Headlines
Loading...
Oleh. N.S. Rahayu [Pengamat Sosial)

Hari raya idulfitri tinggal menghitung hari. Hari yang sangat ditunggu oleh semua kalangan masyarakat karena menjadi momen istimewa untuk saat bertemu keluarga, kerabat. Momen untuk melepas kesalahan dengan saling maaf memaafkan.

Semua masyarakat menyambutnya dengan penuh kebahagiaan setiap momen hari raya. Namun, hari raya kali ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya karena sebelum memasuki hari H lebaran, masyarakat sudah terlebih dulu mendapat sambutan krisis ekonomi. Masyarakat kelimpungan untuk bisa memenuhi kebutuhan hidupnya saat ini. Sementara lapangan pekerjaan semakin sedikit. PHK sementara mulai marak lagi dan memperparah kondisi ekonomi keluarga.

Krisis ini mempengaruhi daya beli masyarakat. Mereka betul-betul harus melakukan penghematan agar uang yang sedikit bisa cukup untuk memenuhi kebutuhan selama satu bulan yang terus melejit tinggi dari sejak awal puasa hingga jelang hari raya. Daya beli masyarakat menurun disebabkan karena memang tidak adanya uang di tengah keluarga mereka.

Kenaikan segala kebutuhan hidup membuat masyarakat makin mengeluh. Apalagi sudah menjadi tradisi tahunan mulai masuk Ramadan hingga jelang hari raya idulfitri semua kebutuhan pokok sebagai konsumsi sehari-hari terus merangkak naik. Hal ini membuat masyarakat makin mengencangkan ikat pinggang. Memilah kebutuhan paling utama yang harus terpenuhi yaitu kebutuhan pokok konsumsi.

Bak gayung bersambut. Info-info pasar murah selalu dinantikan semata agar dapat harga yang murah. Antrian mengular meski terik matahari tepat di atas mereka, demi menghemat uang beberapa ribu rupiah. Selisih harga itu sangat besar nilainya bagi ibu-ibu, bisa untuk memenuhi kebutuhan lannya. 

Dilansir dari suara.ngawikab.go.id, Jelang Hari Raya Idulfitri 1444 Hijiriah Pemerintah Kabupaten Ngawi menggelar Pasar Murah di jalan serong timur Alun-alun Merdeka Timur, Rabu (12/4/23). 
Pasar Murah yang dibuka oleh Wabup Ngawi Dwi Rianto ini bertujuan untuk menjaga kestabilan harga bahan pokok jelang lebaran.

Antusias warga pada pasar murah membuktikan bahwa masyarakat membutuhkan harga murah yang terjangkau dengan kondisi keuangan mereka. Namun, hal ini bukanlah solusinya karena akar permasalahan sesungguhnya masih ada. Jangkauan pasar murah tidak dapat dinikmati oleh semua orang. Faktanya hanya orang-orang yang mampu beli saja yang menikmati, sementara masih banyak masyarakat yang tidak mampu membelinya, meski sudah diberikan harga yang murah.

Antisipasi Kenaikan Harga

Kondisi seperti ini selalu berulang setiap tahun. Padahal, hal ini dapat diperhitungkan sehingga antisipasi pada kenaikan harga sudah disiapkan jauh hari sebelumnya. Sedia payung sebelum hujan. Sehingga, tradisi kapitalisme naik harga tidak terulang setiap tahunnya. Ada solusi dalam menghadapi kenaikan yang sudah dipersiapkan oleh negara sebagai penanggungjawab urusan masyarakat.

Namun sayang, hingga hari raya hampir tiba, pembiaran terhadap kenaikan harga terus berlangsung. Seolah-olah sudah menjadi rutinitas biasa dan bukan menjadi permasalahan. Padahal, kenaikan harga merupakan permasalahan masyarakat terhadap kebutuhan pangan yang meresahkan.

Pasar murah sebagai salah satu upaya mengatasi keresahan tersebut seolah memberikan sebagai jalan keluar. Padahal sebenarnya solusi ini pun akhirnya menimbulkan permasalahan baru karena yang menikmati pasar murah tidak secara menyeluruh. Mereka yang tidak punya uang makin menarik ikat pinggangnya lebih kencang, karena kondisi setiap masyarakat berbeda-beda. Pada akhirnya pasar murah bukanlah solusi.

Tradisi yang rutin pada kenaikan harga yang terjadi, bisa disimpulkan dengan jelas, bahwa ekonomi diserahkan pada pasar ekonomi, di mana permintaan dan penawaran bermain di dalamnya. Konsep ini, wujud ekonomi kapitalis di mana pasar sangat berperan. Maka, ketika solusi yang diambil oleh penguasa adalah meminta untuk mengurangi konsumsi, itu artinya meminta untuk mengurangi permintaan supaya penawaran naik, sehingga diharapkan akan menurunkan harga. 

Cara itu juga tak memberikan solusi, malah akan menimbulkan permasalahan baru, seperti deflasi misalnya. Solusi yang terkesan tambal sulam ini, tidak mungkin memberi solusi tuntas, karena akar permasalahan ada pada sistem kapitalisme itu sendiri. Selama solusi masih dengan konsep kapitalisme, maka akhirnya tidak pernah selesai.

Islam Menangani Kenaikan Harga

Islam adalah agama sempurna yang mampu mengatasi semua permasalahan. Islam mengatur dan mengelola perekonomian di tengah masyarakat. Dalam sistem ekonomi Islam, masalah ekonomi tidak boleh dilemparkan ke pasar bebas, namun harus ada campur tangan penguasa didalamnya. Maka konsep demand/permintaan and supply/penawaran tidak berlaku, karena masalah harga diserahkan sepenuhnya pada pembeli dan penjual melalui akad (perjanjian) yang jelas.

Adapun, jika terjadi kelangkaan barang dalam pasar yang mengakibatkan kenaikan harga, maka negara harus melihat akar permasalahannya. Jika akar permasalahan adalah karena musim atau hari besar, seperti idulfitri, iduladha, natal, dll. Maka jauh-jauh hari negara harus melakukan distribusi secara merata di tempat yang minus/langka dari daerah yang surplus, atau bisa juga pemerintah perbanyak barang produksi supaya tidak terjadi kelangkaan. Dengan demikian kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi dan memadai. 

Bagaimana ketika kondisi ekonomi masyarakat kritis dan tak sanggup membeli kebutuhan pokok hidupnya? Di sinilah tanggung jawab negara untuk memenuhi dan memberikan kebutuhan pokok gratis kepada seluruh rakyat. 

Dalam Islam, imam (Khalifah) betanggungjawab atas pengurusan rakyatnya. Rasullullah saw. bersabda: “Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya.” (HR al-Bukhari)

Keunikan dalam sistem Islam di atas, jelas sangat bertolak belakang dengan sistem kapitalis. Karena pendistribusian barang tidak perlu menunggu rakyat tak mampu membeli, baru kemudian negara bertindak memberikan kebutuhan pokok secara gratis. Sehingga tidak menimbulkan keresahan.

Namun, konsep ekonomi Islam tersebut harus juga ditopang dengan sistem lainnya. Fungsi dari ekonomi Islam yang memberikan pelayanan dan pengurusan pada rakyat, harus ada support sistem lain yang mendukung. Diperlukan kebijakan yang sesuai dengan Islam yaitu penerapan hukum syariat di bawah khil4f4h. Sistem Islam baru bisa tegak dan berjalan memberikan manfaat untuk manusia dan alam jika ada khil4f4h. Maka solusi tuntas dalam seluruh permasalahan ekonomi dan pangan adalah penerapan Islam dibawah naungan khil4f4h. Wallahualam bishawab. [CF].

Baca juga:

0 Comments: