Cernak
Rida Allah Tergantung Rida Orang Tua
Oleh. Iis Nopiah Pasni
Ahad ini, Abi dan Hani bersiap ke rumah nenek mereka. Rumahnya tak jauh, hanya sekitar sepuluh menit dari rumah Abi dan Hani.
Setiap Sabtu atau Ahad, mereka berusaha kumpul bersama melepas rindu, bercerita bersama dalam rangka silaturahmi keluarga.
Silaturahmi keluarga sangatlah penting, karena dengan sering bertemu sapa akan makin saling menyayangi. Bila lama tak jumpa, jadi saling merindukan. Silaturahmi itu bukti sayang dan bakti kepada orang tua.
Sesampainya di rumah nenek, ternyata nenek sudah menyiapkan makanan berupa kolak durian dicampur buah pisang dan ubi, untuk menambah selera dan menambah ragam isi dan rasanya.
"Hmm, pasti enak," kata Abi sambil menelan ludah..
Cuaca yang dingin seperti ini memang enaknya menyantap makanan yang hangat seperti kolak durian buatan nenek.
Nenek tersenyum melihat tingkah lucu kedua cucunya itu. Nenek membayangkan bagaimana kalau 15 cucunya berkumpul, pasti ramai sekali. Tentu saja nenek akan tambah bahagia. Nenek sangat berharap, lebaran kali ini anak, menantu dan cucu-cucu nya bisa berkumpul di Muara Enim.
"Nek, Abi mau." Perkataan Abi sukses membuyarkan lamunan nenek.
"Mauuuu," kata Dik Hani sambil melihat Nenek mereka mengambil mangkuk plastik untuk Abi dan Hani.
Bunda Isna masih di depan memarkirkan motor mereka. Tak lama, Bunda Isna masuk ke rumah.
"Assalamualaikum, semua," salam Bunda Isna.
"Waalaikumsalam," jawab mereka hampir bersamaan.
"Wah ada yang baru nyampe, langsung minta kolak ni ll," kata Nenek bercanda.
"Iya nih, siap ya mau makan kolak duren?" tanya Nenek lagi.
"Abi!" jawab Abi bersemangat begitu juga Dik Hani langsung menjawab:
"Niii," kata Dik Hani menyebut namanya dengan suara lucu khas balita.
"Bun, setiap hari Sabtu dan Ahad kan kita ke rumah Nenek, kenapa ya, Bun?" tanya anak ketiganya ini kritis.
"Karena silaturahmi pada orang tua itu wajib," kata Bunda Isna lagi."Membahagiakan orang tua maka Allah juga Bahagia, karena Ridha Allah itu tergantung Ridha orang tua."
"Abi juga mau jadi anak saleh, Bun," jawabnya sambil memeluk Bundanya.
"Kok Nenek nggak dipeluk, Bang?" tanya nenek yang duduk dekat Dik Hani.
Abi melepaskan pelukannya dan langsung lari memeluk Neneknya.
"Abi sayang Nenek," ucapnya sambil memeluk hangat nenek tercinta.
Ya, Abi hanya bertemu neneknya, sedangkan kakeknya sudah dipanggil yang Maha Kuasa ketika Abi belum lahir ke dunia. Begitu juga dengan Mbah Kakung-nya. Alhamdulillah Abi masih bertemu Mbah Uti- nya. Sekarang hanya bisa memandangi fotonya beliau dan berdoa semoga Allah Subhanahu Wata'ala tempatkan Kakek, Mbah Kakung dan Mbah Uti di surganya Allah tanpa hisab, Aamiin.
"Abi sayang semua," kata Abi sambil memeluk bunda dan neneknya bergantian.
"Oom nggak dipeluk, Bi," kata Om Dhona dan Tante Puput yang baru datang bersama dua putrinya, Kak Qaireen dan Mbak Yayas.
"Assalamualaikum," kata mereka mengucap salam.
"Waalaikumsalam," jawab Abi dan lainnya.
"Oom!" teriak Abi sambil tersenyum semringah lalu berlari dan memeluknya.
"Kangen, Oom," kata Abi sambil memeluk om Dhona, adik bungsu bundanya.
Suasana semakin ramai. Mereka menyantap kolak durian buatan nenek, berapa bahagia berkumpul keluarga. [ ]
0 Comments: