Headlines
Loading...
Bersiap Menuju Kehidupan Baru, Walaupun Covid-19 Masih Mengintai

Bersiap Menuju Kehidupan Baru, Walaupun Covid-19 Masih Mengintai

Oleh. Deny Rahma (Komunitas Setajam Pena)

Sudah tiga tahun lamanya kita hidup berdampingan dengan pandemi covid-19. Dua tahun lalu sejak ditetapkan masuk Indonesia pada 2 Maret 2020 yang diumumkan oleh presiden Jokowi, kita telah berkutat dan bergelut dengan virus ini. Suka dan duka silih berganti telah kita hadapi bersama-sama. Dengan tertatih sampai saat ini kita masih tetap berjuang untuk memulihkan kondisi pasca pandemi. Apalagi mereka yang hidupnya berkutat dengan layanan kesehatan, pastilah masih bersinggungan dengan virus ini. Kini Indonesia bersiap untuk bertransisi menghadapi perubahan, yang semula adalah pandemi berubah menjadi endemi. 

Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah mengumumkan bahwa status covid-19 sebagai pandemi telah berakhir. Sehingga keberadaan dan keadaan virus ini sudah tidak dapat dikatakan darurat lagi. Walaupun virus ini masih tetap ada, namun negara diberikan kebebasan masing-masing dalam menanggulangi sendiri berdasarkan proker mereka. Di sisi lain pembiayaan terkait infeksi covid juga bukan lagi menjadi tanggungan pemerintah. Melainkan seperti halnya penyakit lain, harus berobat dengan pembiayaan mandiri atau dari layanan JKN-KIS. 

Jumlah kasus penduduk Indonesia yang terinfeksi covid-19 masih terhitung tinggi. Hingga Minggu, 07 Mei 2023, jumlah kasus Covid-19 dalam 7 hari terakhir per 1 juta penduduk akibat virus corona Covid-19 di Indonesia sebanyak 46 orang. Dengan jumlah tersebut, Worldometer menempatkan angka jumlah kasus Covid-19 dalam 7 hari terakhir per 1 juta penduduk di Indonesia di urutan 13 di Asia. Posisi Indonesia hari ini, bergerak turun dibandingkan hari sebelumnya yang ada di urutan 14. Saat ini dengan jumlah kasus yang cenderung turun dan angka kasus aktif juga sangat rendah, penambahan kasus secara harian juga ikut turun. (databoks.katadata.co.id, 7/5/2023).

Dengan demikian masyarakat masih dituntut untuk tetap waspada. Pemerintah juga akan menyiapkan perubahan kebijakan jangka panjang terkait covid-19. Antara lain surveilans kesehatan masyarakat, kesiapsiagaan obat-obatan dan fasilitas kesehatan serta kebijakan kesehatan lainnya. Kemudian akan ada himbauan kepada masyarakat untuk tetap menjalankan protokol kesehatan serta layanan vaksinasi yang akan terus berjalan. 

Adanya perubahan kondisi dari pandemi ke endemi maka pemerintah wajib memberikan edukasi kepada masyarakat. Tanpa adanya edukasi, pasti dapat terjadi mispersepsi atas penyakit ini di tengah masyarakat. Sehingga akan muncul anggapan bahwa virus covid-19 ini sudah tidak ada lagi, dan terjadi pengabaian terhadap protokol kesehatan. Jangan sampai ketika pengabaian itu terjadi menyebabkan peningkatan kasus kembali. 

Perubahan ini juga seharusnya dibarengi dengan perubahan sistem layanan kesehatan menuju arah yang lebih baik. Ketersediaan obat-obatan dan fasilitas kesehatan yang lebih memadai. Juga mempermudah akses untuk menjangkaunya sekalipun masyarakat tersebut hidup di pelosok desa. Yang tak kalah penting adalah, biaya yang murah bahkan gratis yang seharusnya diberikan. Bagi tenaga kesehatan cepat tanggapnya dalam menangani pasien juga sangat dibutuhkan. Jangan sampai membedakan, pasien dengan biaya mandiri ataupun didanai pemerintah. 

Namun semua itu hanya dapat terjadi jika negara menerapkan sistem yang berasal dari Allah Swt. Yakni sistem Islam, di mana pandangan terhadap kesehatan adalah nomor satu. Kesehatan adalah tanggung jawab negara atas rakyat yang harus dipenuhi setiap saat. Dalam berbagai bentuk layanan kesehatan termasuk promotive, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Jauh sebelum ada alat-alat canggih di dunia kesehatan serta obat-obatan yang beraneka macam fungsinya, Islam telah mengajarkan bagaimana untuk menjaga kesehatan. 

Dalam hal makan dan minum saja Rasulullah Saw telah mengajarkan berbagai sunah-sunah yang dapat kita contoh. 

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (TQS Al-Ahzab : 21).

Mengatur pola makan minum juga memilih makanan yang thoyib serta halal. Keseimbangan beraktivitas dan istirahat, hubungan seksual, keinginan-keinginan nafsu, keadaan kejiwaan, dan mengatur anggota badan. Semua telah dicontohkan Rasulullah Saw. Dan dengan negara menerapkan aturan dari Allah Swt, maka negara dapat menjadi fasilitator kesehatan bagi masyarakat baik sebagai penjaga, penyedia, pemberi edukasi serta pemulih. Semua fasilitas tersebut juga gratis karena memang semua itu adalah hak yang diperoleh bagi warganya. Wallahu a'lam bishawwab. [YS].

Baca juga:

0 Comments: