Headlines
Loading...
Oleh. Rahma Ummu Zubair

Wuuush, wuuush, wuuush. Suara aliran sungai terdengar keras setelah hujan turun semalaman hingga pagi tiba.

"Ya Allah, Mi! Sungainya naik ke atas." Ghazi mengabarkan pada Ratna tentang sungai di belakang rumahnya yang semakin besar dan menjadi banjir. 

"Subhanallah. Iya kah, Mas?" tanya Ratna dengan wajah kaget saat hendak menyiapkan sarapan pagi. Ratna lantas keluar dari rumahnya menuju sungai.

Di pinggiran sungai, orang-orang di sekitar rumah Ghazi sudah banyak yang melihat air sungai yang sudah meninggi, bahkan hampir meluap melebihi tebing sungai.

"Padahal kalau gak sedang banjir, saat kita mau turun ke sungai itu tinggi dan luas banget ya, Mi. Sekarang sungainya dari atas sini sudah terlihat. Apa airnya akan sampai ke rumah kita ya, Mi?" tanya Ghazi setengah takut.

"Subhanallah, Umi gak tau, Nak. Semoga hujan lekas reda dan air segera surut," harap Ratna sembari memegang payung di tangan kanannya.

"Aamiin," jawab Ghazi.

"Oh ya, Mi. Air sungai ini mengalir sampai kemana?" tanya Ghazi bingung.

"Sungai itu kan merupakan bagian permukaan bumi yang menjadi tempat mengalirnya air tawar menuju laut, danau atau rawa," jelas Ratna.

"Sungai itu terus mengalirkan airnya dari tempat yang lebih tinggi menuju tempat yang lebih rendah, seperti sifat air, Mas Ghazi," lanjut Ratna.

"Oh, gitu. Dari mana asal airnya, Mi?" tanya Ghazi sembari melihat aliran sungai yang deras itu.

"Sungai itu berjalan secara alami dari hulu ke hilir sesuai rute perjalanannya. Aliran sungai yang berawal dari hulu sungai biasanya ada di dataran tinggi atau pegunungan, Mas," jelas Ratna.

"Ketika hujan turun, biasanya ditampung oleh punggung-punggung gunung kemudian akan dialirkan melalui sungai-sungai kecil ke sungai utama, hingga sekarang yang Mas Ghazi lihat ini," kata Ratna.

"Perjalanan sungai itu panjang dan jauh ya, Mi?" tanya Ghazi lagi.

"Iya, Nak. Perjalanan aliran sungai itu mengikuti palung sungai dan sempadannya," kata Ratna.

"Palung sungai? Apa itu ya, Mi?" tanya Ghazi.

"Emmmm, Ayo kita pulang dulu ya, InsyaAllah Umi akan jelaskan di rumah sepulang sekolah," kata Ratna.

Setelah selesai menyiapkan sarapan pagi, Ghazi sekeluarga pun menyantap hidangan sederhana yang sudah Ratna siapkan. Dan masing-masing dari mereka berangkat beraktivitas seperti biasanya meskipun dengan hujan rintik-rintik yang masih setia membasahi bumi dari semalaman.

Sore hari pun tiba, cahaya senja seakan mengintip di balik awan untuk menghangatkan bumi yang sedang kedinginan karena embusan angin bekas hujan.

***

"Assalamualaikum, Umi bikin apa?" tanya Ghazi sepulang sekolah kepada Ratna yang sedang menggali tanah di halaman rumah.

"Waalaikumsalam, Mas Ghazi, wah sudah pulang ya?" kata Ratna. "Mas Ghazi masuk rumah dulu ya, dan ganti baju terus kesini lagi, Umi mau siapkan sungai buatan untuk Mas Ghazi," kata Ratna.

"Horeee, Mainan air!" kata Ghazi.

Tak lama kemudian, "Sudah jadi, Mi sungainya?" tanya Ghazi.

"Ini loh, Nak yang namanya palung sungai," kata Ratna sembari menunjuk tanah yang digalinya sebagai wadah mengalirnya air.

"Oh, jadi maksudnya palung itu sebagai wadahnya air sungai ya, Mi?" tanya Ghazi.

"Iya, Nak, di palung itu menjadi tempat berlangsungnya kehidupan makhluk hidup maupun tak hidup," kata Ratna sembari menaruh kerikil kecil di sepanjang palung. Kemudian Ratna mengalirkan air dari bagian atas miniatur sungai yang dia buat.

"Waaah! Airnya mengalir! Sungai itu gak diam ya, Mi. Mengalir terus," kata Ghazi.

"Iya, Sayang, dan ini adalah bagian sempadan," kata Ratna sambil menunjuk bagian pemisah antara sungai dan daratan. 

"Kenapa dibuat sempadan, Mi?" tanya Ghazi.

"Sempadan ini sebagai pemisah, Mas. Agar fungsi dari sungai dan aktivitas manusia di sekitarnya tidak saling terganggu," jawab Ratna.

"Oh gitu, ya, Mi?" kata Ghazi.

"Iya, Sayang. Begitulah aliran sungai, Nak. Mengalir sesuai dengan palung dan sempadannya. Begitu pula dengan kehidupan sehari-hari kita, harus mengalir sesuai aturan hidup dari Allah yang disampaikan oleh Rasulullah," kata Ratna.

"InsyaAllah siap, Umi," balas Ghazi.

"Semua amalan kita harus sesuai dengan aturan yang telah Allah perintahkan. Ketika Allah perintahkan kita untuk mengerjakan salat di lima waktu yang telah ditentukan waktunya, maka kita harus mengikuti tuntunan syariatNya. Bukan malah salat subuh di waktu syuruq atau di waktu duha ya, Nak?" kata Ratna setengah menyindir Ghazi yang masih sering bangun kesiangan.

"Hehehe, iya, Umi insyaAllah besok Ghazi mau bangun lebih awal untuk bisa salat subuh tepat waktu," kata Ghazi.

"Aamiin, insyaAllah, Sayang," kata Ratna sembari mengusap kepala Ghazi dengan punggung tangannya yang masih kotor dengan tanah yang bercampur air. [ ]

Baca juga:

0 Comments: