Headlines
Loading...

Oleh. Hayasy (Pengamat Ekonomi)

Masalah pekerja migrain seolah datang tak henti-henti. Selama lima tahun terakhir, KBRI Malaysia telah mengumpulkan sebanyak 5000 masalah yang menimpa pekerja migran Indonesia di Negeri Jiran ini. Beberapa diantaranya yakni kasus penganiayaan. Tak jarang juga ada korban yang pulang ke tanah air hanya membawa nama saja.

Kasus kali ini tersorot media setelah seorang pekerja migran korban penganiayaan membuka suara. PRT asal Poli, Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur bernama Meriance Kabu. Meriance merupakan seorang mantan pekerja migran Indonesia mengaku mengalami penyiksaan kejam lebih dari delapan tahun lalu di tangan majikannya di Malaysia.(TribunManado.Com, 8 Maret 2023)


Mariance menceritakan rentetan aksi sadis yang ia terima selama bekerja di Malaysia.
Mulai dari dipukul hingga dilarang keluar selama 8 tahun lamanya. Bahkan, saat pulang pun pihak keluarga sempat tak mengenali wajahnya karena seburuk itu kondisinya saat dibawa pulang.

Awal mula ia menerima tawaran itu lantaran terhimpit ekonomi. Sang suami hanyalah tukang batu di proyek-proyek yang penghasilannya tak seberapa, apalagi harus menghidupi empat orang anak di rumah.

Kemiskinan itu didukung dengan kondisi desa yang terpencil. Sulitnya akses keluar lantaran perjalanan membutuhkan lima jam lamanya dari ibukota provinsi Kupang. Belum lagi tanpa aliran listrik. Bisa dibayangkan bagaimana situasi di desa tersebut.

Hal itu pun memicu Meriance untuk memutus kemiskinan dengan menerima tawaran kerja di Malaysia. Dengan niat mulia ia memulai pekerjaan di sana, tanpa tahu kekejaman menanti.

Ia pun sempat bilang, dalam kondisi lemah dan tubuh penuh luka, hal penting yang membuatnya kuat adalah wajah-wajah anak di rumah. Ia sekuat mungkin meyakinkan diri bahwa tak apa sakit seperti ini asal bisa membahagiakan keluarga. Asal pengorbanannya bisa mengubah kondisi di rumah.

Jika kita pikirkan lagi, negeri kita dengan sumber daya alam melimpah harusnya mampu mencukupi kebutuhan rakyatnya, namun yang terjadi sebaliknya. Inilah potret buruknya sistem ekonomi di era kapitalisme. Sumber Daya Alam yang harusnya bisa digunakan untuk menyejahterakan rakyat, kini malah dikuasai pihak asing juga swasta. Dimana keuntungan dikeruk sebanyak mungkin oleh mereka, memperkaya diri sendiri tanpa mau tahu bahwa ada hak-hak orang lain di sana.

Hal ini membuat kemiskinan kian meraja-lela, hak umat tidak bisa mereka nikmati karena ulah-ulah pengeruk modal. Kemiskinan inilah yang membuat keterampilan pekerja menjadi rendah. Sehingga mudah sekali tergiur ajakan bekerja di luar negeri dengan iming-iming gaji jutaan rupiah. Meskipun pekerjaan yang mereka terima bisa dikatakan tidak layak.

Mereka berpikir dengan begini kebutuhan orang dirumah terpenuhi serta mengentaskan diri dari kemiskinan. Nyatanya semua itu tidak benar. Pokok utama permasalahan ini adalah kemiskinan, apabila ini tidak diperbaiki maka selamanya takkan ada jalan keluar terbaik.

Jelas ini semua berbeda dengan Islam. Dalam agama ini bukan hanya mengatur soal cara beribadah saja, tapi lebih luas lagi, ia mengatur bagaimana hubungan antar sesama, bahkan politik juga. Dalam Islam untuk mengatasi hal ini ada kebijakan memenuhi kebutuhan individu, yaitu;
1. Mewajibkan kepala keluarga laki-laki untuk bekerja.
2. Negara wajib menciptakan atau menyediakan lapangan kerja agar rakyat bisa bekerja dan berusaha.
3. Kewajiban anggota keluarga atau mahram yang mampu untuk menghidupi sanak keluarga kurang mampu.
4. Negara wajib menafkahi apabila ada keluarga atau ahli waris yang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup. 

Jika ditanya darimana sumber keuangan negara untuk menghidupi mereka maka jawabannya adalah dari harta kepemilikan umum; seperti pertambangan, zakat, sedekah, ghanimah, khuruj, harta yang tidak ada ahli warisnya, dan lain sebagainya.Bukan dari pajak yang sifatnya mencekik rakyat dimasa sekarang ini. Akhirnya, seolah tak ada solusi lain, selain kembali pada aturan Islam yang mampu mengentaskan permasalahan kemiskinan sampai ke akar akarnya, karena aturan ini ditentukan oleh Sang Pencipta yang tahu betul kebaikan bagi hamba-Nya.  Wallahu’alam bis showwab. [rn]

Baca juga:

0 Comments: