Oleh. Dewi Irawati Artati
Siang itu, Aulia baru pulang sekolah. Tak seperti biasanya, sehabis makan dan salat Zuhur, ia langsung masuk ke kamar, lama sekali. Rupanya ia sedang membongkar lemari bajunya, seperti mencari sesuatu. Ibunya pun melihat ke dalam kamarnya.
"Ada apa Aulia? Kok dibongkar lemari bajunya," tanya Ibunya heran.
"Aulia lagi ngumpulin baju yang masih bagus, tapi jarang aku pakai Bu," jawab Aulia.
"Memangnya mau buat apa, Nak?" tanya Ibunya masih penasaran.
"Aulia punya teman Bu, namanya Amel, dia tidak punya ayah dan ibu, kasihan lho, Bu. Aku lihat baju yang dia pakai sudah robek-robek. Jadi, aku ingin memberikan baju-baju ini untuk Amel," jawab Aulia.
"MasyaAllah. Berarti dia itu yatim piatu. Terus dia tinggal sama siapa?" tanya Ibunya lagi.
"Dia tinggal sama neneknya, ayah dan ibunya, sudah meninggal dua tahun yang lalu karena kecelakaan, Bu," jawab Aulia.
"Astaghfirullah, kasihan ya. Kamu tahu rumahnya di mana? Ibu juga mau memberikan santunan kepadanya," kata ibunya.
"Oh, ya. Ibu mau ke rumahnya? Rumahnya itu di kampung sebelah Bu, nanti dah aku tunjukin," kata Aulia.
"Kamu tahu nggak, Aulia, bahwa menyantuni anak yatim itu suatu amalan yang mulia. Bahkan rasul pun menganjurkan hal itu," kata ibunya.
"Benarkah, Bu?"
"Iya, siapa pun yang menjaga dan menyayangi anak yatim aÄ·an Allah muliakan dengan rezeki yang berlimpah, mendapatkan pahala yang setara dengan berjihad, dilembutkan hatinya, berkesempatan menjadi teman Rasulullah di surga," kata sang ibu.
"Wah, masyaAllah. Begitu banyak ya Bu kemuliaannya,"
"Iya, kalau begitu kamu selesaikan _packing_ bajunya. Pilih yang bagus lho ya," kata ibunya.
"Siap, Bu," sahut Aulia.
Aulia menyeleksi baju-baju yang layak dipakai. Akhirnya ia berhasil mengemasnya kedalam dus besar. Lalu merapikan kembali lemari bajunya.
Sorenya, setelah semua siap, mereka pun meluncur ke rumah Amel bersama sang ayah. Akhirnya mobil mereka sampai di rumah amel. Ayah menurunkan barang-barang yang akan mereka berikan kepada Amel.
Mereka pun mengetuk pintu rumah Amel dan mengucap salam. Seorang nenek yang sudah lanjut usia membuka pintu dan mempersilahkan mereka masuk ke rumah. Amel pun keluar dari kamarnya.
"Eh, Aulia. Kok nggak bilang-bilang sih kalau mau ke rumah," kata Amel terkejut dengan kedatangan Aulia dan keluarganya.
"Iya, Amel, maksud kedatangan kami di sini untuk silaturahmi. Ini ada sedikit rezeki buat kamu dan nenek. Aku harap kamu mau menerimanya," kata Aulia.
Ayahnya memberikan beberapa kardus berisi baju dan sembako. Juga sekarung beras.
Amel pun mengucap terimakasih pada Aulia. Ia merasa senang sekali.
Disusul sang ibu memberikan amplop kepada nenek Amel. "Ini ada sedikit rezeki buat Nenek dan Amel, tolong diterima ya, Nek," kata ibunya.
"MasyaAllah. Kalian baik sekali. Baiklah kami terima kebaikan kalian. Semoga Allah membalasnya dengan kebaikan yang berlimpah," kata nenek Amel.
"Aamiin ya rabbal alamiin. Sudah menjadi kewajiban kita untuk saling peduli dan menyayangi sesama Nek. Semoga Nenek dan Amel diberikan kesehatan terus sama Allah,"
Setelah mengobrol sebentar mereka pun berpamitan pulang. Aulia dan keluarganya merasa bersyukur bisa berbagi dan menyantuni anak yatim.
"Bu, besok-besok, kalau ada rezeki kita ke rumah Amel lagi ya," kata Amel.
"InsyaAllah, Nak. Kita bisa berjihad di jalan Allah dengan cara mengasihi anak yatim dan orang-orang yang membutuhkan, betul kan Yah?" kata ibu diikuti anggukan kepala sang ayah. Mereka pun tersenyum bahagia.
0 Comments: