Headlines
Loading...
Oleh. Rahma Ummu Zubair

"Mas Ghazi, Hafiz minta maaf!" kata Hafiz dengan nada lirih.

"Gak kumaafkan!" Ghazi memalingkan wajahnya dari Hafiz.

"Mas Ghazi gitu, gak mau maafin aku. Umiii." Hafiz berlari pada ibunya. Mengadu.

"Kenapa, Sayang?" kata Ratna.

"Mas Ghazi gak mau maafin aku, padahal aku gak bersalah," kata Hafiz.

"Hafiz duluan, Mi, yang patahkan pensil warnaku, padahal baru beli untuk lomba mewarnai besok. Ini lihat, Mi," kata Ghazi dengan emosi. Dia kesal menjelaskan. Dia tunjukkan pensil yang patah kepada Ratna.

"Oh, iya gak apa-apa, Sayang! Kan masih bisa dipakai," kata Ratna, masih memeluk Hafiz. 

"Kan tapi jelek, Mi. Kamu sih, jalan gak hati-hati," kata Ghazi pada Hafiz.

"Gak sengaja, Mas!" kata Hafiz.

"Gak sengaja, gak sengaja, jadi terus ini gimana kalau patah? Besok aku gak bisa menang gara-gara pensilnya patah, huuuft," kata Ghazi sangat kesal. 

"Astaghfirullah, Mas Ghazi kok marah-marah terus ya?" kata Ratna sembari merangkul kedua anaknya. 

"Ghazi belajar menahan marah ya, agar Mas Ghazi bisa menang. Menang melawan hawa nafsu dan bisikan setan. Tuh setannya lagi bisik-bisik di telinga Mas Ghazi. Audzubillahi minasyaitan nirrajim, pfuuuh!" kata Ratna sambil meniup telinga Ghazi.

"Umi," Ghazi kesal. Dahinya terlipat.

"Adik Hafiz lain kali juga lebih hati-hati, ya agar tidak sembarang menginjak barang. Ayo sekarang minta maaf lagi sama Mas Ghazi!" pinta Ratna.

"Minta maaf!" kata Hafiz dengan menjulurkan tangannya ke hadapan kakaknya.

"Gak mau, pokoknya aku besok mau pakai pensil baru, gak mau yang patah," kata Ghazi masih marah. 

"Eh Mas Ghazi, pensilnya bisa disambung loh. Tolong Adik Hafiz, Umi ambilkan isolasi di dalam lemari hitam ya, Nak!" pinta Ratna.

Hafiz pun bangun dari pangkuan ibunya dan berlari menuju kamar untuk mengambil isolasi di lemari hitam. 

"Ini, Mi," kata Hafiz. "Terima kasih, Hafiz," kata Ratna mengusap-usap kepala Hafiz.

"Sama-sama, Umi," jawab Hafiz.

Ratna pun menyambung pensil warna Ghazi dengan isolasi.

"Tara! Pensil penuh semangat sudah sehat, siap untuk dipakai lomba mewarnai. Yeee!" kata Ratna dengan wajah semringah dan riang.

Ghazi dan Hafiz pun terbawa suasana gembira saat pensil itu tampak utuh dengan isolasi tebal yang membalutnya.

"Nah, sekarang Mas Ghazi dan Adik Hafiz saling bermaafan ya, baikan!" kata Ratna.

Keduanya berpelukan dan saling memaafkan.

***

Hari perlombaan mewarnai pun tiba. Ghazi cukup semangat dan percaya diri menjalani lomba itu. Terlebih, Ghazi sudah dibekali teknik mengarsir oleh Abinya. Insinyur kecil siap beraksi.

Goresan demi goresan telah Ghazi luapkan di atas kertas bergambar yang telah panitia siapkan. Waktu demi waktu telah berlalu. Hingga tiba saat penjurian. Ghazi pun hampir tak sabar menunggu pengumuman siapa pemenang lomba.

Dan waktu pengumuman pemenang lomba pun telah tiba. Ghazi menjadi pemenang lomba mewarnai di sekolahnya. Dengan menyandang juara satu lomba mewarnai, Ghazi mengucapkan syukur.

Saat pulang sekolah, Ghazi berlari memasuki rumahnya. "Alhamdulillah, Umi! Ghazi juara satu lomba mewarnai. Alhamdulillah!" kata Ghazi sepulang sekolah dengan sangat gembira hingga lupa mengucapkan salam saat masuk rumah, kemudian menyambut tangan Ratna untuk bersalaman.

"Assalamualaikum, Mas Ghazi!" kata Ratna.

"Waalaikumsalam, Umi," kata Ghazi dengan senyum lebarnya.

"Alhamdulillah, Mas Ghazi menang ya, Barakallah, Nak!" kata Ratna.

"Aamiin, Hafiz mana, Mi?" tanya Ghazi.

"Itu, dia lagi bantu umi bermain lipat baju," kata Ratna.

"Hafiz ini hadiahnya buat kamu aja," kata Ghazi dengan menyodorkan buku tulis baru yang merupakan hadiah bagi pemenang lomba mewarnai.

"Loh buat Hafiz?" kaget Hafiz menerimanya.

"Iya, buat kamu, ajaib kan? Ini Perlombaan Ajaib, aku yang lomba, kamu yang dapat hadiahnya, heheheh," kata Ghazi dengan bercanda.

"Ye ye ye, dapat hadiah." Hafiz riang.

"Kok, dikasih ke Hafiz hadiahnya, Mas?" tanya Ratna.

"Iya, Mi biar Hafiz senang, soalnya kemarin kita bertengkar, jadi biar Hafiz baikan sama aku," kata Ghazi yang merasa bersalah setelah marah ke Hafiz tentang pensil yang patah.

"MasyaAllah, semoga kalian selalu akur dan semangat dalam beramal solih ya?" kata Ratna.

"Aamiin," jawab Ghazi. [ ]

Baca juga:

0 Comments: