Headlines
Loading...
Oleh. Ummu Faiha Hasna

Kebiasaan buka puasa adalah "balas dendam". Rasanya ingin makan semua hidangan yang ada karena sudah menahan lapar selama dua belas jam.

Eh, Gaess, 'by the way' apa kabar nih Gaess, pola makan saat sahur dan berbuka bersama keluarga kalian beberapa hari ini?
Dalam menjaga kedisiplinan pola makan pasca ramadan, tidak sedikit pasca puasa, malah jadi makan banyak.

Biasanya nih, anak-anak itu senang mengumpulkan makanan untuk berbuka puasa  Hehe.. 
Tak cuma anaknya juga lho, Emaknya juga sama aja. Apa saja yang diinginkan buat buka puasa dibeli semua. Sayang, ketika buka puasa, belum tentu dimakan. Waduuh, jadinya mubazir yah. Yaelah, Gaess. Orang tuanya justru harus bisa mencontohkan agar tidak berlebih-lebihan dalam makan, Ibu atau bapaknya wajib latihan menahan (nafsu makan) ini bareng dengan anaknya...ayo berubah.

Ya sih, Gaess, ada benarnya juga kalau kita sering makan banyak, maka ketika makan sedikit akan merasa kurang begitu. Begitu pun ketika kita biasa makan sedikit dan berkualitas, kita tidak akan makan yang banyak. Ada yang sama/tidak, nih? Siang puasa. Ketika berbuka makanan apa aja hayoo dimakan semua. Hadeuh... Gubrak!

Faktanya nih, setelah tiba waktunya berbuka, semua aneka makanan minuman tumpah ruah di meja makan? Betul/tidak? Ya, memang tidak bisa dipungkiri ya Gaess, efeknya tiap Ramadan pasti inflasi naik karena naiknya permintaan sembako. Maaf aja ya jadi esensi puasa menahan hawa nafsu hanya terjadi selepas imsak dan sebelum Maghrib. Setelah itu, cara makan malah lebih parah daripada hari sebelum ramadan.

Tentu, ini semua tidak terlepas dari sistem yang ada. Budaya konsumtif menjadi cirinya. Dan kita tidak bisa menyelesaikan masalah ini sendiri melainkan perlu negara yang menjaminnya. Yaitu negara yang menerapkan Islam kafah. Itulah solusi untuk segala permasalahan.

Lha, apa kaitannya iman dengan makanan?
Yang pasti, menurut Dr. Zaidul Akbar, kalau kita terlalu banyak makan, iman kita bisa lemah, lho. Beliau mencontohkan terlalu banyak makan saat berbuka puasa yang menyebabkan kita kekenyangan hingga kantuk luar biasa dan berujung tidak mengerjakan ibadah salat.
Beliau memaparkan bahwa sejatinya kesehatan kita itu buah dari ketaatan kita kepada Allah.(viva.co.id)

Jadi, terlalu banyak makan itu kurang bagus sebab bisa menyebabkan iman kita melemah ya Gaes. Bahkan, jauh  sebelum apa yang diungkapkan Dr. Zaidul, dalam hadis pun dikatakan bahwa  prinsip makanan sehat itu tidak berlebih-lebihan, Sob. Sebagaimana sabda Nabi dalam hadis riwayat Ibnu Majah dan Ibnu Hiban, “Anak Adam itu tidak memenuhkan suatu tempat yang lebih jelek dari perutnya. Jadi Cukuplah bagi mereka beberapa suap yang dapat memfungsikan tubuhnya. Bila memang tidak ditemukan jalan lain, maka (ia dapat mengisi perutnya) dengan sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiganya lagi untuk pernafasan.”
Selain itu, Rasulullah melarang umatnya untuk makan lagi sesudah kenyang. Jadi makan itu sebelum merasa lapar dan bila makan jangan sampai kenyang ya, Gaess.. 

Makanya nih Gaes, aturan Islam itu sejatinya membawa kebaikan. Islam mengajarkan kita untuk tidak makan berlebihan ya. Sebab, efek buruk orang yang kenyang di samping tidak baik untuk kesehatan, dia jadi malas untuk beribadah, malas untuk membaca al-Qur'an, merasa sulit bangun malam, dan masih banyak lagi yang melalaikan kita. Akibatnya, banyak hukum Allah deh yang diabaikan. Kita tak mau kan seperti itu, Sob? 

Dari sini, kita bisa mengambil pemahaman bahwa salah satu kasih sayang Allah saat Ramadan adalah dengan menaikkan iman kita di bulan ini. Yakni dengan cara memerintahkan kita untuk berpuasa atau mengurangi  waktu untuk makan dan minum.

Dengan kewajiban orang beriman untuk menahan lapar dan haus ini, maka sejatinya yang dikehendaki dari puasa adalah memperbanyak “makanan” untuk iman dan keyakinan berupa amal saleh.  Artinya, jika Ramadan yang seperti ini saja seseorang tidak menjaga makanannya, tidak mengendalikan nafsunya dalam hal makanan seperti yang difirmankan Allah dalam QS. Al-Baqarah: 184, Allah lebih suka kita berpuasa jika kita mengetahui hakikat puasa.  Dengan berpuasa , kita belajar disiplin, bertanggung jawab, taat, mengendalikan perkara tak penting, dan menjadi dermawan.  Pelajaran dari puasa ini hanya bisa dilakukan saat berpuasa atau mengosongkan perut. 

Dan yang lebih utama, berpuasa memberikan ruang dialog antara jiwa kita dan Sang Khalik. 

Gaess, puasa itu sejatinya bulan kasih sayang Allah, Puasa itu bulan pembersihan hati dan raga dari Allah. Maka patuhilah aturan-Nya agar puasa di Bulan Ramadan tahun ini bisa lebih bermakna dan menjadi puasa terbaik karena bisa memaknai definisi Ramadan dengan lebih baik. Karena Ramadan adalah bulan iman bukan bulan makanan minuman yang dengan mengurangi makanan minuman dan memperbanyak ibadah, maka iman akan meningkat.

Jadi, kalau berbuka itu jangan balas dendam ya Gaess, he..he..

Sayang. Semarak Ramadan yang penuh dengan ketaatan tidak begitu terasa dalam sistem sekuler liberal saat ini.

Jauh sekali aktivitasnya dengan suasana Ramadan di masa Nabi yang dipenuhi suasana ibadah, perjuangan, dan taqarrub kepada Allah azza wa jalla. 

Nabi Muhammad mendorong kaum muslimin untuk meningkatkan ibadah dan mengisi bulan itu dengan memperbanyak amal kebajikan. Pasalnya, 'syahr ash-shiyaam' adalah bulan di mana Allah Subhanahu wa Ta'ala melipatgandakan pahala ibadah dan amal kebajikan kaum muslimin. Tidak hanya memperbanyak mengerjakan ibadah-ibadah mahdhah,seperti salat tarawih, membaca Al-Qur'an, sedekah, zikir, dan lain-lain. Namun, bulan suci Ramadan di masa Nabi juga diisi dengan aktivitas jihad, memerangi orang-orang kafir. Tepatnya pada tanggal 17 Ramadan 2 Hijriah, Nabi dan para sahabat berperang melawan pasukan Quraisy di Badar (Perang Badar al-Kubra). 

Peperangan ini berhasil dimenangkan secara gemilang oleh kaum muslimin. Pada 10 Ramadan 8 Hijriah, baginda Rasul dan para sahabat menaklukan kota Mekkah. Tradisi Ramadan di masa Rasulullah terus dipelihara dan dilanjutkan hingga generasi-generasi berikutnya. 

Apa kabar generasi muda hari ini? Tetaplah yakin dan semangat dengan apa yang Rasulullah ajarkan tentang kebenaran. Amalkan apa yang Rasulullah ajarkan. Sebab, kebanyakan orang menjadi kafir bukan karena tidak yakin kepada Allah Swt., melainkan keengganan mereka untuk menerima kebenaran.

Dalam QS. Yasin: 9, Allah mengingatkan, 
"Dan Kami jadikan di hadapan mereka sekat (dinding) dan di belakang mereka juga sekat, dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat."
Na'udzubillah min dzalika. 

Semoga kita selalu berada di jalan yang benar dan diridai Allah, diberi-Nya hidayah, kekuatan iman dan Islam dalam mengarungi jalannya kehidupan. Aamiin. [Dn].

Baca juga:

0 Comments: