OPINI
Tuntaskan Stunting, Cukupkah dengan Safari Gemar Ikan?
Oleh. Ummu Faiha Hasna
Angka stunting tengah melahirkan permasalahan yang sangat serius dan belum terpecahkan di negeri katulistiwa ini. Berbagai ajakan dianjurkan oleh pemerintah guna mengentaskan permasalahan genting ini.
Baru-baru ini, pada 12 Maret 2023, dalam halaman berita online liputan6 menginfokan bahwa Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia (Menko PMK) Muhadjir Effendy, mengungkapkan pemerintah daerah harus konsisten menggencarkan kampanye untuk mengajak masyarakat gemar makan ikan guna mencegah dan menurunkan prevalensi stunting. Menurutnya, ikan memiliki kandungan protein hewani yang sangat tinggi yang sangat diperlukan untuk mendukung perkembangan otak anak," hal ini diungkapkan dalam keterangannya di Jakarta, Minggu (12/3/2023).
Karena itu, kata beliau, kampanye, sosialisasi, dan edukasi yang gencar mengenai manfaat makan ikan dan protein hewani lainnya diharapkan akan meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat akan pentingnya pola makan bergizi seimbang untuk mencegah stunting. Ia juga terus mengingatkan, bahwa titik fokus pencegahan stunting pemenuhan gizi seimbang bagi balita dan untuk ibu hamil. Sebagaimana keterangan dari kementerian kesehatan, bahwa prevalensi stunting di Indonesia saat ini hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) pada Rapat Kerja Nasional BKKBN, adalah 21,6% di 2022.
Akan tetapi, amat mencemaskan, sebab, dikabarkan dalam laman BKKBN, Ambon yang memiliki sumber ikan yang melimpah ruah mencatatkan angka tingginya stunting berada di atas rata-rata nasional. Kini di beberapa daerah tingkat Provinsi terus menerus mensosialisasikan gemar makan ikan kepada rakyatnya.
Berbagai ide dilontarkan di negeri ini untuk atasi stunting. Terbaru adalah seruan untuk gemar makan ikan di kota serang Banten dalam acara safari yang digelar pada Kamis 9 Maret 2023. (Banten.prov.go.id)
Sangat miris, dalam seruan kampanye yang digelar, pemerintah seolah-olah lupa bagaimana kondisi masyarakat dalam mendapatkan protein hewani termasuk ikan. Dalam safari memang ikan disediakan, namun mencegah stunting perlu waktu yang cukup lama untuk memberikan asupan gizi. Kenyataannya, boro-boro mengakses untuk mengonsumsi protein hewani seperti ikan, untuk sekedar membeli beras saja masih banyak dari masyarakat bawah yang sangat kesulitan untuk mereka wujudkan. Banyak dari mereka yang belum tentu mampu untuk membeli. Dalam kondisi yang sama, masyarakat yang mengalami stunting masih jauh dari kata sejahtera.
BPS mencatat, bahwa tingkat kemiskinan yang terjadi di Negeri khatulistiwa per September 2022, sebesar 9,57 persen atau sebanyak 26,36 milionp orang. Kebanyakan dari mereka hidup di bawah garis kemiskinan dengan pendapatan kurang sebesar 55,547.00/capita/month.
Oleh sebab itu, sejatinya anjuran, himbauan atau seruan apapun dan dalam bentuk apapun itu, guna perbaikan gizi masyarakat tidak akan pernah mampu menyelesaikan problem angka stunting selama cara mengatasi angka kemiskinan nya tidak segera diselesaikan.
Sementara, kemiskinan struktural adalah urusan yang seutuhnya terjadi dalam penerapan sistem ekonomi kapitalis dan sistem politik yang rusak sebagaimana yang berlaku di negeri ini yaitu demokrasi. Sistem ekonomi kapitalis yang berorientasi pada untung rugi berupa materi terlihat diskriminatif karena sangat pro kepada kepentingan modal sementara rakyat hanya dianggap beban dan faktor produksi dan rakyat menjadi sasaran empuk untuk dijadikan sapi perah.
Adapun penerapan sistem rusak ini menjadikan pemerintah hanya berperan sebagai regulator untuk memenuhi seluruh kepentingan pemilik modal yang sudah menyokong mereka dalam meraih jalannya kursi kekuasaan.
Dan ini sangat berbeda jauh dengan sistem Islam. Islam dengan berbagai mekanisme yang ada peduli terhadap generasi. Negara menjadikan generasi sebagai calon pemimpin umat sehingga negara menyediakan berbagai macam kebijakan untuk mencetak generasi berkualitas termasuk mencegah terjadinya stunting.
Negara Islam yang disebut Khil4f4h, secara alami akan melindungi, menjamin kesejahteraan rakyat yang menjadi tanggungannya hingga mampu mencegah terjadinya stunting terutama pada balita. Maksud dari kesejahteraan ini ialah dimana masyarakat terpenuhi kebutuhan hidupnya baik itu sandangnya, pangan dan papannya, selain itu, kesehatannya, pendidikannya dan juga keamanan terhadap rakyatnya.
Sebab, dalam Islam kepala negara atau imam (khalifah) adalah sebagai penanggungjawab penuh atas urusan rakyatnya dengan melalui tata aturan Islam secara menyeluruh. Beberapa bentuk kebijakan dalam sistem Islam yang menjamin melindungi demi kesejahteraan bagi setiap rakyat individu per individu antara lain:
Pertama, Islam memerintahkan kepada setiap lelaki agar bekerja mencari penghasilan guna memenuhi kebutuhan keluarganya. Maka, disinilah pentingnya peran negara menyediakan lapangan pekerjaan untuk rakyatnya baik itu dengan pendekatan langsung maupun tidak langsung. Secara langsung, yaitu dengan menyediakan lapangan kerja secara luas mutlak dilakukan oleh negara. Karena dalam sistem Islam, sumber daya alam (SDA) berupa air, padang rumput dan api merupakan kepemilikan umum (rakyat) yang pengelolaannya wajib dilakukan negara bukan swasta guna untuk kesejahteraan rakyat.
Dari pengelolaan SDA ini akan membuka industri-industri dalam jumlah yang banyak yang bisa menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar. Sehingga diharapkan lelaki sebagai pencari nafkah tidak akan merasa kesulitan mendapatkan pekerjaan. Sedangkan, secara tidak langsung, negara juga berperan dalam menciptakan iklim usaha yang sehat pastinya juga kondusif tentunya yakni dengan sistem administrasi dan birokrasi yang mudah diakses, sederhana, cepat dan tanpa adanya pungutan.
Kedua, jikalau ada individu-individu yang tidak mampu, maka beban terebut dialihkan kepada ahli warisnya. Ketiga, jikalau ada kerabat yang tidak ada atau memang dalam kondisi tidak mampu, maka sejatinya beban itu beralih ke Baitul Mal yakni ditanggung negara. Keempat, syariat Islam juga menetapkan berbagai kebutuhan dasar dan keamanan yang mutlak dijamin oleh negara Islam itu sendiri.
Dari ketiga layanan pemenuhan di atas, bagi seluruh masyarakat tanpa kecuali otomatis atau langsung menjadi kewajiban negara. Sehingga pendapatan perkapita dapat dialokasikan dengan benar dan baik secara optimal untuk kebutuhan pokok termasuk dalam memenuhi kebutuhan gizi bagi keluarga.
Alhasil, sudah tidak ada jalan lain selain menyelesaikan persoalan stunting di negeri ini terkecuali dengan menerapkan syariat Islam yang dapat mengembalikan kehidupan yang lebih baik sebagaimana yang pernah dibangun oleh baginda Nabi Shallallahu alaihi wasallam. Wallahu A'lam bis shawab. [ ]
0 Comments: