Oleh. Dewi Irawati Artati
Hari itu suasana duka menyelimuti sebuah sekolah dasar. Kabar duka dari keluarga Rizki, salah seorang siswa di sekolah itu. Orang tua Rizki mengabarkan bahwa Rizki telah berpulang ke rahmatullah tadi malam akibat kecelakaan, saat akan berkunjung ke rumah neneknya. Saat itu ia hendak menyeberang jalan, tiba-tiba sebuah mobil menyambarnya, hingga ia terpental dan menjadi sebab kematiannya.
Rizki adalah siswa kelas dua, satu kelas dengan Yusuf, teman sebangkunya. Mereka adalah sahabat. Yusuf merasa sedih dan kehilangan. Air mata Yusuf tak terbendung. Begitu juga dengan teman sekelasnya, semua turut berduka cita.
"Begitu cepatnya Rizki meninggalkan kita, padahal kemarin kita masih bermain dan bercanda dengannya," ucap Yusuf sambil menyeka air matanya.
"Iya, Yusuf, itu hari terakhir kita main bersamanya," sahut Abdul tak kalah sedihnya.
"Kematian adalah sebuah kepastian, anak-anak. Setiap yang bernyawa pasti akan mengalami kematian," kata Pak guru. Kelas tampak hening, mereka dengan antusias mendengarkan petuah dari Pak guru.
"Tapi Pak Guru, Rizki kan masih kecil, mengapa dia meninggal duluan?" tanya Abdul polos.
"Kematian itu tak pandang usia. Bila sudah waktunya tiba, maka ia akan datang. Baik muda maupun tua," kata pak guru menjelaskan.
"Tapi kami merasa sangat kehilangan, kami belum rela dia pergi," ucap Yusuf masih sangat bersedih.
"Sabar, Yusuf. Semua ini sudah menjadi ketetapan Allah. Kita harus mengikhlaskannya. Kita doakan dia semoga Allah mengampuni dosanya, dan mendapat tempat yang baik di sisi Allah," jawab pak guru.
"Kita boleh bersedih, tapi jangan sampai berlarut-larut. Selain itu kita harus mempersiapkan diri, agar kita siap bila ajal menjemput sewaktu-waktu," Pak guru menambahkan.
"Berarti kita juga akan mati juga ya, Pak? Tapi aku tidak mau mati muda, aku mau berumur panjang seperti kakekku," kata Abdul. Pak guru tersenyum mendengarnya. Lalu memberi pengertian padanya.
"Abdul, usia itu Allah yang menentukan. Tugas kita hanyalah mempersiapkan diri dengan beramal soleh."
"Kalau begitu kita harus hati-hati, nggak usah kemana-mana biar selamat," Fahri juga menyeletuk.
Lagi-lagi pak guru tersenyum mendengar celetukan Fahri.
"Begini,anak-anak, biar pun kita sembunyi dilubang semut, atau di benteng yang kokoh sekalipun, kita tidak bisa lari dari kematian. Dia akan menjemput siapa saja bila sudah tiba waktunya yang telah Allah tetapkan."
"Jadi kematian itu taqdir dari Allah ya, Pak? tanya Yusuf mulai mengerti.
"Betul. Dan kita wajib percaya dengan takdir. Karena itu salah satu rukun iman. Yaitu iman kepada qada dan qodar," lanjut Pak guru.
Seisi kelas pun manggut- manggut, sepertinya mereka mulai memahami.
"Nah, anak-anak, mumpung kita masih diberi kesempatan hidup di dunia, gunakanlah waktumu dengan berbuat baik. Taati perintah Allah, hormati orang tua kalian. Dan berbuat baiklah dengan sesama." Pak guru menutup pelajaran.
Anak-anak pun mengiyakan dengan serempak.
"Besok, anak-anak membawa uang atau beras seikhlasnya ya. Kita akan takziyah ke rumah Rizki," kata Pak guru.
"Baik, Pak," jawab anak-anak.
Sepulang sekolah, Yusuf dan teman segengnya berkumpul di pos tempat mereka biasa bermain.
"Rasanya ada yang kurang ya, nggak ada Rizki di sini," ucap Yusuf masih nampak bersedih.
"Iya, dia tuh baik banget anaknya, suka menolong teman, nggak pelit, suka bercanda lagi. Aku sangat kehilangan dia," sahut Abdul mengenang kebaikan Rizki.
"Iya, sama. Kita semua kehilangan sahabat terbaik," sahut Dani menimpali
"Betul kata Pak guru tadi, kematian tak pandang usia, bisa terjadi kapan saja, di mana saja," ucap Yusuf.
Tak terasa mereka berbincang cukup lama. Terdengar suara adzan dzuhur. Mereka segera pulang lalu sholat dzuhur berjamaah di masjid dekat rumah mereka.
Keesokan harinya Yusuf dan perwakilan siswa beserta para guru, bertakziyah ke rumah Rizki. Mereka juga menyempatkan ziarah ke pusara Rizki. Mendoakan Rizki. Yusuf menguatkan hati untuk tidak menangis, namun ia tak kuasa, air matanya tak terbendung lagi. Ia taburkan bunga di atas gundukan tanah yang masih basah, sambil berucap, "Selamat jalan, Sobat. Semoga engkau mendapat tempat yang mulia di sisi-Nya, semoga kita dipertemukan kembali di surga-Nya kelak, aamiin." [ ]
0 Comments: