Headlines
Loading...
Oleh. Arik Rahmawati

Viral di jagat media sosial seorang selebgram Lina Mukherjee dalam konten terbarunya. Wanita Indonesia yang menyukai artis India itu mengunggah momen dalam media sosialnya saat dirinya memakan kriuk babi, padahal ia adalah seorang Muslimah. 

Lina Mukherjee pun mengungkapkan alasannya memakan makanan yang diharamkan dalam Islam itu hanya gara-gara rasa penasaran.

"Aku cuman penasaran karena di TikTok tuh banyak kriuk ya. Tapi kok makan kriuk babi aku merinding ya," kata Lina Mukherjee dalam unggahan di TikTok. Insertlive 10/3/2023

Akibat konten makan kriuk babi itu dia banyak mendapat kecaman serta hujatan dari netizen. Banyak yang geram dengan aksi gadis penyuka artis India ini. Aksi memakan kriuk babi ini berujung pada penetapan dirinya menjadi tersangka penistaan agama oleh Polda Sumsel. 

Akan tetapi sayangnya dengan alasan sakit dia tidak jadi ditahan. Dikutip dari Viva Bandung 5/5/2023 bahwa Direskrimsus Polda Sumsel, Kombes Pol Agung Marlianto menyampaikan alasan dibatalkannya penahanan tersebut. "Penahanan tidak kami laksanakan berdasarkan pertimbangan yang bersangkutan ada gangguan kesehatan yaitu sakit maag akut, dan sudah menjalani perawatan di UGD sehingga bisa kembali lagi untuk melanjutkan proses pemeriksaan,” terang Agung Marlianto dikutip dari video yang diunggah ulang. 

Dalam sistem sekuler kapitalisme standar kebahagiaan itu ketika mendapatkan kepuasan jasadiah atau materi sebesar- besarnya. Standar ukuran kebahagiaan itu bukan lagi halal dan haram. Kebebasan adalah sesuatu yang dijunjung tinggi dalam alam sekuler seperti saat ini.  Kita melihat orang bisa melakukan konten apa saja asal viral. Meski itu membahayakan tetap dilakukan yang penting dapat uang. Ujung-ujungnya adalah materi. 

Kita bisa melihat konten orang yang berani makan super pedas, konten gantung diri, konten makan ular, konten makan dalam jumlah besar dalam waktu sedikit dan masih banyak konten tak berfaedah lainnya. Demi konten banyak orang yang berani melanggar agamanya. Beginilah akibat ketika agama belum merasuk ke dalam diri alias terjangkit penyakit sekularisme. 

Dalam sistem sekularisme agama hanya dipahami sebatas ibadah ritual. Sementara dalam kehidupan sehari-hari misalnya dalam berpakaian, makanan, pergaulan, ekonomi bahkan politik tidak mau diatur menggunakan agama. Akibatnya mereka berani melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama bahkan sampai dipamerkan di media sosial. 

Parahnya lagi konten konten tidak faedah ini semakin hari semakin banyak. Bahkan mereka menggunakan agama Islam sebagai bahan candaan, permainan bahkan hinaan. Mereka begitu berani melontarkan kata-kata yang merendahkan ajaran Islam dan menyakiti hati kaum muslimin. Hal ini banyak terjadi di dalam sistem sekularisme saat ini. 

Sistem sekuler ini menjunjung tinggi nilai nilai kebebasan. Akibatnya setiap orang bebas berpendapat dan berperilaku sesuka hati tanpa berpikir apakah pendapatnya benar atau tidak. Mereka juga tidak berpikir apakah kontennya itu berfaedah atau tidak untuk umat. 

Tentunya Islam memberikan solusi bagi orang orang yang menistakan agama Islam ini. Mereka tentunya tak dibiarkan begitu  tanpa ada efek jera. Mengapa? Karena mereka telah secara sadar menyebarkan kemaksiatan yang bisa jadi diikuti para pengikutnya. Jika tak ada tindakan tegas maka  kasus ini akan dianggap biasa-biasa saja. Meminjam istilah Ismail Yusanto kemaksiatan itu akan menjadi lumrah. Sesuatu yang  dianggap biasa oleh masyarakat. Sesuatu yang dinormalisasi. 

Akan tetapi sayang seribu sayang dalam sistem saat ini hukumannya tak membuat pelaku jera. Hanya karena sakit maka pelaku bisa dibebaskan.  Maka akan beda cerita kalau  Islam dijadikan panduan dalam kehidupan sehari-hari. Termasuk dalam bermasyarakat dan bernegara. Ketika Islam diterapkan dalam bingkai Kh!l4f4h maka penistaan agama  tak akan terulang lagi.  Mengapa? Karena dalam Kh!l4f4h agama adalah sesuatu yang harus dijunjung tinggi. 

Dengan demikian penista agama tak akan tumbuh subur. Melalui sistem pendidikan Islam, kh!l4f4h akan mengedukasi seluruh rakyatnya agar kembali memahami Islam secara baik. Dengan demikian generasi yang lahir dari rahim ini akan  tumbuh menjadi generasi yang berkepribadian Islam yang selalu berpikir dan bertindak sesuai dengan syariat Islam. Mereka selalu berlomba-lomba dalam kebaikan dan menghindari perbuatan maksiat. 

Selain itu media sosial akan dikelola untuk menyebarkan kebaikan dan dakwah. Bukan seperti hari ini yang serba bebas dan minim kontrol. 

Dalam Islam setiap orang boleh berpendapat dengan syarat tidak bertentangan dengan akidah  dan syariat Islam. Bahkan ada perintah amar makruf kepada orang lain. Inilah upaya Kh!l4f4h agar Islam tetap eksis di tengah-tengah umat.  

Bagi pelaku penistaan akan ada tindakan yang tegas dari penguasa. Ini dimaksudkan agar memberi efek jera pada pelaku penistaan tersebut. Dalam menghukum para pelaku penistaan ini harus ada ketegasan. 

Kira bisa berkaca dari sejarah  tentang bagaimana sikap Khalifah Abdul Hamid dalam merespon terhadap pelecehan  Rasulullah Muhammad saw. Ketika beliau mendengar Perancis akan menggelar teater yang melecehkan nabi Muhammad maka Khalifah langsung memanggil mereka dan mengultimatum agar menghentikan acara tersebut. Perancis ketakutan dan menghentikan acara itu. 

Begitulah seharusnya sikap pemimpin kaum muslimin yakni tegas dan berwibawa. Tanpa ada ketegasan sikap pemimpin seperti itu Islam akan terus terhina. Bahkan kasus penistaan agama akan terus berulang. Sehingga hanya dengan penerapan syariat Islam secara kaffah dalam bingkai 
Kh!l4f4h maka umat Islam dan agamanya akan terlindungi. Untuk itu marilah kita merapatkan barisan untuk memperjuangkan agama Islam dan melanjutkan kehidupan Islam. 
.

Baca juga:

0 Comments: