Headlines
Loading...
Oleh. Dewi Suciyati

Sebagian besar dari masyarakat kita pasti banyak yang mempunyai pemikiran bahwa agama itu urusan pribadi, orang luar enggak perlu risau dan enggak perlu ikut campur mengurusi urusan yang ada pada dirinya.

Belum lagi orang-orang yang apatis sama agama, enggak peduli apakah agama itu benar atau enggak, ataukah agama itu bisa membawa kebaikan atau keburukan, kalau dirasa baik berarti agama itu benar, kalau buruk tinggal mencari yang lain.

Tapi pernah enggak terpikir pertanyaan, apakah Tuhan itu ada yang benar dan salah? Atau, apakah semua agama sama? Lalu kalau sama percuma dong memeluk satu agama saja? Toh masuk agama mana pun yang penting perilaku baik, niat baik, ujungnya masuk surga juga. Terus bagaimana dong?

Sebelum menentukan mana Tuhan yang benar dan yang salah, kamu termasuk yang mana? Percaya Tuhan itu ada atau enggak ada? Kalau iya silakan bisa lanjut baca, kalau enggak skip aja tulisan ini.

Jadi untuk membuktikan Tuhan itu ada, maka akan muncul tiga kemungkinan berikut:
1. Tuhan itu menciptakan dirinya sendiri
Yang awalnya enggak ada, kemudian tiba-tiba bimsalabim muncul lah Tuhan. Ajaib kan?

2. Tuhan itu diciptakan
Kalau tuhan diciptakan maka akan timbul pertanyaan beruntun yang membuat kita pusing tujuh keliling, kok bisa? Nih ada contoh percakapannya,
A: "Siapa yang menciptakan tuhan?" 
B: "Tuhan ada yang menciptakan"
A: "Lalu siapa yang menciptakan tuhannya tuhan?"
B: "Tentu saja, tuhannya tuhan ada yang menciptakan"
Aduh pusing, semoga yang sedang jawab pertanyaan sabar menghadapi cobaan.

3. Tuhan itu azali, dalam bahasa Indonesianya tuhan itu tidak berawal dan tidak berakhir.
Kemungkinan yang ketiga ini adalah yang paling benar, karena sesuatu zat yang enggak ada awal dan enggak ada akhir maka sudah di luar nalar kita, dan pantas disebut tuhan, karena hingga detik ini enggak ada satu pun ilmu pengetahuan yang bisa menjelaskan persoalan itu.

Kemudian cara logis yang bisa menerima bahwa tuhan itu ada, dan bahwa tuhan yang benar itu ada yaitu dengan melihat, mengamati, dan merenungi benda-benda yang dibuat-Nya tanpa harus bertemu dengan Sang Pembuat alias Sang Pencipta.

Ada gunung yang sebesar itu, ada laut yang seluas itu, ada matahari yang secerah itu, bukankah dengan melihat hal-hal luar biasa tadi bisa disimpulkan bahwa ada sesuatu yang lebih besar dibanding benda-benda tersebut?

Semudah itu kita bisa menerima bahwa tuhan itu ada, tanpa perlu bertemu dengan-Nya dan tanpa perlu tau wujud-Nya seperti apa.

Lalu bagaimana dengan semua agama sama?
Coba kita uraikan beberapa fakta ini:
1. Agama yang satu dengan yang lain itu berbeda.
Meski sama-sama mengajarkan nilai kebaikan, tapi untuk masalah mendetail ada banyak sekali perbedaan. Yang satu hanya memiliki aturan soal peribadatan, sedangkan yang satu tidak hanya masalah ibadah, pendidikan, ekonomi, bahkan politik ada semua aturannya.

2. Kalau misalkan semua agama sama dan menuju ke tuhan yang sama, lalu kenapa tuhan menciptakan banyak perbedaan di antara banyak agama? Kenapa tidak disamakan saja meski agamanya berbeda?

Sayangnya sebagian besar dari kita juga enggak terlalu terbuka untuk membahas topik ini, sampai muncul sikap "emang gue pikirin" alias bodoh amat, dan membuat kita termakan pemahaman bahwa semua agama itu sama.

Sebagai seorang muslim sudah seharusnya enggak mempunyai pemahaman-pemahaman yang keliru itu, karena akidah yang jadi taruhannya, kalau gak memfilter pemahaman lain dengan Islam, maka boleh jadi menerima pemikiran tersebut dan hidup dengan hal itu hingga akhir hayatnya.

Dan sebagai seorang muslim yang mempunyai pemikiran Islami juga harusnya tahu bahwa apa yang dipelajarinya dari Islam itu diamalkan dan disebarkan ke yang lain.

Jangan sampai saudara-saudara kita ikut arus pemahaman-pemahaman selain Islam, baik itu sekularisme, pluralisme, liberalisme, komunisme, dan isme-isme yang lain.

Kenapa? Karena sekali lagi, akidah yang dipertaruhkan, jika sudah berani menanggalkan akidah, maka orang tersebut telah meninggalkan kuncinya, yang awalnya menuju pintu keselamatan, tetapi malah menuju kepada pintu kehancurannya.

Tugas kita sebagai seorang muslim dengan pemahaman Islam adalah dengan terus belajar dan menyampaikan apa yang telah dipelajari kepada yang lain, dua aktivitas tadi dilakukan secara bersamaan dan terus menerus, kalau kita menunggu sempurna dulu baru dakwah ya enggak bakal ada habisnya, sebab gak ada manusia sempurna di dunia ini kecuali Rasulullah SAW.

Dalam berdakwah juga harus memperhatikan beberapa hal, seperti bagaimana menyikapi perbedaan di dalam tubuh Islam, bagaimana cara agar mudah diterima, dan bagaimana caranya beretorika, supaya bisa menyenangkan tanpa menyakiti orang lain, yang sekalipun kebenaran itu dirasa pahit.

Kesimpulannya adalah yang pertama beriman dulu dengan yakin, yang kedua mengkaji Islam secara terus menerus, yang ketiga mendakwahkan Islam agar bisa lestari hingga hari akhir. [NI]

Baca juga:

0 Comments: