Syiar
Memberi Maaf Bukanlah Suatu Kehinaan
Oleh. Ummu Faiha Hasna
Memberi maaf bukanlah suatu kehinaan. Akan tetapi, orang yang memaafkan akan dimuliakan oleh Allah. Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam bersabda dalam hadits riwayat Muslim bahwa sedekah itu tidak akan mengurangi harta. Tidak ada orang yang memberi maaf kepada orang lain, melainkan Allah akan menambah kemuliaannya.
Rasulullah pun sangat mudah memaafkan orang lain. Salah satu kisah bahwa beliau itu pemaaf ialah bahwa beliau pernah memaafkan orang yang hendak membunuhnya. Saat itu, dalam perjalanan hijrah, beliau dikejar orang-orang Quraisy. Sebab, mereka tak rela bila Rasulullah sampai di Madinah. Oleh karenanya, mereka berani menyediakan hadiah besar kepada siapa pun yang mampu membunuh beliau.
Kala itu, Rasulullah melintasi jalan sepanjang Laut Merah agar terhindar dari kejaran orang-orang kafir. Hanya saja, seorang lelaki dari bani Mudlaj melihatnya. Lelaki itu lantas mengabarkan kepada kaumnya. Ia melihat rombongan kecil melintas di daerah ini dan ini, dia yakin bahwa yang dilihatnya itu adalah Muhammad dengan kawannya. Sontak, orang-orang yang mendengarnya gembira. Mereka bersiap-siap menyiapkan pengejaran. Akan tetapi, salah seorang lelaki bernama Suraqah bin Malik menjegalnya. Suraqah berkata kepada mereka bahwa apa yang dilihat itu bukanlah Muhammad. Alasan Suraqah yaitu bahwa Muhammad itu tidak mungkin melintasi daerah yang sulit. Mereka pun akhirnya percaya dengan yang diucapkan Suraqah. Padahal, Suraqah sendiri meyakini bahwa orang itu adalah Nabi Muhammad. Dia berencana ingin mengejarnya seorang diri supaya bisa mendapatkan hadiahnya sendiri.
Ketika hari mulai gelap. Suraqah secara diam-diam berangkat mengejar Nabi Muhammad. Dengan sekuat tenaga ia memacu kudanya sampai berhasil melihat rombongan Nabi Muhammad. Sahabatnya Nabi bernama Abu Bakar ash Shidiq yang setia menemani perjalanan Nabi sampai kaget melihat ada orang yang mengejarnya. Saat itu Rasulullah tetap tenang dan melanjutkan perjalanan.
Jarak untuk sampai ke sana semakin dekat, Suraqah mengeluarkan anak panahnya. Dibidiknya Rasulullah dengan panahnya. Akan tetapi, di saat panahnya siap dilesatkan kepada baginda Nabi, tidak disangka, kudanya terjerembab ke tanah. Karena belum puas, ia pun bangkit lagi dan berusaha mengejar Rasulullah. Lagi-lagi kudanya jatuh. Begitu seterusnya sampai tiga kali. Suraqah akhirnya bingung dengan apa yang menimpanya. Kemudian, ia pun mulai menyerah dan dari kejauhan memanggil Rasulullah. Rasul pun berhenti lalu menghampirinya. Suraqah sudah terlanjur malu, ia pun akhirnya meminta maaf kepada beliau. Dengan besar hati, Baginda yang mulia pun memaafkannya. Sebagai tanda permintaan maafnya, Suraqah hendak memberikan bekalnya kepada Baginda Nabi, tapi Baginda Nabi menolaknya. Hanya satu permintaan Baginda Nabi yaitu agar Suraqah merahasiakan keberadaan beliau.
Betapa terkejutnya Suraqah dengan kemuliaan akhlak Rasulullah. Setelah urusan dengan Baginda Nabi selesai kemudian dia pun pulang dengan secercah hidayah di hatinya.
Kisah ini menjelaskan bahwa baginda Nabi itu sangat tegas, tapi juga lemah lembut. Beliau sangat mudah memaafkan orang lain. Adalah akhlak terpuji beliau memaafkan orang yang akan membunuhnya. Malahan Rasulullah mendoakan supaya musuh diberi hidayah oleh Allah. Pada akhirnya, Suraqah memeluk Islam. Dia pun ikut dalam peperangan melawan Persia bersama Umar bin Khattab.
Memaafkan adalah amalan yang bernilai ibadah. Rasulullah mengajarkan bila ada orang yang meminta maaf maka maafkanlah. Karena kita akan raih kemuliaan dengan saling memaafkan. Namun, walaupun Rasulullah itu pemaaf, tetapi beliau tidak rela bila mana ada orang yang menghina ayat-ayat Allah. Pernah Rasulullah pun menghukum Kaab bin Al-Asyraf dan Abu Rafi sebab mereka berdua menghina Allah dan Rasul-Nya. Dalam Al-Qur'an disebutkan, bila kita mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan oleh orang kafir, maka dianjurkan untuk tidak duduk beserta mereka.
"Apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk bersama mereka". Terjemah surat an Nisa ayat 140.
Lalu Allah pun berfirman, di surat yang lain,
وَجَزٰۤؤُا سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِّثْلُهَا ۚفَمَنْ عَفَا وَاَصْلَحَ فَاَجْرُهٗ عَلَى اللّٰهِ ۗاِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الظّٰلِمِيْنَ
Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang setimpal, tetapi barangsiapa memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat jahat) maka pahalanya dari Allah. Sungguh, Dia tidak menyukai orang-orang zalim. (As Syura Ayat 40)
Jadi, memaafkan dan berbuat baik adalah pertanda orang bertakwa. Sungguh, Allah memuji orang yang berbuat kebajikan. Dan tidak menyukai orang-orang yang berbuat zalim. Dan ingatlah bahwa Allah itu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Wallahu a'lam. [ ]
0 Comments: