Headlines
Loading...
Oleh. Ummu Faiha Hasna

Tak terasa sekali ya Sobat muslimah, kita telah memasuki hari ke 10 di bulan Ramadan. Sob, sebelum ditinggalkan pergi oleh tamu agung di bulan yang mulia ini, saya akan sedikit bercerita tentang kisah di jaman jahiliyah yang diabadikan dalam Al-Qur'an. Yaitu kisah seorang wanita dari Bani Maksum, yang bernama Rithah al Hamqa. 

Rithah adalah wanita bangsawan yang kaya karena dia adalah perempuan yang senantiasa berjualan yaitu berjualan kain sutra. Dia Rithah wanita yang cantik tapi sampai usia yang matang, ternyata Rithah belum juga menikah. Mungkin karena orang-orang sungkan untuk melamar Rithah, karena tidak percaya diri dengan kebangsawanannya, kekayaan yang dimilikinya, juga karena Rithah itu terlalu sempurna, jadi para pemuda mungkin merasa minder untuk menikahinya. Sampai-sampai ayahnya itu bernazar akan memotong kambing dan dipersembahkan untuk berhala jika Rithah segera mendapatkan jodoh. Tapi, jodoh ternyata tak kunjung datang. Lama waktu berlalu, Rithah masih sendiri dan usianya semakin tua. Dia mengeluh, apakah dia akan terus menjadi perawan seumur hidupnya.

Nah, hingga suatu hari datanglah saudaranya dari Bani Tamim, yang bernama Sukhr. Akhirnya itulah yang menjadi jodoh Rithah. Rithah menikah dengan Sukhr. Berjalanlah pernikahannya dengan penuh kebahagiaan, tapi, kebahagiaannya hanya sekedip mata.

Suatu hari suaminya minta izin kepada Rithah untuk berdagang selama dua bulan, tapi ternyata Sob, suaminya tidak berdagang. Suaminya malah foya-foya dengan harta milik Rithah. Rithah sangat kecewa, tapi masih mencintai suaminya. Masih tetap mau menerimanya. Nah, tak lama dari situ, suaminya melakukan kejahatan, dan akhirnya diasingkan oleh seluruh kaum. Rithah merasa sedih. Dia sendiri lagi. 

Dirundung kesedihan. Setiap harinya itu, dia membeli benang untuk dipintal menjadi baju. Tapi, setelah menjadi baju yang bagus, si kain pintalnya itu dicerai beraikannya lagi. Dan begitulah yang dilakukan Rithah setiap hari. Dan kisah ini, Sob, ternyata diabadikan di dalam Al-Qur'an yaitu di dalam surat an Nahl ayat 92, 

وَلَا تَكُونُوا۟ كَٱلَّتِى نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِنۢ بَعْدِ قُوَّةٍ أَنكَٰثًا تَتَّخِذُونَ

Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya dan sudah dipintal dengan kuat menjadi cerai berai kembali. 

Kalau kita kaitkan dengan puasa yang kita jalankan pada saat ini, yaitu puasa yang membentuk ketakwaan, sebenarnya ada keterkaitan yah, Sob. Karena sesungguhnya kalau kita renungkan, banyak di antara kaum muslimin yang saat ini dari puasa-puasa sebelumnya itu yang seperti Rithah. Bagaimana kok bisa?

Coba kita renungkan. Kaum Muslimin selama satu bulan, mereka melakukan puasa. Siangnya mereka puasa, hari-harinya dipenuhi dengan aktivitas ibadah, mereka juga harus menahan hawa nafsu, dan segala kenikmatannya. Kemudian kita lihat juga, banyak tempat-tempat maksiat pada bulan Ramadan ditutup, kemudian tontonan-tontonan televisi pun mengikuti suasana Ramadan yaitu suasana ketakwaan. Tapi sayang kan, lewat Ramadan, ketika mulai masuk bulan Syawal semuanya seperti semula. Nuansa-nuansa ibadah itu ditinggalkan. Tempat-tempat maksiat juga kembali dibuka. Seolah-olah baju ketakwaan yang kita pintal selama Ramadan itu menjadi tercerai berai kembali.

Sobat, takwa itu adalah hal yang menjadi tujuan shaum kita terwujud. Tapi faktanya, dari Ramadan ke Ramadan suasananya nyaris sama. Kondisi umat ternyata tidak jauh berbeda dari setiap Ramadannya. Bahkan kalau kita melihat kehidupan kaum muslimin semakin hari semakin dicengkeram oleh ide-ide kufur. Hingga akhirnya jauh dari keberkahan. Seperti tampak ada jurang yang lebar antara tujuan Ramadan dengan fakta kehidupan umat yang jauh dari takwa.  Bahkan Ramadan tidak membuat kaum muslimin seutuhnya menaati Allah dengan syariat secara kafah. 

Paham sekularisme ternyata masih mendominasi pemikiran, perasaan dan aturan kaum Muslimin saat ini. Politik semakin sekuler, ekonomi nyatanya morat marit, di bidang sosial, masyarakat kian tidak jelas warnanya. Banyak keluarga, lembaga pendidikan sudah tidak lagi mampu menjadi wasilah menjadi generasi mulia pemimpin umat.

Sobat, tentu saja kondisi ini tidak boleh kita biarkan berlama-lama lagi. Umat harus segera bangkit dari segala keterpurukan akibat kemaksiatan. Dengan cara apa? Yaitu kembali kepada Islam Kafah. 

Sob, semoga Ramadan bisa menjadi momen yang tepat dan terkondisikan. Untuk membuat kita umat Islam semakin dekat kepada Allah Swt. Mau menjadikan Al-Qur'an sebagai tuntunan hidup bukan hanya di bulan ini saja tapi di bulan-bulan selanjutnya, bahkan sampai akhir zaman. Betapa kita ingin kondisi Ramadan ini hadir sepanjang hidup kita dan sepanjang masa.

Kondisi ketakwaan tentu tidak hanya kita inginkan di bulan Ramadan ini saja. Kita ingin bahwa setiap individu, tetap terpelihara dalam ketakwaan hingga akhir hayatnya. Keluarga-keluarga muslim menjadi kokoh dengan ketakwaan. Karena, keluarga kembali difungsikan dengan benar, kemudian masyarakatnya juga tetap terjaga dengan kondisi ketakwaan, juga sebagai mesin pengontrol penguat ketakwaan ditengah-tengah masyarakat. Pun negara juga menjadi pencerah umat dari celah kemaksiatan dan penjajahan bangsa-bangsa kufur.

Sobat, disinilah pentingnya dakwah untuk membangun kesadaran. Bahwa Islam bukan hanya agama spiritual, tapi juga Islam adalah agama yang mengatur seluruh aspek kehidupan baik individu, keluarga, masyarakat, juga negara. Sehingga Al-Qur'an yang kita baca dan targetkan khatam di bulan yang mulia ini juga dipahami dan difungsikan secara benar yaitu sebagai petunjuk dan solusi terbaik untuk berbagai persoalan kehidupan yang diteguhkan dengan penerapan oleh kepemimpinan Islam. Maka, umat akan senantiasa akan terkondisikan dalam takwa dengan menjalankan kebajikan dalam seluruh aspek kehidupan di sepanjang masa bukan hanya di bulan Ramadan saja. Sehingga kesudahan bagi orang bertakwa itu, kelak mereka berada di taman surga dengan gembira, sebagaimana Allah ta'ala berfirman:

فَاَمَّا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ فَهُمۡ فِىۡ رَوۡضَةٍ يُّحۡبَرُوۡنَ‏

"Maka adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, maka mereka di dalam taman (surga) bergembira." (Ar Rum ayat 15).

Wallahu a'lam bishawab. [YS].

Baca juga:

0 Comments: