dengan seekor kambing maupun lembu. Hal ini dilakukan semata untuk mendekatkan diri kepada Allah. Mudah-mudahan kisah kesabaran ayah dan keshalihan anaknya Ismail dapat menjadikan ibroh atau pelajaran berharga untuk keluarga. Wallahu A'lam. [ ]
0 Comments: