Headlines
Loading...
Oleh. Ummu Faiha Hasna

Sahabat Muslimah, ketika Ramadan ini kita mampu untuk mengalahkan hawa nafsu kita, ini lantaran kita merasakan aktivitas kita  senantiasa diawasi oleh Allah azza wa jalla. Ya kan, Sob? Oleh karena itu, Allah berulangkali mengingatkan kita dalam QS. al-Fath: 1, "Sungguh, Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata."

Lalu di ayat selanjutnya dijelaskan bahwa Allah memberikan ampunan kepada (Muhammad) atas dosa yang lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan nikmat-Nya atasnya dan menunjukinya ke jalan yang lurus, dan agar Allah menolongnya dengan pertolongan yang kuat (banyak).

Dalam surat ini Allah mengingatkan kita akan  janji-Nya tentang datangnya kemenangan dan peneguhan kedudukan untuk Nabi kita Muhammad shallallahu 'alaihi wassalam dan orang-orang beriman yang jujur dalam menolong agama ini.

Sejatinya, Kemenangan di bulan  Ramadan adalah ketika kita mampu mengalahkan hawa nafsu, Sob. Sebagaimana yang disampaikan oleh imam Ali Radhiyallahu anhu, bahwa Idul Fitri bukanlah memiliki pakaian baru. Akan tetapi, Idul Fitri adalah aman dari ancaman neraka. Idul Fitri layak dirayakan oleh orang yang ketaatannya  bertambah dan dosa-dosanya diampuni. Jadi, Sob, manusia yang terbebas dari ancaman neraka, bertambah ketaatannya dan diampuni dosa-dosanya hanyalah mereka yang bertakwa.

Inilah buah puasa Ramadan. Yang tiada lain merupakan tujuan berpuasa, yakni menjadikan kita bertakwa. Takwa berasal dari kata 'waqa' yang berarti melindungi, yakni melindungi diri dari murka Allah. Wujud dari 'waqa' adalah menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Yang halal dilakukan, yang haram ditinggalkan dalam semua aspek kehidupan.

Tidak ada pilih-pilih ya, Sob. Semuanya dikerjakan kalau diwajibkan. Semuanya ditinggalkan (dijauhi) kalau itu dilarang. Dan tidak ada rasa keberatan sedikitpun terhadap aturan dan keputusan Allah.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, 
"Demi Tuhanmu mereka tidak beriman sebelum mereka menjadikan engkau Muhammad sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan. Kemudian, tidak ada rasa keberatan dalam hati mereka atas keputusan yang engkau berikan. Dan mereka menerima sepenuh hati." (QS. an-Nisa: 65)

Karena itu, sebagai manusia yang menghendaki lulus dari medan Ramadan dan  memenangkannya, tak pantas kita mengabaikan dan mencampakkan Al-Quran. 

Al-Quran dibaca tetapi tak berbekas pada jiwanya. Al-Quran dilombakan tetapi tak dipahami dan diamalkan. Peristiwa turunnya Al-Quran diperingati tetapi isinya ditakuti. Al-Quran disakralkan tetapi hukumnya tidak dijadikan aturan kehidupan.

Fisik Al-Quran dijaga dari kepalsuan tetapi kandungannya tidak dijaga dari penyimpangan. Al-Qur-an diklaim sebagai pedoman tetapi tidak dijadikan sebagai aturan kehidupan. Al-Quran dijadikan sebagai penenang hati, dengan lantunan yang mengalun, tetapi tidak dijadikan sebagai sumber hukum.

Jadi, Berhati-hatilah ya, Sob, sebagaimana yang dikatakan Anas bin Malik yang ditulis oleh imam al Ghozali. Banyak orang membaca Al-Quran tetapi Al-Quran melaknat dirinya. Kok bisa? Ya, karena Al-Quran dibaca, dipelajari, tapi mereka mencampakkan Al-Quran. Apalagi bagi mereka yang memiliki kekuasaan. Mereka memiliki kesempatan untuk menerapkan tetapi tidak melakukannya. Inilah bentuk kezaliman yang nyata. Padahal mereka mampu melakukannya, untuk menerapkan al-Quran secara kafah dalam semua aspek kehidupan.

Yang terjadi sekarang malah sebaliknya. Al-Quran di 'nomor-akhirkan' manusia untuk mengatur kehidupan mereka, bahkan mereka campakkan. Al-Quran dilarang manusia untuk ikut campur dalam aturan kehidupan.

Al-Quran hanya digunakan sebagai pedoman dalam ranah ibadah. Namun, di luar ranah ibadah, aspek kehidupan lainnya diatur oleh hawa nafsunya.

Sob, ketika Islam diterapkan, kaum muslim akan menjadi umat terbaik. Islam dengan sistem Khil4f4h-nya akan mengangkat derajat manusia dari kezaliman, keterpurukan dan ketertinggalan yang saat ini kita rasakan menuju peradaban agung yang diridai Allah azza wa jalla. Karena itu, Sob, pada akhir bulan Ramadan hingga kedatangan Idul Fitri seharusnya menjadikan kita seperti "terlahir" kembali sebagai manusia baru. Laksana kupu-kupu yang indah mempesona, yang baru melewati masa kepompong, yakni masa sulit selama Ramadan. Setelah Ramadan pergi, seharusnya kita semakin taat kepada Allah dan Rasul-Nya secara totalitas, tanpa batas. 

Nah, Sob, mari kita berharap semoga Allah menolong kita, menerima puasa kita, dan  mengabulkan doa-doa kita sekaligus menempatkan kita semuanya di jalan yang diridai-Nya. Aamiin. [Dn]. 

Baca juga:

0 Comments: