Headlines
Loading...
Oleh. Rahma Ummu Zubair

"Kotak pos belum diisi, mari kita isi dengan misi-misian. Mbak Uut minta huruf apa," suara lantang Ghazi mendominasi saat bermain dan bernyanyi bersama adik-adiknya beserta ibunya.

"Umi, Umi minta huruf apa?" kata Ghazi pemimpin permainan.

Sebelum Ratna menjawab, Ghazi berkata lagi, "Kalau Umi minta huruf A, nanti gini, Mbak Ratna minta huruf A lama lama menjadi Apel," jelas Ghazi kepada Ratna yang dikira Ratna tidak tahu cara bermainnya, padahal itu adalah permainan Ratna ketika masih kecil.

Kemudian permainan itu terus berlanjut dengan keseruan-keseruan yang menyenangkan. Yahya si kecil bontot juga ikut tertawa meski dia tidak ikut bermain. Hingga waktu salat Isya pun tiba, lantas Ratna meminta Ghazi untuk salat terlebih dahulu. Namun Ghazi masih agak sulit mengerjakan perintah salat di awal waktu. Akhirnya Ratna menitipkan Yahya kepada Ghazi untuk dijaga selama Ratna ke kamar mandi untuk bersuci.

"Kalau Mas belum mau salat dulu, berarti Umi yang salat Isya, tolong jaga adik Yahya ya? Selama Umi di kamar mandi," kata Ratna.

"Iya, Mi," jawab Ghazi.

Ratna pun bergegas menuju kamar mandi untuk berwudu.

"Yahya sini naik ke punggung Mas," kata Ghazi kepada Yahya. "Iyay yay ya," balas Yahya yang masih usia balita belum bisa berbicara.

Dengan posisi sujud, Ghazi mempersilakan Yahya naik ke punggungnya. Yahya pun naik dengan agak kesusahan. Kemudian Hafiz yang juga masih lima tahun datang untuk membantu Yahya menaiki punggung Ghazi.

"Hati-hati, Fiz!" kata Ghazi. "Iya, Mas," jawab Hafiz. Ketika Yahya ada di atas punggung Ghazi, Ghazi pun hendak berjalan dengan merangkak menjadi kuda-kudaan untuk Yahya. Namun tak lama Ratna datang.

"Astaghfirullah, Mas Ghazi jangan gini!" kata Ratna sambil mengangkat Yahya dari punggung Ghazi dan menasihati Ghazi.

"Nak, jangan diulangi lagi ya," kata Ratna dengan lirih. "Berbahaya," kata Ratna.

"Seru, Mi, Yahya loh suka. Dia tertawa-tawa saat aku ajak main kuda-kudaan," kata Ghazi.

"Tapi itu berbahaya, Nak!" kata Ratna sembari memakai mukena untuk salat Isya.

"Khawatir nanti gak seimbang Yahya ada di atas punggungnya Mas Ghazi. Yahya belum bisa pegangan erat. Jadi lain kali nunggu orang dewasa untuk membantu peganginnya ya, Nak?" kata Ratna.

"Iya, Mi," jawab Ghazi.

"Alhamdulillah, iya udah sekarang Umi mau salat Isya dulu, tolong jagain Yahya ya, Mas!" pinta Ratna.

"Iya, Mi," jawab Ghazi.

Saat Ratna salat, Ghazi bermain bedak untuk ditabur dilantai. Hafiz pun ikut di permainan bedak yang seru itu.

"Fiz, kita pura-puranya jadi tentara ya? Terus pipinya dikasih garis gini ya," kata Ghazi dengan mencoret wajah dirinya dan Hafiz menggunakan bedak.

Hafiz dan Ghazi asik bermain sendiri dengan menaburkan-naburkan bedak di lantai, sedangkan Yahya malah bermain roda sepeda motor milik Adam yang diparkir di dalam rumah.

Tak lama, terdengar suara tangisan dari Yahya. Ghazi dan Hafiz pun terkejut dan mendatangi Yahya.

"Huhuhu," suara tangis Yahya membuat Ghazi sedikit panik. ", Cup, cup cup, gak apa-apa, Yahya kuat. "Kenapa, Mas?" tanya Hafiz. "Jari adik terjepit jeruji motor, Fiz," kata Ghazi.

"Assalamualaikum warahmatullahi," kata Ratna di rakaat terakhir dalam salatnya.

"Kenapa Mas, Ghazi?" tanya Ratna dengan segera sesuai salat.

"Yahya terjepit, Mi," jawab  Ghazi.

"Mas Ghazi kok gak jagain Adik Yahya?" tanya Ratna dengan membantu mengeluarkan jari Yahya yang sedikit terjepit di jeruji motor. 

"Iya, Umi maaf! Tadi Ghazi main sendiri," jawab Ghazi.

"Dan malah main bedak ditabur-taburkan, itu namanya mubazir!" kata Ratna agak kesal.

"Hafiz duluan yang ajak main bedak, Mi," kata Ghazi dengan sedikit membela diri.

Kemudian Ratna menghela napas lebih dalam dan panjang, kemudian melepaskannya perlahan. Ratna memandang tiga wajah lucu dihadapannya, dan yang dua sedang takut  dimarahi.

Lantas Ratna berkata, "Astagfirullah, Mas Ghazi dan Mas Hafiz, sini peluk, Umi!" 

"Lain kali kalau jagain adik kecil yang lucu ini, tolong jangan ditinggal bermain sendiri ya, Nak!" kata Ratna. 

"Iya, Umi," jawab Ghazi dan Hafiz.

"Terima kasih kalian hebat mau belajar mengakui kesalahan, Umi senang," kata Ratna.

"Alhamdulillah, jadi kami dimaafin ya, Mi?" kata Ghazi dengan senyum lebar di wajahnya.

"Emmmmm," jawab Ratna.

"Umi," panggil Hafiz dengan wajah sangat berharap dimaafkan.

"Enggak! Enggak apa-apa kok, Sayang, kalian Umi maafkan, asalkan jangan diulangi lagi loh!" kata Ratna.

"InsyaAllah siap, Umi," jawab Ghazi dan Hafiz serentak.

Mereka kembali bermain dan belajar bersama dengan bahagia, tangan Yahya pun kembali pulih.

Baca juga:

0 Comments: