OPINI
Status Sosial Menjadi Ajang Penggelaran Kekuatan
Oleh. Rohmawati
(Pemerhati Sosial Jakarta)
Manusia bisa lebih kejam dari iblis dan bisa lebih buas dari binatang. Begitulah ungkapan tepat yang dapat menggambarkan manusia saat ini. Ketika segala sesuatu perbuatan didasarkan oleh hawa nafsu. Seperti halnya peristiwa yang banyak terjadi di negara-negara di dunia, termasuk Indonesia saat ini. Yang dimana perbuatan-perbuatan yang tidak seharusnya dilakukan manusia justru banyak terjadi dikalangan manusia itu sendiri. Dari dulu hingga kini peristiwa semacam ini terus meningkat setiap tahunnya. Mulai dari pembuangan bayi, pemerkosaan hingga penganiayaan yang berujung pada kematian. Bahkan hal tersebut dilakukan oleh orang-orang terdekatnya. Mulai dari keluarga, saudara hingga temannya yang berasal dari agamanya sendiri.
Ironis. Negara yang notabennya merupakan negara yang jumlah penduduknya beragama Islam. Justru menjadi negara terbanyak yang melakukan perbuatan keji terhadap sesamanya. Baik sesama saudara maupun sesama akidah. Padahal seharusnya saling melindungi satu dengan yang lainnya. Sebagaimana Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat." (QS. Al-Hujurat 49: Ayat 10)
Hal tersebut merupakan salah satu bukti bahwa penerapan sistem demokrasi inilah yang menjadikan persaudaraan manusia antara muslim dengan non muslim dan muslim satu dengan muslim lainnya menjadi hilang. Dan melahirkan manusia-manusia yang berkepribadian individualis. Muslim tidak lagi memperdulikan muslim lainnya. Sehingga saat ini banyak dijumpai nyawa seorang muslim begitu murah dan hilang sia-sia. Salah satunya adalah wanita. Padahal hal tersebut merupakan salah satu yang Allah sebutkan sebagai fitnah dunia. Yang berulang kali Allah peringatkan untuk senantiasa bertawakal kepadaNya dan satu nyawa manusia muslim lebih berharga dari dunia dan seisinya.
Polisi saat ini masih mengusut tuntas kronologi penganiayaan yang melibatkan anak pegawai Eselon 2 DJP bernama David yang kini terbaring di ICU. (Suara.com, 22/02/22)
Masyarakat menyayangkan peristiwa tersebut kembali terjadi dikalangan petinggi negeri. Yang dimana seharusnya memberikan teladan yang baik untuk masyarakat itu sendiri. Sehingga wajar, jika saat ini instansi-instansi dalam negeri tak memiliki citra baik dalam pandangan masyarakat Indonesia itu sendiri.
Mario sendiri adalah merupakan salah satu anak dari pejabat tinggi negeri yakni anak pejabat pajak Indonesia. Sehingga membuat Sri Mulyani selaku Menteri Keuangan merasa bertanggung jawab atas peristiwa yang terjadi. Dan menuntut Pejabat Pajak tersebut untuk memecat langsung Ayah dari Mario Dandi sebagai pegawai Pajak. Sebagai balasan atas tindakan yang dilakukan oleh anaknya tersebut. Tidak hanya itu Gus Yakut selaku Menteri Agama sekaligus mantan ketua GP Ansorpun ikut merespons peristiwa yang menimpa anak dari salah satu pengurus GP ansor tersebut. Dengan melayangkan doa untuk David hingga mengungkapkan perjalanan mualaf David.
Peristiwa penganiayaan yang melibatkan anak pejabat dengan anak pengurus GP ansor tersebut. Sejatinya merupakan bukti betapa buruknya sistem pendidikan yang ada dalam demokrasi. Selain itu juga lemahnya kualitas pemimpin dalam memimpin baik dalam memimpin masyarakat maupun memimpin keluarganya menjadi faktor terjadinya tindakan kriminalitas yang dilakukan anak-anak remaja tersebut. Padahal seharusnya seorang pemimpin terutama pemimpin rumah tangga dapat memberikan teladan yang baik bagi keluarganya dalam setiap prilaku kehidupannya. Sehingga dengan keteladanan yang baik inilah seorang anak terutama anak pemimpin akan memiliki kpribadian yang baik pula dalam kehidupannya. Sebagaimana yang dulu pernah dicontohkan oleh seorang pemimpin kala itu yakni Umar Bin Khattab dalam memberikan teladan yang baik bagi rakyatnya maupun bagi keluarganya.
Prilaku baik Umar bin Khattab dalam memimpin inilah yang melahirkan keluarga-keluarga yang memiliki kepribadian yang baik dan moral yang tinggi terhadap sesamanya. Sebab Umar sendiri tidak sekalipun membiarkan salah satu dari keluarganya mempergunakan fasilitas negara untuk kepentingan pribadinya. Sebagaimana ketika ia melihat unta anaknya yang bernama Abdulullah Bin Umar lebih besar dari unta rakyat-rakyatnya begitu sangat murka dan bahkan menyuruh anaknya untuk mensedekahkan unta tersebut.
Dari fakta diatas seharusnya menjadi contoh bagi setiap pemimpin saat ini. Yang memang sejatinya tidak lebih tinggi dari rakyatnya. Sebab pemimpin sendiri sejatinya merupakan abdi masyarakat yang hanya bertugas melayani dan memberikan kenyamanan baik bagi masyarakat kalangan atas, menengah maupun masyarakat bawah. Adapun kekayaan yang pemimpin itu dapatkan dalam sistem Islam. Ialah di hasilkan dari baitul maal. Yang dimana diberikan hanya sesuai dengan kebutuhannya.
Begitulah gambaran kehidupan para pemimpin dalam sistem Islam. Yang dimana tidak ada perbedaan dari segi kehidupan antara pemimpin dan rakyatnya. Sebab para pemimpin itu sendiri sadar bahwa kedudukan tertingginya hanya dapat diperoleh ketika senantiasa Ia senantiasa bertakwa kepada Allah. Sehingga dengan ketakwaan inilah yang menjadi satu-satunya pembeda antara manusia satu dengan yang lainnya.
Wallahu a'lam bishosawab
0 Comments: