Headlines
Loading...
Oleh. Ummu Faiha Hasna

Sobat, dalam salat kita sering berucap "Inna sholati wanusuki wamahyaya wamamati lillahi robbil alamin". Sebagaimana yang ada dalam Quran surat al an'am ayat 162.

Kalau kita renungi ya, Gaes, bacaan pendek tersebut mempunyai arti yang sangat dalam sekali. Islam mengajarkan kita untuk mempersembahkan ibadah hanya kepada Allah saja. Katakanlah, bahwa salatku yang aku persembahkan untuk Tuhanku, ibadahku, kebaikan yang aku lakukan dalam hidupku, dan kematian yang telah Allah tetapkan bagiku, semua itu hanya aku persembahkan untuk Allah sebagai Tuhan yang berhak disembah, Tuhan untuk seluruh makhluk, tidak ada sekutu bagi-Nya.

Nah, Gaes, di era digital sekarang ini, memang dunia itu seolah tanpa batas tanpa kita sadari, ya, kan? Sebab, semua terkoneksi dengan sangat luasnya dan sangat cepat. Apalagi di momen Ramadan, berbagai informasi bisa diakses dengan cepat di berbagai layanan dan itu tersedia di dunia maya.

Perubahan kondisi di Ramadan tahun 2023 ini, mulai dari dicabutnya PPKM hingga kenaikan harga, mendorong terjadinya perubahan gaya belanja masyarakat dalam memenuhi kebutuhan persiapan puasa dan lebaran. Sayangnya, kecanggihan teknologi ini tidak hanya memberi kemudahan bagi hidup kita, tapi ternyata juga memberi dampak yang buruk bagi sebagian masyarakat. Terutama yang jadi sasarannya adalah generasi muda yang memang di masa-masa usianya butuh sekali yang namanya hiburan, hingga kemungkinannya rentan terkena dampak buruk dari kecanggihan teknologi itu sendiri.

Gaes, kalian tahu sendiri kan, ya, era digital tidak bisa ditahan atau pun juga ditolak. Kebayang, kalau kita menolaknya, sudah pasti pakai banget kita bakalan tertinggal secara ilmu pengetahuan dan juga kesempatan. Maka dari itu, kita sebagai generasi muda kudu punya bekal takwa dan punya sikap cerdas juga cermat untuk menghadapi era digital ini. Bekal takwa ini sangat berguna sekali, untuk diri sendiri agar diri tidak terkena dampak negatifnya. 

Sungguh, sangatlah disayangkan jadinya bila generasi hari ini sampai kecanduan gadget hingga depresi, atau juga terpapar ponografi dan juga kekerasan. Ditambah lagi dengan gaya hidup pun liberal atau ikut-ikutan tren di media sosial. Bahkan, kita tahu, akhir-akhir ini, sedang viral konten seorang selebgram, yang memakan sesuatu yang diharamkan di dalam Islam hanya demi konten saja. Astagfirullah.

Padahal, Allah telah mengingatkan dalam surat Al Maidah ayat 88, Allah memerintahkan kepada umat muslim untuk makan makanan halal dan baik (thayyiban). Thayyib berarti makanan yang dimakan mengandung gizi baik dan bermanfaat bagi kesehatan. Dan masih banyak konten-konten yang merusak generasi saat ini yang memang seharusnya tidak pantas dan tidak seharusnya dikonsumsi oleh generasi muda juga anak-anak.

Satu hal yang pasti, era digital ibarat dua sisi mata uang. Di satu sisi, kita bisa melakukan aktivitas kebaikan, aktivitas dakwah di medsos misalnya dengan sangat mudahnya. Kita bisa menyebarkan kebaikan-kebaikan ataupun dakwah di medsos yang dengan mudah banget bisa kita akses oleh siapapun baik muda ataupun tua, kapanpun dan  berada. Tapi, disisi lainnya, banyak pula ya, Gaes, konten-konten tidak mendidik bahkan merusak dan itu berseliweran di mana-mana. Di media sosial yang itu mudah banget di akses generasi muda sekarang ini.

Lha, terus gimana dong? Tenang dulu, Gaes, sikap cerdas dan cermat menggunakan gadget ini sebenarnya  bisa diwujudkan kok, dengan kita memahami atau paham dengan perilaku yang benar dan bernilai dan juga produktif karenanya, yaitu hanya dengan Islamlah yang mampu memahamkannya.

Islam memiliki pandangan hidup yang jelas. Sebab, hidup itu semata untuk beribadah kepada Allah taala. Dalam arti, segala perilaku manusia terikat dengan perintah-perintah dan larangan-larangan dari-Nya berupa halal juga haram. Perbuatan yang dilakukan di dunia ini nantinya akan berdampak kepada kondisi kehidupan di akhirat kelak. Kenikmatankah ataukah kesengsaraan.

So, maka, sudah seharusnya ya Gaes, hidup seorang muslim itu ia akan bersikap sangat hati-hati sekali ketika menggunakan gadget ini. Dan ketika di dunia maya, dia tidak akan berbuat kecuali yang memang mendatangkan pahala bagi dirinya. Nggak akan mungkin sampai melakukan perbuatan yang memang sia-sia. Maka, dengan pemahaman mendasar ini, selanjutnya Islam memiliki tuntunan atau memberi tuntunan terkait penyikapan terhadap gadget ini. 

Pertama yaitu kita harus mencermati konten gadget itu sendiri. Mana yang bersifat umum dan mana yang mengandung pemikiran tertentu. Gadget adalah produk teknologi yang bersifat universal. Setiap orang bisa menggunakan dan juga memanfaatkan untuk tujuan apapun. 

Hal ini yang harus diwaspadai ada konten yang tersedia yang bersifat umum, yang itu boleh diambil seperti tentang ilmu pengetahuan, teknologi, keterampilan dan ilmu-ilmu yang lainya untuk kehidupan. Akan tetapi, ada pula, konten atau aplikasi yang mengandung arah pandang hidup tertentu yang memang bertentangan dengan Islam itu sendiri. Contohnya yaitu, konten-konten yang berbau pornografi, kekerasan, ajakan, gaya hidup sekuler (memisahkan agama dari kehidupan), gaya hidup liberal (hidup bebas tanpa aturan). Maka, konten-konten tersebut tidak boleh kita ambil. 

Kedua, yaitu menjadikan media sosial itu sebagai sarana menebar kebaikan. Sebagian orang menjadikan media sosial itu sebagai sarana untuk mencapai eksistensi semata. Mendorong orang-orang berusaha seolah memiliki gaya hidup yang ideal. Terkesan terlihat indah dari luar, memposting hal-hal yang ideal meski tak sesuai dengan realita yang sebenarnya. Tujuan hidupnya hanya sekedar mengejar kenikmatan materi saja.

Selain kedua hal tersebut, generasi muda pun memerlukan dukungan negara dari sisi pembatasan konten yang memang berbahaya serta penegakan sanksi atas pelanggaran pembuatan-pembuatan konten yang tidak sesuai dengan Islam. Peran keluarga atau orang tua juga tidak kalah penting yah. Selain dengan memberi pemahaman agama, jugs mendampingi dan mengontrol aktivitas  keseharian mereka. Sehingga diharapkan tidak ada kasus kecanduan gadget sampai yang mengetikan. Sinergitas sekolah, atau pendidik dengan keluarga, masyarakat juga negara yang memang berlandaskan dengan ketakwaan akan menghasilkan generasi yang cerdas terhadap teknologi ini. Bahkan menggunakannya untuk kemaslahatan umat.

Yuk, Gaes, tunggu apa lagi, kita sama-sama menjadi generasi yang betul-betul peduli terhadap apa-apa yang memang diakses oleh generasi muda saat ini di setiap waktunya. Tanamkan selalu dalam diri bahwa apapun yang kita lakukan itu akan dipertanggungjawabkan oleh Allah. Dan ingatlah selalu bahwa Allah itu Maha Melihat, Maha mengetahui segala sesuatu yang dilakukan hambanya selama di dunia. [MA]

Baca juga:

0 Comments: