Headlines
Loading...
Oleh.Ummu Faiha Hasna

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam tak diragukan lagi adalah seorang tokoh yang sangat saleh dan mendapat gelar Al Amin.  Artinya, sangat bisa dipercaya. Namun, gelar al Amin tidak membuat bangsa Arab menerima kebenaran begitu saja ketika beliau menyampaikan risalah Islam. 

Alasan apa yang menjadi sebab akibat bangsa Arab membenci Rasulullah? Apakah karena  beliau membawa agama baru atau  keyakinan baru?

Sobat muslimah, bila kita lihat, dari sebelum baginda Nabi Muhammad diangkat menjadi Nabi dan Rasul, beliau langsung mendakwahkan risalah yang diturunkan pada beliau yaitu Islam. Dan kita tahu ya, pada saat itu orang-orang Arab sebetulnya tidak terlalu peduli. Bahkan saat baginda Nabi Shallallahu alaihi wasallam melewati majelis mereka, mereka hanya bisa berkomentar, ''Inilah putra Abdullah yang menyampaikan sesuatu dengan langit." Sikap seperti itu berlangsung untuk beberapa waktu lamanya. Akan tetapi, pola sikap mereka tetiba berubah tajam saat menyadari bahwa dakwah Baginda Nabi bukan saja gerakan keagamaan, tapi telah kuat sebagai kutlah/kelompok ideologis. 

Maka, bermula dari itulah dakwah baginda Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersama kutlah telah menghantarkan kepada sebuah gerakan politik yang diprediksi orang-orang Arab akan mengancam kedudukan sosial dan juga kekuatan politik mereka. Sebetulnya mereka para pembenci Islam itu sadar betul. Terutama para pemuka Arab Quraisy saat itu semisal Abu Jahal, Abu Lahab, Walid bin Mughirah dan pemuka Arab kafir Quraisy lainnya. 

Nah, maka tak aneh saat baginda Nabi diutus mendakwahi umat, tidak semua menerimanya. Sebab, sebagian di antara mereka itu ada yang beriman dan sebagiannya lagi ada juga yang kafir, sampai-sampai Islam betul-betul jadi pembicaraan banyak orang di kota Makkah saat itu.

Di Mekkah, baginda Nabi selalu mengajak orang-orang untuk masuk Islam secara terang-terangan dalam rangka menjalankan pesan dari Sang Pencipta Alam yaitu Allah Subhanahu wata'ala untuk memberikan peringatan.

Di masa itu, baginda Nabi membentuk dan mengorganisasikan sebuah komunitas alias kelompok dakwah yang masih belum dibilang besar yang berasaskan akidah Islam, bersama sejumlah kecil para sahabat secara rahasia. Para sahabat kala itu sering bersembunyi di bukit-bukit ketika ingin melaksanakan shalat supaya tidak diketahui oleh kaum mereka. Di saat itu juga, baginda Nabi mengirimkan beberapa orang yang akan mengajari Al-Qur'an kepada orang yang baru masuk Islam. Salah satunya, beliau pernah mengutus Khabbab bin al Arats untuk mengajarkan Al-Qur'an kepada Zainab Bin al-Khaththab dan suaminya, Sa'id, bertempat di rumah Sa'id. Itulah halaqoh tempat Umar masuk Islam. Baginda Nabi pun lantas menjadikan Darul Arqam (maknanya rumah Arqom, Sahabat Rasulullah-pen) sebagai pusat kegiatan komunitas dakwah (kutlah) yang meyakinkan juga sebagai madrasah bagi dakwah yang baru ini. Di Darul Arqam ini baginda Nabi sudah terbiasa membacakan Al-Qur'an sekaligus memerintahkan para sahabatnya agar mereka menghafal dan memahaminya.  

Jadi di masa penuh kenangan itu, beliau menyembunyikan aktivitas dakwahnya. Setiap orang yang beriman kepada beliau, bergabung ke dalam kutlah tersebut untuk selanjutnya beliau ajari secara diam-diam di rumah Arqam bin Abi Arqam. Seperti ini terus berlanjut hingga turunlah ayat al Hijr:94 yakni agar beliau berdakwah secara terus terang dan berpaling dari orang-orang Musyrik.

 Di kitab ad Dakwah ila al-Islam, bab Metode Pembentukan Darul Islam, dijelaskan bahwa baginda Nabi mendakwahi orang-orang yang sudah pasti memiliki kesiapan untuk menerima dakwah beliau. Tak pandang bulu, tanpa memperhatikan dari segi umur serta kedudukannya ataupun dari ras dan asal-usulnya. Waktu itu, mereka yang tertarik untuk masuk Islam jumlahnya lebih dari empat puluh orang. Selanjutnya, mengorganisasikan diri bersama-sama beliau di dalam suatu kutlah dakwah. 

Baik laki-laki maupun wanita dari berbagai kalangan dan umur. Mayoritas mereka adalah para pemuda. Hanya saja, di antara mereka ada yang lemah dan ada pula yang kuat; ada yang kaya dan ada pula yang miskin. Saling melengkapi satu sama lainnya. Penguasaan para sahabat atas pengetahuan (tsaqofah) Islam lama kelamaan pun mulai matang. 'Aqliyah wa nafsiyyah mereka pun telah menjadi Islami.

Perkembangan dakwah Rasul bersama kutlah telah menghantarkan pada sebuah gerakan politik yang diprediksi orang-orang Arab bakal mengancam kedudukan sosial dan kekuatan politik mereka. Itulah yang akhirnya sangat disadari betul, oleh para pemuka Arab Quraisy pada saat itu.

Karena itu, wajar saja ya, Sahabat, bila gerakan politik Rasul dan kutlah ideologi dakwah beliau mulai selalu dimusuhi bahkan  diperangi oleh bangsa Arab jahiliyah saat itu.  

Luar biasanya lagi,  semua itu tak lantas menyurutkan gerakan politik Rasul dan para sahabat beliau bahkan atas bimbingan wahyu dan pertolongan Allah, gerakan politik Rasulullah dan kelompok dakwah beliau semakin tidak terbendung. Inilah yang mestinya dijadikan teladan dan pelajaran oleh kaum muslimin hari ini. 

Allah berfirman dalam surat al Imran ayat 85 yang bunyinya,
Wa mai yabtaghi ghairal Islaami diinan falany yuqbala minhu wa huwa fil Aakhirati minal khaasiriin.

Di ayat ini, sungguh sangat rugi bila kita mencari-cari agama selain Islam. Sebab Allah tidak akan menerima agama selain Islam. Artinya agama selain Islam itu tertolak dan di akhirat kelak dia pun termasuk orang yang rugi.

Oleh karenanya, dakwah memperjuangkan Islam dalam seluruh sendi kehidupan pasti akan selalu ada  tantangan dan rintangan. Maka, kaum muslimin harus bersikap sebagaimana Rasul dan para sahabatnya. Yakni terus-menerus menyebarkan kebenaran Islam hingga kemenangan itu diberikan oleh Allah. Wallahu A'lam bishshawab. [My]

Baca juga:

0 Comments: