Headlines
Loading...
Oleh. Listyo Rukiyatiningsih
(Guru dan ibu rumah tangga)

Mudik adalah tradisi tahunan di negeri ini. Bagi perantau, mudik adalah hal yang wajib dijalani di setiap lebaran. Karena momen ini adalah momen bertemu orang tua dan kerabat yang sulit didapatkan di hari yang lain. Maka tidaklah mengherankan jika hampir semua orang berduyun-duyun bergerak dari satu kota ke kota lain demi berlebaran di momen fitri ini.

Pemerintah juga mempersiapkan segala sarana prasarana untuk mempermudah arus mudik dan arus balik. Namun sayang penumpukan kendaraan di beberapa titik jalur mudik tetap saja masih banyak kita dapati. Tingkat kecelakaan masih juga tinggi.

Pada hari Rabu tanggal 19 April 2023 hingga Kamis dini hari (tanggal 20 April 2023) terjadi penumpukan kendaraan hingga 1 km di pintu tol Pejagan Brebes Jawa Tengah. 

Sementara angka kecelakaan juga masih tinggi, Menteri Koordinator (Menko) Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy menyebutkan, angka kecelakaan adalah 2.117 kasus. Jumlah ini masih menurut Muhadjir Effendy memang mengalami penurunan sebesar 39 % dari tahun sebelumnya. Namun angka ini juga masih terbilang tinggi. Dan bisa dikurangi secara maksimal mengingat mudik adalah tradisi tahunan yang sudah bisa diprediksi jauh hari sebelumnya.

Lalu mengapa tingkat kemacetan dan kecelakaan masih saja tinggi pada saat arus mudik dan arus balik?

Pertanyaan ini harus kita temukan jawabannya jika memang kita menginginkan perbaikan di negeri yang mayoritas penduduknya beragama Islam. 

Yang pertama harus kita kaji adalah bahwa setiap pengaturan pasti kembali pada sistem kehidupan yang sedang dijalankan di sebuah negeri. Dan di negeri ini sejak mengumumkan kemerdekaan telah menetapkan bahwa sistem yang digunakan adalah kesepakatan dari para pendiri negeri ini. Dan pada faktanya sistem yang digunakan di negeri adalah sistem yang diwariskan oleh para penjajah. Hal ini terbukti dengan digunakannya KUHP yang dibuat pada 1830 di Belanda dan dibawa ke Indonesia pada 1872. Dalam pengaturan ekonomi juga tidak jauh beda, meskipun dalam UUD 1945 ada beberapa pasal yang diadopsi dari syariat Islam, tetapi pada faktanya sistem kapitalisme lebih mendominasi.

Dan hal yang sama juga terjadi di hampir seluruh aspek kehidupan. Maka tidak mengherankan jika untuk pengaturan mudik, masih juga belum optimal. Karena dalam sistem kapitalisme masalah untung dan rugi adalah yang utama dalam pengambilan keputusan. Maka wajar jika tahun demi tahun masalah yang kita jumpai di saat lebaran masih juga sama.

Sementara itu pada masa Islam diterapkan dalam seluruh tatanan kehidupan, khil4f4h sebagai institusi yang bertanggung jawab atas rakyatnya telah membangun berbagai sarana dan prasarana untuk mempermudah perjalanan termasuk perjalanan mudik dan haji. Berbagai teknologi transportasi dan navigasi dibuat untuk memperlancar perjalanan haji dan dagang pada masa itu. Dan karena teknologi navigasi itu pulalah Portugis dan Spanyol tiba di negeri ini pada abad pertengahan.

Pembangunan jalan-jalan di Cordoba pada tahun 950M juga sudah diperkeras dan secara teratur dibersihkan dan diterangi dengan lampu-lampu yang terang di malam hari. 

Untuk kendaraan, pada abad ke-9 Ibnu Firnas telah menemukan teknologi pesawat terbang. Berbagai jenis kapal laut juga sudah dikembangkan sejak masa Khalifah Utsman bin Affan.

Pada tahun 1900M Sultan Abdul Hamid mencanangkan proyek Hejaz Railway, yaitu pembangunan jalur kereta api dari Istanbul hingga ke Makkah. Jalur kereta ini melewati kota Damaskus, Yerusalem, dan Madinah. Di Damaskus jalur ini terhubung dengan Baghdad Railway, yang rencananya akan terus ke timur menghubungkan seluruh negeri Islam lainnya.  Ketika proyek ini diumumkan ke seluruh dunia Islam, kaum muslimin segera menyambutnya dengan berduyun-duyun berwakaf pada proyek ini.  Pemerintah saat itu berharap selesainya proyek ini dapat menghemat waktu pergerakan pasukan khil4f4h untuk mempertahankan berbagai negeri Islam yang terancam penjajah.

Dari ke Makkah yang semula 40 hari perjalanan tinggal menjadi 5 hari. Hanya saja pembangunan ini tidak berlanjut karena berkecamuknya perang dunia pertama. Dan terhenti ketika khil4f4h dibubarkan pada tahun 1924. 

Hal di atas membuktikan keseriusan pemerintah untuk memperlancar perjalanan masyarakat di kala itu. Dan keseriusan ini adalah bukti bahwa sistem seperti inilah yang dibutuhkan umat saat ini. Mudik yang merupakan rutinitas tahunan seharusnya sudah bisa diprediksi masalah apa saja yang akan terjadi. Namun faktanya hampir pada tiap hal yang sama masih saja terjadi.

Maka apalagi yang kita harapkan dari sistem ini? Masih ragukah kita untuk beralih pada sistem kehidupan yang telah terbukti berjaya selama berabad abad menyejahterakan umat manusia?

Lalu hal apalagi yang menghalangi kita untuk  memperjuangkan sistem Islam agar bisa kembali menaungi umat? Bukankah sudah seharusnya kita bersungguh-sungguh agar sistem Islam segera kembali tegak? Kita butuh sistem Islam. Dan tidak semestinya kita berlama-lama dalam sistem kapitalisme yang terbukti hanya membawa berbagai kesulitan dan kerusakan. Maka, semoga lebaran tahun berikutnya kita sudah kembali pada sistem Islam sebagaimana dulu pernah diterapkan. Wallahualam bissawab. [Ni]

Baca juga:

0 Comments: