Headlines
Loading...

Oleh. Ummu Faiha Hasna

Gaes, Alhamdulillah ya, kita masih diberi kesempatan sama Allah hidup di bulan Ramadan. So, what about fasting? masih kuat? masih jalan amalan-amalan ibadahnya? InsyaAllah, it will still be, sayang banget kan kalau bulan penuh berkah ini kita lewatkan begitu saja. Gaes, bulan ramadan hanya terjadi setahun sekali.

So, di bulan ini umat muslim diperintahkan untuk memperbanyak amal mereka. Kata Allah, Allah akan memberikan ampunan yang buanyak banget di bulan ini.

Allah juga berjanji, bagi yang beriman dan melakukan amal saleh maka ia berhak untuk dihapus kesalahan-kesalahannya.
Sebagaimana firmannya dalam surat at Taghabun ayat 9, yang artinya: 
"(Ingatlah) hari (dimana) Allah mengumpulkan kamu pada hari pengumpulan, itulah hari dinampakkan kesalahan-kesalahan. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan beramal saleh, niscaya Allah akan menutupi kesalahan-kesalahannya dan memasukkannya ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Itulah keberuntungan yang besar."

Dan sungguh, Allah juga kan memberikan pahala yang berlipat ganda Gaes. Bahkan nggak tanggung-tanggung bulan Ramadan juga diistimewakan oleh Allah dengan adanya malam lailatul qodar. Malam seribu bulan. Kalau kita dapat malam ini, Gaes, banyak banget fadilahnya. Seperti firman Allah ta'ala dalam quran surat al-Qadr ayat 1-5.

Nah, kan, Gaes, makin rugi banget kalau kita nggak memperbanyak amalan soleh di bulan ini. Cuma nih ya, Gaes, kalau udah ngumpulin banyak pahala, jangan sampai kita bakar semua amalan itu dengan gaya-gaya yang lagi ngetren sekarang ini. Hah, what do you mean?

Sadar nggak sadar kehidupan sekularisme membuat kita memisahkan agama dari kehidupan. Agama itu hanya dijadikan sebagai aktivitas formal aja ritual individu semata. Pokoknya kita sudah solat, puasa, zakat, haji. Udah selesai tuh kewajiban sebagai seorang muslim. Sedangkan di kehidupan, agama blassss enggak digunakan sama sekali. Masyarakat sekuler justru menjadikan penilaian orang, kekayaan materi atau punya jabatan sebagai tolak ukur keberhasilan.

Akhirnya, muncul beragam gaya hidup yang rusak. Salah satunya adalah flexing, Gaes. Itu lho kebiasaan pamer terutama dalam hal materi duniawi. Biar dapat pengakuan dan opini publik kalau dia itu orang kaya. Ya, misal, pamer barang branded atau bermerek, kendaraan mewah (luxury vehicles), uang yang bergelimpangan (money lyinh around) dan pakaian mewah (luxurious clothes). Kaya kasus viral keluarga pejabat yang suka flexing kemarin itu lho, Sob! Atau bisa juga nih, flexing ibadah. Apalagi ini kan bulan Ramadan. Lagi kenceng-kencengnya ibadah, kan?

Nah, flexing itu, bisa termasuk perbuatan riya. Padahal kalau kita mau melakukan apapun harus ikhlas karena Allah ta'ala bukan karena untuk dipamerkan.

But, karena cara pandang kehidupan masyarakat saat ini sekularisme, flexing masih dianggap wajar dan biasa aja, Gaes. So, bayangkan, kita udah cape-cape ibadah, cape-cape beramal, eh...tapi habis alias hangus terbakar karena riya atau flexing gitu lho, Gaes. Kalau kita hidup dalam sistem batil, kemaksiatan pun nggak terasa kemaksiatan, malah jadi kebiasaan. Astagfirullahal'adziim.

Akan beda banget kalau kehidupan diatur dengan sistem Islam yang disebut dengan Khil4f4h. Kita bakalan dijaga dari perbuatan kemaksiatan-kemaksiatan sekecil apapun. Bahkan semacam riya yang notabenenya itu penyakit hati.

Wihhh, kok keren gitu ya? Ya, dong, soalnya Khil4f4h sebagai institusi negara tidak akan memisahkan syariat Islam dari kehidupan. Justru sebaliknya, semua hal akan dikaitkan dan dihukumi dengan syariat Islam.

So, setiap lini kehidupan, entah itu dari individunya, masyarakatnya sampai level negaranya semua akan diatur di dalam syariat. Ketika syariat melarang perbuatan riya, individu dan masyarakat, negara Islam pun akan memahami larangan ini. Mereka memiliki self control dan alarm kalau setiap perbuatan mereka harus ikhlas karena Allah sesuai syariat. Makanya, culture atau budaya yang terbentuk dalam masyarakat Khil4f4h adalah fastabiqul khairat alias berlomba-lomba dalam kebaikan. 

Apalagi pas momen ramadan ini nih. Ramadan dijadikan sebagai momentum anti flexing. Mereka akan saling beramar ma'ruf nahi munkar kepada sesama. Dengan begitu, mereka akan menjaga satu dengan yang lainnya agar tidak keluar dari koridor syariat. Mereka juga suka berta'awun alias tolong menolong kepada yang membutuhkan. Dan tak lupa, Gaes, mereka akan memberikan yang terbaik untuk kemuliaan Islam. Contohnya nih, para sahabat sekalipun. Sekalipun tengah berpuasa tetap semangat dan terus berjuang di medan jihad demi kepentingan Islam.

Perang Badar dan perang 'Ain Jallut adalah salah satu dari sekian jihad. Ketika bulan puasa mereka melakukan ini juga enggak sambil pamer biar dikenal orang yang kuat, tapi semata-mata karena Allah.

Begitu pula masyarakatnya. Di masa Khil4f4h Usmaniyah misalnya bila lagi Ramadan, para agniya atau orang kaya datang ke toko-toko untuk membayarkan utang ke toko itu dan yang bik woww, lara agniyanya ini tidak kenal lho siapa yang berhutang itu dan catatan itu tidak dipamerin y. Ini masih satu kisah aja. Kisah yang lain masih buanyaak banget.

Negara juga akan mensuasanakan agar setiap warga negaranya beramal dengan benar dan tidak pamer. Salah satu bentuknya ketika masa khalifah Umar bin khatab, beliau pernah menyuruh Mujasyi' bin Mus'ab untuk memerintahkan istrinya melepas gorden mewah yang dia pasang di rumahnya. Padahal istri Mujasyi' membelinya dengan uang halal. Well, arti pesan khalifah ialah beliau menginginkan agar para pejabatnya tidak bergaya hidup mewah dan berlebihan selama masih didapati rakyatnya banyak yang kekurangan. Keren banget enggak sih, Gaes pemimpin yang seperti ini. Kalau dipikir-pikir, orang yang masih hidup dalam Khil4f4h, mereka bakal malu sendiri kalau flexing, iya gak? 

Yuk, kita kembali kepada kehidupan Islam, agar hidup kita berkah dan diridhoiNya. Wallahu a'lam bisshawab. [rn].

Baca juga:

0 Comments: